Siang di Bandara, Sore Pentas Karawitan

23-festival-musikKota Surabaya, Bhirawa
Jatim telah mengoleksi sejumlah trofi dari Festival Nasional Musik Tradisi Anak. Kali ini, trofi itu kembali dibawa pulang dari Jakarta sebagai hadiah untuk Jatim. Ya, itulah buah dari bakat dan kerja keras siswa-siswi asal Kabupaten Banyuwangi yang sukses dinobatkan sebagai penyaji terbaik. Sebagai penghormatan atas prestasinya,  para siswa pun langsung diminta tampil dalam pementasan kehormatan membuka peringatan Hari Anak Nasional (HAN) 2014.
Kamis (22/5) siang kemarin, 15 siswa asal Banyuwangi baru saja dijemput dari Bandara Internasional Juanda setelah enam hari mengikuti Festival Nasional Musik Tradisi Anak di Jakarta. Mereka tak langsung meluncur pulang meski kerinduan dan rasa bangganya sudah ingin ditumpahkan ke sanak keluarga yang menunggu di rumah. Ini karena sore harinya mereka harus kembali naik panggung dalam pentas karawitan di Kantor Dinas Pendidikan (Dindik) Jatim di Jalan Jagir Sidosermo Surabaya.
Pentas kali ini memang bukan pentas sembarang pentas. Ini adalah pementasan kehormatan dari anak-anak Banyuwangi atas prestasi yang telah diraihnya dari Jakarta. Ada undangan khusus dari Dinas Pendidikan (Dindik) Jatim agar mereka mau datang untuk ikut memeriahkan pembukaan Festival Karawitan Anak tingkat Provinsi Jatim. Tak urung penampilan 3 sinden dan 12 pemain musik tradisional ini memantik decak kagum para peserta lomba dan para undangan.
Pengalaman manggung kali ini memang bukanlah pengalaman pertama bagi para pemain. Khususnya bagi sinden utama, yaitu Dyah Safira. Siswi kelas 5 MI Islamiyah Kedaleman itu mengaku telah berulang kali menjadi juara menyanyi dan menari di berbagai tingkat. Namun saat tampil dalam pementasan kehormatan itu, Dyah merasakan suasana bangga yang luar biasa. Bahkan dia merasa seperti artis yang banyak digemari orang. “Aku kok jadi seperti artis ya. Banyak orang-orang yang suka sama aku di sini,” celetuknya lugu saat dijamu Kepala Dindik Jatim.
Selama mengikuti festival, ada satu hal yang harus benar-benar dijaga dan ada satu hal lagi yang benar-benar harus ditinggalkan. Yang harus dijaga itu adalah kepercayaan dirinya saat tampil menyanyikan tembang-tembang karawitan. Sementara yang harus benar-benar ditinggalkan adalah vetsin. “Kalau aku cantik, kenapa nggak PD (Percaya Diri). Tapi kalau micin (vetsin) memang harus ditinggalkan,” kata dia.
Rona bangga juga terpancar dari wajah Trisna Cahyo. Siswa kelas 6 SDN Kepatihan ini merupakan salah satu pemain musik yang cukup piawai memainkan berbagai alat-alat musik tradisional. Pantas dikatakan piawai karena dalam satu kali manggung, Trisna bisa memegang 5 alat musik berbeda sekaligus. “Tadi saya mainkan kluncing, saron, terbang, angklung sama patrol,” tutur dia.
Bagaimana bisa menguasai alat musik sebanyak itu? Trisna mengaku mempelajarinya satu per satu. Satu alat musik bisa, lalu belajar alat yang lain. Semua teman-temannya juga melakukan hal yang sama. “Jadi kami memang diajari tidak hanya pandai memainkan satu alat musik,” ungkap dia.
Kepala UPTD Pendidikan Kecamatan Banyuwangi Kabupaten Banyuwangi Nurhamim mengatakan pementasan kehormatan ini merupakan kesempatan yang istimewa. Selain mentas, dia datang sekaligus ingin memberikan langsung trofi kemenangan kepada Dindik Jatim.
Nurhamim mengatakan, anak-anak yang dikirim dari Banyuwangi ke Jakarta itu sebenarnya hanya dari dua sekolah. Sebanyak 14 anak dari SDN Kepatihan dan MI Islamiyah Kedaleman. Ada banyak siswa dari SDN Kepatihan yang mahir bermain musik tradisional. Karena itulah, setiap kali terjadi pergantian Kepala Sekolah (Kasek), maka Dindik harus memilih sosok yang peduli dengan kesenian. “Ini adalah kekhasan yang dimiliki SDN Kepatihan hingga menorehkan prestasi nasional. Karena itu harus benar-benar di jaga,” tutur dia.
Atas prestasi itu, Kepala Dindik Jatim Dr Harun MSi langsung mengungkapkan rasa terima kasihnya kepada para siswa, guru dan Dindik Banyuwangi. Ini merupakan bukti bahwa pembinaan telah berjalan dengan baik. “Enam hari meninggalkan rumah tentu bukan hal mudah bagi anak. Mereka pasti sangat rindu dengan keluarganya. Karena itu, saya ucapkan terima kasih kepada anak-anak yang telah berprestasi ini,” kata Harun.
Menurut Harun, Jatim merupakan gudangnya seni dan budaya. Karena itu, para siswa ini merupakan generasi yang akan terus melestarikan kesenian asli Jatim. “Dalam kesenian ini juga ada pendidikan karakter yang bisa diserap oleh siswa dan diimplementasikan dalam hal-hal yang positif,” tutur Harun. [tam]

Tags: