Siaga Bencana Ke-iklim-an

bencana-ke-iklim“Mungkin alam mulai bosan bersahabat dengan kita ….” Begitu bunyi syair lagu yang digubah oleh Ebiet G AD, ditandai rumput yang bergoyan. Cuaca ekstrem membawa angin kencang dan hujan. Di laut bisa menjadi badai dengan tinggi gelombang sampai 4 meter. Di darat, hujan mengguyur deras perbukitan gundul, menyebabkan longsor. Juga air bah meluap sampai perkampungan, merendam sawah dan masuk rumah.
BMKG (Badan Meterologi, Klimatologi dan Geofisika) telah merilis rute perjalanan gelombang El-Nina menuju Australia, melalui Indonesia. Sehingga tidak bisa tidak, Indonesia tengah hingga timur mengalami perubahan iklim. Daerah Jawa, Bali, NTB, Sulawesi dan Maluku, akan dilanda hujan deras. El-Nina akan berarak-arak dari arah utara, sampai bulan Oktober. Sehingga boleh jadi, musim hujan (pada saat kemarau) akan bersambung dengan musim hujan normal (mulai akhir Oktober).
Diperlukan kewaspadaan, di darat, di udara dan di laut. Sudah terjadi hujan deras mengguyur perbukitan di Garut. Menyebabkan bencana tanah longsor, mengakibatkan korban jiwa sebanyak 30 orang. Di Sampang, Madura, sungai Kemuning meluapkan air bah lagi. Dua kecamatan terkepung banjir setinggi 1,5 meter. Sampang kota terisolasi. Padahal, tragedi serupa di tempat yang sama, terasa belum kering. Garis ketinggian air masih membekas di rumah-rumah warga.
Bencana ke-iklim-an, juga tarasa belum lama berlalu. Tiga bulan lalu, tragedi serupa terjadi di beberapa kota di Jawa Tengah. Sebanyak 35 orang ditemukan telah meninggal dunia, tertimbun tanah longsor dan terseret gelombang. Sebanyak 25 orang juga masih dicari tim SAR. Terpaan cuaca ekstrem terjadi selama dua hari (Sabtu dan Ahad, akhir pekan ketiga bulan Juni). Cuaca ekstrem itu juga dibawa oleh badai La-Nina. Ironisnya, badai yang bergerak dari samudera Pasifik berarak ke arah Australia itu tida bisa dilihat.
BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana) mencatat, setidaknya terdapat 315 kabupaten dan kota berada di daerah bahaya. Dampak banjir (tingkat sedang dan parah) selalu mengintai pada musim hujan. Ini meng-akibatkan sekitar 63,7 juta jiwa penduduk berisiko terpapar dampak banjir. Berdasar mapping kebencanaan, tanah longsor juga mengancam 274 kabupaten. Sebanyak 40 juta lebih penduduk berisiko terpapar dampak longsor. Terutama di daerah rawan kawasan perbukitan.
Terasa sudah “kenyang”menghadapi dampak bencana, dengan berbagai kepedihan.Trauma moril, kehilangan harta dan hancurnya sarana nafkah, sudahkerapterjadi. Sampai korban jiwa anggota keluarga, sudah sering terjadi. Karena itu tak boleh lena menghadapi kemungkinan bencana. Terutama BPBD mesti lebih me-masif-kan informasi cuaca ekstrem dan mitigasi bencana.
Pemasang 64 ekstenso-meter(alat pendeteksi tanahlongsor) oleh BPBD Jawa Timur, patut diapresiasi. Namun diperlukan petugas khusus penjaga ekstenso -meter yang tidak boleh lena. Manakala terjadi pergerakan meningkat, maka seketika pula mesti di-informasi-kan kepada masyarakat. Alat ini memberikan peringatan awal tentang tanah longsor saat musim kemaraubasah yang terjadi saat ini.
Tetapi sesungguhnya bencana tidak pernah datang tiba-tiba. Selalu ada peringatan dini (early warning)  alamiah. Takterkecualibadai (di darat maupun di perairan). Hanya menunggu waktu dan tempat yang lebih hangat untuk berubah menjadi badai.Terutama di wilayah pesisir, lebih diperlukan informasi cuaca melalui aparat desa. Hal itu disebabkan potensi badai menempati urutan kedua. Di Jawa Timur bisa mengancam 31 kabupaten dan kota.
Inovasi dan kreasi tim BPBD harus selalu dilakukan, termasuk memasukkan aspek rencana tata-ruang wilayah (RTRW).Ketika musim badai dan banjir, perekonomian yang diusahakan oleh masyarakat lumpuh total. Menyebabkan inflasi sebagai dampak sertaan.

                                                                                                      ———- 000 ———-

Rate this article!
Siaga Bencana Ke-iklim-an,5 / 5 ( 1votes )
Tags: