Siaga Longsor dan Lesus

Foto Ilustrasi

Musim hujan belum memasuki periode puncak, tetapi telah menimbulkan korban jiwa. Bagai “langganan” musim. Terjadi lagi tanah longsor di Pacitan, menimbun pemukiman dan menyebabkan korban jiwa. Sedangkan di Tiris, Probolinggo, banjir bandang menyeret plengseng sungai sampai menggerus pondasi rumah penduduk. Kawasan ber-bukit seyogianya lebih cermat diperhatikan, sebelum benar-benar longsor menimbun perkampungan.
Longsor di Pacitan, mengubur rumah beserta 4 penghuningya, di dusun Jambu, kecamatan Kebonagung. Lebih dari 230 orang mengungsi. Begitu pula yang terjadi di dusun Banjar Sasih, Gianyar, Bali. Sebuah rumah ambles masuk ke dasar sungai, menyebabkan 4 korban jiwa sekeluarga. Trauma moril, kehilangan harta dan hancurnya sarana nafkah, sudah kerap dialami. Sampai korban jiwa anggota keluarga juga sering terjadi.
Sebenarnya Pacitan telah pernah mengalami musibah tanah longsor hebat. Terjadi 22 Pebruari, enam musim lalu (22-2-12). Longsor tersebar di 8 kecamatan, meluruhkan 128 rumah, 84 diantaranya di kecamatan Tegalombo (terparah). Karena itu tak boleh lena memahami pertanda datangnya bencana. BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana) mencatat, tanah longsor mengancam 274 kabupaten (20 di Jawa Timur). Sebanyak 40 juta lebih penduduk berisiko terpapar dampak longsor.
BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika), memprediksi curah hujan akan semakin deras pada pekan mendatang. Terdapat pergerakan masa udara basah Madden Julian Oscillation (MJO). Masa udara ini seperti badai “gila” bergerak dari barat Samudra Hindia menuju ke wilayah Indonesia bagian barat. Interaksi antara curah hujan dengan MJO, semakin meningkatkan curah hujan sampai 100 milimeter. Ditambah petir.
Badai “gila,” juga membawa membawa lesus (angin puting beliung). Beberapa kawasan di Sumatera Utara, Sumatera Bagian Barat, serta Jawa Barat, sudah dilanda puting beliung. Curah hujan yang deras ditambah lesus, mudah mencabut pohon sampai ke akarnya. Banyak pohon tumbang. Perlu pula waspada berkendaraan, karena tiba-tiba bisa hilang kendali dihempas angin.
Terasa sudah “kenyang” menghadapi bencana, dengan berbagai kepedihan. Walau sesungguhnya bencana tidak pernah datang tiba-tiba, melainkan dengan pertanda alamiah. Penggundulan perbukitan menyebabkan melemahnya daya dukung alam, niscaya segera melongsorkan tanah. Menimbun dataran yang berada di bawah, tak terkecuali pemukiman penduduk. Serta sarana jalan yang tertimbun menyebabkan ke-terisolasi-an area longsor.
Banyak kawasan genting di Jawa Timur (ujung barat), seharusnya telah menjadi kewaspadaan. Ke-genting-an nampak di kabupaten Ponorogo, Trenggalek, Magetan, dan Pacitan. Selain kawasan barat, sebenarnya ujung timur Jawa timur juga tak kalah miris. Daerah perbukitan di Pasuruan, Probolinggo, Bondowoso, sampai Situbondo, biasa dilanda kekeringan.
Tanah perbukitan yang merekah niscaya gampang longsor setelah diguyur hujan deras. Namun masyarakat kawasan timur lebih siaga longsor, dengan tidak bertempat tinggal di bawah tebing. Antara lain pernah mengalami musibah longsor di kecamatan Panti, Jember, (2 Januari) tahun 2006. Sebanyak 77 orang menjadi korban jiwa. Maka seluruh pulau Jawa masih wajib siaga, disebabkan daya dukung lingkungan yang makin menyusut.
Sudah puluhan korban jiwa dan harta tersia-sia akibat bencana banjir dan tanah longsor. Cuaca ekstrem bukan sekadar terasa di pegunungan, yang menyebabkan tanah longsor. Melainkan juga di kawasan pantai, utara maupun selatan pulau Jawa. Bencana selalu mengintai pada musim hujan, menyebabkan banjir di 315 kabupaten dan kota. Ini meng-akibatkan sekitar 63,7 juta jiwa penduduk berisiko terpapar dampak banjir.
Kepedihan akibat bencana, tidak akan ter-obati dengan pelaksanaan proposal rehabilitasi. Bencana bukan sekadar disebabkan topografi daerah. Melainkan juga keterlambatan penanganan (perbaikan) kawasan kritis.

——— 000 ———

Rate this article!
Siaga Longsor dan Lesus,5 / 5 ( 1votes )
Tags: