Seto Mulyadi Ingatkan Ancaman Kekerasan Anak

Seto Mulyadi

Seto Mulyadi

Banyuwangi, Bhirawa
Pakar psikologi anak, Seto Mulyadi, mengkampanyekan supaya para orang tua melawan aksi kekerasan terjhadap anak (against child sexual abuse). Pria yang akrab disapa Kak Seto itu mengungkapkan, anak-anak saat ini sangat rentan mendapat kekerasan.
Bahkan kekerasan seksual pada anak justru terjadi pada tempat yang dianggap paling aman, contohnya di sekolah. “Data Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) 2014 menyebutkan di Indonesia telah terjadi 782 kasus kekerasan seksual pada anak,” terang Kak Seto di hadapan ratusan orang tua saat membuka perkemahan East Java Scout Challange 2015 di Pendopo Sabha Swagata Blambangan, Jumat, (20/3).
Jumlah itu karena mereka berani melapor. Menurut dia, kekerasan anak seperti fenomena gunung es. Kalau yang melaporkan kasusnya sudah sebanyak itu, berarti di luar data resmi lebih banyak lagi kasus yang terjadi. “Sebagian besar korban yang tidak berani melapor, karena mereka menganggap itu aib dan malu jika diketahui orang banyak,” ia menambahkan.
Penguatan  nilai-nilai dalam keluarga menjadi poin utama yang ditekankan oleh Kak Seto. Rapat keluarga bisa menjadi wahana untuk bertukar pikiran. “Kita harus terus berusaha dekat dengan anak, sesibuk apa pun. Misalnya dengan membiasakan komunikasi dengan anak, paling tidak seminggu sekali melalui rapat keluarga yang kita adakan,” ujarnya.
Selain itu, orang tua harus mengenalkan kepada anak perbedaan antara orang asing, teman, atau kerabat. Anak harus diajarkan untuk percaya pada perasaannya, seperti apa yang ia rasakan saat bergaul dengan seseorang, baik rasa senang, sedih,marah, tidak suka atau bingung.
Mengajarkan untuk berani berkata ‘TIDAK’ dan  bersikap tegas. Kak Seto juga meminta agar anak dibiasakan untuk berbagi rahasia dengan orang tua. Termasuk  belajar menjaga pandangan dan menjaga kesopanan berbusana dengan cara tidak berpakaian minim.
Kak Seto juga mengingatkan, penyalahgunaan narkoba menjadi ancaman berikutnya bagi anak-anak. Orang tua harus jadi garda terdepan dalam melindungi anak-anaknya. Karena itu jangan ada lagi orang tua yang menjewer, membentak dan kasar kepada anak.
Kebanyakan anak kabur dari rumah karena mereka tidak mendapatkan perlakuan yang nyaman di dalam rumah. “Orang tua wajib mengenali perubahan apa yang terjadi pada anak dengan melihat gejala-gejalanya, seperti perilaku emosional pada anak, perubahan sikap, dan perubahan kondisi fisik yang dialami anak,” kata dia.
Kampanye stop kekerasan terhadap anak ini merupakan rangkaian dari event East Java Scout Challenge 2015 yang diselenggarakan Gerakan Pramuka Kwartir Daerah Jawa Timur di Banyuwangi. Agenda ini diikuti oleh 200 ribu siswa SD/MI  yang penyelenggaraannya di kabupaten/kota di Jawa Timur. Turut hadir Wakil Gubernur Jawa Timur, Saifullah Yusuf dan Bupati Banyuwangi, Abdullah Azwar Anas. Di Banyuwangi, perkemahan digelar di perkebunan Glenmore. [nan]

Tags: