Si Anak Singkong Ingin Kembangkan Sekolah Entrepreneur

Chairul Tanjung memberikan orasi ilmiah dalam prosesi pengukuhannya sebagai guru besar ke-438 Universitas Airlangga, Sabtu (18/4).

Chairul Tanjung memberikan orasi ilmiah dalam prosesi pengukuhannya sebagai guru besar ke-438 Universitas Airlangga, Sabtu (18/4).

Kota Surabaya, Bhirawa
Si Anak Singkong, begitu julukan itu melekat pada diri Chairul Tanjung (CT). Bos CT Corporation itu kini tidak hanya menjadi pengusaha besar. Di luar sepak terjangnya sebagai pengusaha, dia punya kewajiban lain sebagai seorang guru besar. Ya, dia telah dikukuhkan sebagai guru besar ke-438 Univesitas Airlangga.
Suasana haru meliputi Aula Garuda Mukti Kampus C Unair saat pengukuhan CT sebagai guru besar ke-18 Fakultas Ekonomi Bisnis dan guru besar ke-438 Unair, Sabtu (18/4). Air mata CT jatuh ketika menyebut satu per satu nama keluarganya. Menjadi seperti sekarang, diakui CT, adalah berkat dukungan keluarga tercinta.
Keberhasilannya kini tak membuat CT amnesia terhadap masa lalunya. Dia masih ingat betul kapan pertama kali mendapatkan uang. Lulusan dokter gigi Universitas Indonesia itu bercerita, sekitar 1990-an orang menganggap dosen seperti wakil Tuhan, tidak mungkin dibantah perintahnya. Waktu itu, dia diminta fotokopi berkas ujian, tapi dia tidak memiliki uang. Dia kemudian bertemu teman dan minta difotokopikan juga. Dia pun akhirnya memperbanyak berkas ujian itu dan teman-temannya pun mau membeli.  “Akhirnya saya dapat uang pertama saya sebesar Rp 15.000,” kata dia. Begitulah awalnya, hingga kini CT berhasil menjadi pengusaha sukses.
Dia ingin berbagi kesuksesan. Menjadi guru besar sebuah universitas terkemuka adalah salah satu kesempatan yang tepat. Terlebih dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA), ini sangat terbuka dan menjanjikan bagi kawula muda. Untuk mewujudkan itu, CT akan membuat sekolah bisnis entrepreneur supaya banyak mahasiswa yang bisa menjadi pebisnis sukses. “Jika Unair benar-benar serius membuka jurusan entrepreneurship, saya akan menjadikan praktik kerja di lapangan lebih utama dibandingkan teori,” kata CT.
Selama ini, menurutnya, bangku kuliah terlalu banyak teorinya. Untuk sukses berwirausaha harus dibalik, praktiknya yang lebih banyak dan sedikit teori.
Dalam orasi ilmiahnya, pria yang juga pernah menjadi Menteri Energi dan SDM itu, mengulas rahasia tentang CT Preneurship. Menurutnya, ini merupakan perpaduan antara pragmatisme, idealisme, dan tata nilai indonesia. CT Preneurship yang ia kemukakan adalah akumulasi pemikiran yang bersumber dari perpaduan tiga hal. Pertama, pengalaman berusaha CT dengan segala kegagalan dan kesuksesan selama lebih dari 30 tahun. Kedua, idealisme yang dianut dan dijalankan CT agar usaha yang dia kembangkan selalu memberikan manfaat bagi masyarakat, bangsa, dan negara. Ketiga, tata nilai budaya Indonesia dengan aspek religi yang dianut dan dijalankan dalam rangka keberkahan Tuhan.
Sebagai Guru Besar bidang Ilmu Kewirausahaan, konsekuensi akademis CT sudah jelas. Karena itu, pihaknya telah memberikan masukan dan rekomendasi kepada penyusun kurikulum program studi Kewirausahaan yang nanti akan berdiri di FEB. “Saya akan mengajar dalam bentuk kuliah umum. Menjadi evaluator dan perancang kurikulum pembelajarannya. Tugas saya adalah menciptakan pengajar yang baik dan canggih di Unair,” kata Ketua Komite Ekonomi Nasional 2010-2014 itu.
CT menambahkan, rancangan kurikulum sudah dibicarakan dan masih perlu dimatangkan lagi bersama Rektor dan Dekan. Gambaran sekolah bisnis ini nantinya lulusan tidak hanya mengerti tentang bisnis melainkan lebih banyak melakukan terapan bisnis sebagai bahan tesis dalam kelulusannya. Porsi praktik usaha lebih banyak sehingga luaran yang dihasilkan adalah pebisnis yang andal dan luar biasa.
Dalam pengukuhan tersebut, sejumlah mantan pejabat negara, akademisi, dan kalangan ekonom turut hadir. Di antaranya mantan Presiden RI ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono, dan Wapres RI ke-11 Boediono. Selain mantan kedua pemimpin negara itu, hadir juga sejumlah anggota Kabinet Indonesia Bersatu jilid I dan II.
Sementara itu, Rektor Unair Prof Fasichul Lisan MA menjelaskan CT adalah salah satu guru besar di luar akademisi Unair. Sebelumnya ada Prof Hatta Ali MHum seorang ahli hukum dan Prof Makarim Wibisono yang menjadi guru besar hukum internasional dan sudah dikukuhkan menjadi guru besar dari luar Unair. “Semua guru besar itu memiliki tanggung jawab untuk mengajar. Bahkan, membuat kurikulum dan mengevaluasi setiap materi kuliah yang disampaikan,” kata Prof Fasich.
Diungkapkan Fasich, salah satu alasan kuat Unair mengangkat CT sebagai guru besar ialah karena keberhasilannya menjadi pengusaha sukses dan mampu mengembangkan perekonomian Indonesia. “Pada 2016 mendatang kita menargetkan bisa membuka jurusan enterpreneurship,” pungkasnya. [tam]

Tags: