Setiap Hari BI Malang Musnahkan Uang Rusak Rp 15 Miliar

Foto: ilustrasi

Foto: ilustrasi

Malang, Bhirawa
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Malang, Jawa Timur, memusnahkan uang rusak dan tidak layak edar sekitar Rp15 miliar per hari.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Malang Dudi Herawadi, Kamis, mengatakan sebagian besar uang tidak layak edar yang dimusnahkan tersebut, mulai nominal Rp1.000 hingga Rp100.000, namun yang paling banyak adalah nominal Rp2.000 dan Rp5.000.
“Pecahan kecil mulai Rp1.000 sampai Rp5.000 ini memang cepat rusak karena peredaranya di lingkungan masyarakat pun juga cepat, tapi kalau uang dengan nominal besar yakni Rp50 ribu dan Rp100 ribu peredarannya lebih lambat,” ujar Dudi disela-sela acara Silaturahmi Perbankan dengan Ulama di wilayah Malang raya, Kamis (17/7).
Ia menjelaskan yang dikatakan uang tidak layak edar ini di antaranya karena sobek, banyaknya coretan (gambar), kotor, dan lusuh, sehingga kalau dipegang agak lengket.
Menurut Dudi, tingginya nominal uang yang tidak layak edar dan harus dimusnahkan tersebut disebabkan tingkat kesadaran masyarakat dalam memperlakukan rupiah masih rendah, seperti cara menyimpan yang tidak dilipat-lipat, tidak dicoret-coret maupun cara penyimpanannya agar tidak cepat kotor.
Berbeda dengan cara menyimpan mata uang asing, seperti dolar AS, dolar Australia, Ringgit, Real atau dolar Singapura. “Kalau mata uang asing saja disayang-sayang, bahkan penimpanannya lebih baik daripada rupiah, ini kan keliru, seharusnya diperlakukan sama,” tandasnya.
Dudi berharap masyarakat bisa memperlakukan rupiah dengan baik agar pemusnahan uang tidak layak edar bisa diminimalisasi, sebab biaya pencetakan uang baru cukup mahal. Namun demikian, uang rusak masyarakat yang di bawa ke BI tetap akan diganti.
Menyinggung uang logam yang tidak layak edar, Dudi mengatakan juga ditarik dan dilakukan peleburan dengan derajat tertentu. Dan, prosesnya cukup panjang, mulai dari BI Malang di bawa ke Surabaya, selanjutnya disetor ke Jakarta dan dari Jakarta baru dikirim ke Klaten untuk dilebur.
“Oleh karena itu, kami berharap jangan sampai uang yang sudah kami keluarkan itu hanya sekali edar saja sudah disortir untuk dimusnahkan. Paling tidak sampai tiga kali edar lah, baru ditarik BI,” katanya.
Dudi juga berpesan, menjelang Lebaran maupun pada hari-hari biasa, masyarakat tidak terlalu konsumtif agar peredaran uang tidak tinggi, sebab akan berpengaruh terhadap inflasi. “Kalau masyarakat konsumtif, otomatis uang yang beredar semakin tinggi dan pasti akan terjadi inflasi,” tegasnya. [mut.ant]

Tags: