Siapkan Film Kedua Khas Jawatimuran, Tak Gentar Hadapi Persaingan

Sutaradara film Jack Ainun Ridho dan Kepala SMK Dr Soetomo usai mengikuti movies screening dalam Bulan Film Surabaya di BG Junction Surabaya. [Adit Hananta Utama]

SMK Dr Soetomo Menguatkan Kiprah di Dunia Film Layar Lebar
Kota Surabaya, Bhirawa
Pengalaman menjadi bagian dari produksi film telah dikantongi anak-anak dari SMK Dr Soetomo Surabaya. Wujudnya adalah film Jack yang telah sukses menembus layar bioskop tanah air dan ditayangkan di sejumlah kota di Indonesia. Beratnya proses produksi dan tekanan persaingan industri, tidak membuat kapok untuk kembali menjejakkan langkah di dunia film layar lebar.
Perhelatan Bulan Film Surabaya yang digelar sejak 8 – 14 November mendatang mejadi momentum penting bagi SMK Dr Soetomo untuk terus menguatkan kiprahnya di dunia perfilman. Diskusi seputar produksi film Indonesia, parade film pendek dan screening film ada di dalam rangkaiannya. Tak terkecuali film Jack yang kembali dibedah bersama sang Sutradara M Ainun Ridho. Film yang sempat menghiasai layar bioskop sekitar tiga minggu pada Juni 2019 itu telah dilihat oleh lebih dari 16 ribu penonton.
Angka tersebut masih jauh dari ekspektasi sang sutradara. Maklum, selain menjadi pemain baru di dunia layar lebar, tema film yang diangkat juga sangat lokal. Di sisi lain, kru pendukungnya juga baru berusia anak-anak SMK. “Nyel, film khas Suroboyo. Pemain asli Suroboyo, setting lokasi Suroboyo, sutradara dan kru film Suroboyo,” tutur Ridho.
Lantas, apakah akan menyerah dengan satu film saja? Tidak, Ridho masih bertekad akan kembali hadir di tengah-tengah persaingan industri film yang ketat. Tentu dengan berbagai evaluasi dan pertimbangan yang telah sudah dia kaji. Dan tidak ketinggalan, mitranya SMK Dr Soetomo akan kembali diajak bergabung untuk menyukseskan film kedua ini.
“Ceritanya akan lebih luas, mengusung tentang salah satu potensi seni Jawa Timur, yaitu ludruk. Calon pemain yang akan diangkat juga sudah sepakat untuk bekerjasama menggarap film ini,” tutur Ridho. Peran anak-anak SMK Dr Soetomo, lanjut dia, akan sangat penting dalam proses produksi. Kendati demikian, mereka tetap akan ditempatkan sesuai dengan porsi kompetensi yang sesuai. “Untuk anak SMK itu posisinya ada di layer kedua, tiga dan seterusnya. Mereka akan seperti magang dan langsung terlibat di dalam produksinya,” tutur Ridho.
Ridho sadar, dalam produksi film keduanya ini bersama SMK Dr Soetomo tidak akan ringan. Karena dia akan kembali bersaing dengan distributor film yang sudah memiliki nama besar. Mereka juga telah memiliki jaringan yang kuat dengan bioskop di tanah air. “Setiap bulan ada ratusan film yang antre di bioskop. Kalau film kita jelek kualitasnya pasti tidak akan tayang. Jadi slot itu rebutan, bersaing dan kita termasuk pertama kali bersaing di wilayah itu (bioskop),” tutur dia.
Karena itu, dia berusaha lebih terbuka dengan rencana film kedua ini. Kendati mengusung potensi Jawa Timur, pihaknya juga akan mengambil nilai-nilai dari berbagai suku di Indonesia. Hal itu diharapkan juga dapat mengangkat rating film dan tayang lebih luas tidak hanya di bioskop wilayah Jatim.
Sementara itu, Kepala SMK Dr Soetomo Surabaya Juliantono Hadi menuturkan, pihaknya senang karena akan kembali menjadi bagian dari produksi film layar lebar. Yakin, film kedua ini akan lebih baik kualitasnya karena pengalaman yang sudah dijalani. Selain itu, siswa yang akan menjadi bagian dari kru produksi juga semakin matang.
“Pada saat produksi film Jack ini kita baru tahun pertama membuka jurusan film. Karena itu selain anak-anak jurusan film, yang terlibat juga anak-anak jurusan multimedia. Ada sekitar 40 siswa yang terlibat secara bergantian,” tutur pria yang akrab disapa Anton ini.
Anton mengakui, sejauh ini kompetensi anak-anak SMK dalam produksi film memang bukan di layer pertama. Sebab, dari sisi Standart Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) untuk siswa SMK baru level 3-4. “Nanti akan semakin banyak yang terlibat karena sudah ada anak kelas XI dan XII jurusan perfilman yang siap terlibat dalam produksi film ini,” tutur penggemar berat Persebaya itu.
Keuntungan bagi anak SMK yang terlibat dalam produski film ialah mereka sekaligus tercatat sebagai siswa magang. Karena produksi film ini juga dinaungi oleh production house (PH) resmi. “Target sekolah memang kompetensi siswa. Karena begitu lulus dari SMK, harapannya mereka sudah siap dengan dunia kerja. Karena itu, pengalaman dan pengakuan kompetensi sangat dibutuhkan bagi lulusan SMK,” pungkas Anton. [Adit Hananta Utama]

Tags: