Setono Gedong Jadi “Pilot Project” Kampung Bersih Seribu Biopori

Kota Kediri, Bhirawa

Persoalan sampah tetap menjadi perhatian serius pemerintah kota kediri, berbagai terobosan dilakukan oleh Dinas Lingkungan Hidup, Kebersihan dan Pertamanan (DLHKP) Kota Kediri, Dari mulai pembentukan Bank Sampah di seluruh Kelurahan, Menjadikan TPS terpadu (TPST) atau reduce, reuse, recycle (TPS3R).

Kali ini DLHKP bakal melakukan terobosan dengan membuat kelurahan bersih dengan seribu biopori di Kota Kediri. Sebagai kelurahan percontohan ayu pilot project DLHKP Kota Kediri memilih Kelurahan Setono Gedong, Kecamatan Kota, Kota Kediri.

Selama hampir sebulan DLHKP melakukan sosialisasi ke rumah warga di Kelurahan Setono Gedong. Kelurahan Setono Gedong yang memiliki julukan kampung religi ini dipilih karena wilayahnya yang tak begitu luas. Kampung yang berada di pusat Kota Kediri ini hanya memiliki 2 RW dan 5 RT dengan total sekitar 300 kepala keluarga.

Untuk mewujudkan menjadi kampung bersih dengan seribu biopori, sosialisasi yang dilakukan bahkan hingga malam hari. Sejumlah tim dari DLHKP diterjunkan dengan dibantu petugas kelurahan. Di lokasi itu tim pemantau lapangan dibagi menjadi 6 titik. Setiap titik membawahi 12 kluster.

Dalam sosialisasi dilapangan, banyak persoalan-persoalan yang disampaikan warga tentang bagaimana cara dan memanfaatkan hasil dari memilah sampah.

Kepala DLHKP Kota Kediri, Didik Catur mengatakan, langkah yang dilakukan ini agar sampah bisa bermanfaat untuk masyarakat. Oleh karena itu pihaknya bersama tim harus turun langsung ke masyarakat dengan memberikan contoh bagaimana cara memilah sampah.

Menurut Didik, kenapa sampah harus dilakukan pemilahan? Karena sampah kita 70 persen sampah sampah non organik dan 30 persen sampah organik. Kondisi itu menjadikan daya tampung dari tempat penampungan sampah TPA Klotok sudah overload.

Untuk penanganan sampah di dalam masyarakat seluruh wilayah Kota Kediri sudah mencapai 90,7 persen, artinya daya jangkau pelayanan sudah mencapai kesana, tidak ada sampah terbuang di jalan. Namun di dalam pengurangan sampah kita masih mencapai 6,8 persen, sedangkan target nasional adalah 20 persen pada tahun 2025. Untuk itu kita harus mencari jalan keluar untuk mencapai agar sampah ini bisa di kurangi secara maksimal. Salah satunya harus memilah sampah mulai dari rumah,” kata dia.

Menurut Didik Catur, DLHKP Kota Kediri memilih Kelurahan Setono Gedong menjadi pilot project karena wilayah luasannya yang tidak begitu luas. Selain itu juga didukung masyarakatnya yang guyub dan kompak.

“Kita mencoba sesuatu dari Kelurahan Setono Gedong ini untuk sebuah pilot project untuk program gerakan pilah sampah mulai dari rumah. Saat ini kami sudah lakukan beberapa kegiatan pembuatan biopori, lalu kami sudah lakukan pembentukan bank sampah dan pertemuan beberapa tokoh RT dan RW yang ada disini juga dengan Kepala Kelurahan suport mereka sangat full power. Terbukti disini sudah ada seribu biopori,” jelasnya.

Lanjut Didik, kalau program gerakan pilah sampah ini berhasil, pihaknya akan mengajak kelurahan lain yang ada di Kota Kediri untuk mengunjungi kelurahan Setono Gedong untuk melihat bagaimana melakukan cara pilah sampah.

“Output nya adalah kita bisa mengurangi sampah dengan maksimal di TPA. Sehingga TPA kita bisa bertahan lama dan program dari Pemerintah pusat juga kena. Selain itu masyarakat juga bisa menghasilkan uang dari pilah sampah ini,” pungkasnya.

Sementara itu, Heri Rahmanto salah satu warga yang sudah merasakan manfaat dari memilah sampah mengaku, bersyukur karena sangat banyak nilai manfaatnya. “Kita manfaatkan sebaik mungkin sehingga dari pilah sampah ini bisa bermanfaat semua. Contohnya seperti sampah yang bisa terurai bisa dimanfaatkan sebagai pupuk yang bisa memiliki nilai ekonomis. Sementara sampah plastik bisa kita jual dan hasilnya sudah kita gunakan untuk pembayaran PBB,” tandasnya.H

Heri menambahkan, persoalan saat ini adalah bagaimana cara merubah pola pikir masyarakat untuk mulai bergerak memiliki kesadaran memilah sampah dari rumah. “Sebenarnya warga antusias dengan program ini. Saat ini kesulitannya karena masih awal, mungkin untuk memulai mindset-nya masyarakat itu yang agak sulit,” pungkasnya. (Van)

Tags: