Siapkan Program dan Sarpras Dukung Penguatan Millenial Job Center

Foto: ilustrasi

Atasi Kesenjangan Lulusan dan Keterserapan Tenaga Kerja
Surabaya, Bhirawa
Dinas Pendidikan (Dindik) Jatim berupaya mendukung penguatan realisasi Milenial Job Center (MJC) melalui berbagai program dan sarana prasarana. Program khusus tersebut akan menyasar guru produktif dan lulusan SMK/SMA.
Rencananya, program pelatihan itu akan memanfaatkan UPT Pusat Pelatihan dan Pengembangan Kejuruan (P3K). Selain progran pelatihan, Dindik Jatim juga tengah menggodok kerjasama dengan Tiongkok. Dari kerjasama tersebut, Dindik Jatim akan memperoleh bantuan sarana prasarana untuk praktikum sesuai dengan bidang keahlian yang ada di program Milea.
Kabid Pembinaan SMK Dindik Jatim, Suhartono mengungkapkan saat ini pihaknya tengah menggodok hasil kerjasama yang dibangun dengan Tiongkok. Bentuk bantuan yang ditawarkan pun mulai dianalisa syarat-syarat bantuannya dan akan dilaporkan kepada Gubernur Khofifah. Pihaknya juga sudah menyiapkan tenaga pendidik yang berlatar dari akademisi, praktisi maupun orang yang ahli di bidangnya. “Program pelatihan itu akan menyasar ke guru-guru SMK negeri dan swasta. Bisa juga ke lulusan SMK/SMA,” ungkap dia.
MJC sendiri merupakan program yang digagas Gubernur Khofifah dan Wagub Emil untuk memfasilitasi para milenial dalam mengoptimalkan kompetensinya dalam memasuki dunia kerja, dunia usaha dan dunia industri. Program tersebut menjadi inkubasi inovasi dan entrepreneur. Terutama untuk menciptakan ruang bersama dalam menggali inspirasi dan gagasan kreatif. Serta menstimulasi usaha melalui pelatihan ekstensif untuk keahlian-keahlian milenial. MJC juga menjadi jawaban terhadap masih rendahnya angka lulusan SMA/SMK yang melanjutkan ke perguruan tinggi. Para lulusan SMA/SMK yang tidak melanjutkan akan diberi bekal keterampilan milenial. Harapannya bisa bersaing di dunia usaha dan dunia industri serta memiliki bekal untuk berwirausaha.
Di Jatim sendiri, komitmen pengembangan kompetensi siswa sudah dibuktikan dengan didirikannya program SMA Double Track dan SMK Mini. “Kalau SMK memang diproyeksikan untuk memiliki keahlian tertentu,” sambung dia.
Bidang-bidang yang diprioritaskan dalam program MJC yang membutuhkan penyesuaian skill kebanyakan menyesuaikan kebutuhan tren industri 4.0. Diantaranya developer web, konten kreator, event organiser, game developer, animasi developer, 3d spesialis, digital marketing, anti hacking programmer, lighting sound specialis, travel and food bloger. “Jadi kita memang sesuaikan dengan tren saat ini,”kata dia.
Berbagai bidang itu, untuk mengakomodasi kesenjangan suply dan demand vokasi dengan peluang tenaga kerja SMK. Suhartono menyebut, dari 9 bidang keahlian yang ada di SMK, ada kelebihan lulusan di bidang bisnis dan manajemen dibandingkan peluang kebutuhan tenaga kerja. Itu terjadi karena penyelenggaraannya mudah dan murah. Sedangkan kekurangan lulusan terbesar SMK justru terjadi di bidang perikanan dan kelautan. Di mana di tahun 2016, lulusan SMK dijatim berkisar 17.249 siswa sementara peluang kebutuhan tenaga kerja mencapai 3.364.297 orang.
“Faktor ini terjadi karena peraturan kementerian perhuvungan sulit menerima keberadaan jurusan ini (perikanan dan kelautan, red). Mereka belum mengkover kedua bidang keahlian ini,” tutur dia.
Menanggapi hal itu, Suhartono menilai jika apa langkah Wagub Emil dalam mengoptimalkan jurusan pertanian di anggap tepat. Ia menuturkan, saat ini pihaknya lebih memilih fokus untuk melakukan revitalisasi pengelolaan manajemen keahlian perikanan dan kelautan dibanding menambah jurusan.
Dalam program MJC ini, SMKN 11 Malang ditunjuk sebagai pilot project oleh Dindik Jatim karena memiliki kurikulum cloud computing yang mendukung program MJC. Fokus kejuruan pun bergerak di bidang IT untuk kemudian akan diimbaskan ke keahlian rekayasa perangkat lunak (keahlian yang serumpun) di SMK lain. [ina]

Tags: