Siapkan Latihan Main Egrang untuk Pecahkan Rekor

Wakil Gubernur Jatim, Saifullah Yusuf saat memainkan egrang dalam festival dolanan untuk memperingati Hari Sumpah Pemuda di ITS, Minggu (29/10) kemarin.

Gus Ipul dan Rektor ITS Mainkan Dolanan Tradisional
Surabaya, Bhirawa
Perayaan Sumpah Pemuda oleh Wakil Gubernur Jatim, Saifullah Yusuf bersama alumni dan sivitas akademi Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, Minggu (29/10) kemarin sangat berbeda. Mereka memainkan egrang dari bundaran ITS menuju ke lapangan dalam ITS.
Rektor ITS Prof Joni Hermana, mengungkapkan festival dolanan ini mengajak mahasiswa yang tengah berada di era milenial untuk kembali mengenang masa lalu. Selain egrang juga ada permainan tradisional lain seperti gobak sodor dan betengan.
“Kegiatan ini kami adakan bersama ikatan alumni dan semua mahasiswa serta pegawai. Jadi semua bisa ikut mengenang permainan zaman dulu,”ujarnya.
Dikatakannya, festival dolanan ini juga didaftarkan untuk memecahkan rekor perguruan tinggi penyelenggara permainan egrang batok kelapa terbanyak. Targetnya ada 2.810 peserta dari alumni hingga mahasiswa yang menggunakan egrang untuk memecahkan rekor MURI.
Kesempatan memakai egrang batok juga diakui kali pertama dilakukan gus Ipul, sapaan akrab orang nomor dua di Jatim ini. Meskipun sempat ragu dan kesulitan di awal memakai, Gus Ipul akhirnya melangkah dengan egrang kedua yang dipilihnya.
Bagi Gus Ipul, momen mengenang permainan tradisional di era digital menjadi sarana mengingat jejak leluhur. Apalagi memakai egrang bersama menumbuhkan kebersamaan. Ia juga meminta kegiatan seperti ini diadakan secara rutin.
Rencana pemecahan rekor Museum Rekor Republik Indonesia (MURI) pemakaian egrang batok terbanyak di Institut Teknologi 10 Nopember (ITS) Surabaya melibatkan berbagai pihak. Mulai dari alumni hingga mahasiswa diajak memakai batok kelapa sebagai egrang yang menjadi bagian dari rangkaian kegiatan Festival Dolanan.
Bagi sebagian orang memakai egrang merupakan hal yang biasa. Namun hal ini cukup asing bagi para mahasiswa yang selama ini minim memgetahui permainan tradisional. Ina Kartika Sari (20) contohnya. Mahasiswa jurusan Biologi ini mengungkapkan ia dan 60 mahasiswa di jurusannya meluangkan waktu selama 2 jam sehari sebelum festival.
“Nggak semua bisa pakai egrangnya juga, jadi kami latihan bersama biar tidak berantakan saat pakai egrang. Mainnya kan nggak sendiri jadi harus kompak,” ungkap mahasiswa semester 5 ini di sela persiapan memakai egrang untuk memecahkan rekor MURI.
Ariandriani, Representatif MURI mengungkapkan proses perhitungan pemecahan rekor MURI ini berjalan dengan cukup lancar. Rekor ini akan diperoleh jika terdapat 2.810 peserta, tetapi yang ikut dalam kegiatan ini mencapai 3.200 orang. Sehingga kroscek setiap peserta dilakukan tim penilai MURI.
“Yang ikut sekitar 3.200an, ini kami kroscek karena tidak setiap regu kelompok memakai egrang,” ujarnya.
Dikatakannya, pemecahan rekor ini memang pertama kali untuk jenis egrang batok. Sebelumnya pemecahan rekor MURI hanya terjadi untuk egrang bambu dengan 1.000 peserta. “Kalau jumlahnya lebih dar 2.810 ya bisa memecahkan rekor sesuai jumlahnya berapa. Tetapi kalau kurang dari 2.810 maka rekornya tidak bisa diperoleh,” ungkapnya. [geh]

Tags: