Siapkan Tenaga Migas Sesuai Kebutuhan Industri

Kepala Perwakilan SKK Migas Jawa Bali dan Nusa Tenggara Ali Masyhar saat memberikan kuliah umum Pengelolaan Industri Hulu Migas di Indonesia di ITATS, Kamis (15/9). [adit hananta utama]

Kepala Perwakilan SKK Migas Jawa Bali dan Nusa Tenggara Ali Masyhar saat memberikan kuliah umum Pengelolaan Industri Hulu Migas di Indonesia di ITATS, Kamis (15/9). [adit hananta utama]

SKK Migas Gandeng Perguruan Tinggi
Surabaya, Bhirawa
Rendahnya pendapatan negara dari sektor migas mendorong Satuan Kerja Khusus (SKK) Migas melakukan sejumlah langkah jitu. Salah satunya ialah mendekatkan diri dengan perguruan tinggi untuk mencetak tenaga migas yang handal sesuai kebutuhan dunia industri.
Kepala Perwakilan SKK Migas Jawa Bali dan Nusa Tenggara (Jabanusa) Ali Masyhar mengatakan, dunia industri Migas dengan dunia pendidikan harus dapat saling berkolaborasi untuk pengetahuan. Khususnya perguruan tinggi yang memiliki konsentrasi di bidang teknik geologi seperti di Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya (ITATS).
“ITATS sebagai salah satu kampus pencetak tenaga pertambangan. Kita hadir di sini semoga kedepannya dapat menyiapkan tenaga Migas yang lebih update lagi,” tutur Ali di sela kuliah umum Pengelolaan Industri Hulu Migas di Indonesia di ITATS, Kamis (15/9).
Ia menjelaskan, saat ini produksi minyak mentah Indonesia terus turun dengan rata-rata 20 persen per tahun. Dalam kondisi tersebut, produksi minyak mentah Indonesia pada tiga sampai lima tahun ke depan akan turun hingga 500.000 barel per hari (bph), jika dibandingkan dengan kebutuhan atau permintaan masyarakat hal ini sangatlah kurang.
“Potensi alam yang menghasilkan minyak dan gas, saat ini hanya tersisa 300-350 wilayah di seluruh Indonesia, Sumber gas yang sedang kami tangani dengan dua proses yaitu eksplorasi dan proses eksploitasi,” urai Ali.
Kondisi ini diakuinya sangat berpengaruh dalam pendapatan negara. Terbukti, pendapatan negara dari gas dan minyak saat ini turun sangat drastis pertahunnya. Untuk menyiasati itu  sangat dibutuhkan SDM yang pandai dalam menghasilkan sumber gas dan minyak yang baru tanpa mengeluarkan dana banyak dari negara.
“Dulu pada tahun 2014, pembangunan dan pendapatan negara dalam penuhan APBN 70-80% nya di dapatkan dari migas. Namun, saat ini pendapatan migas turun menjadi 100 triliun pertahun, sehingga pengghasilan negara dari minyak dan gas hanya Rp 1 triliun perharinya,” papar Ali.
Selain mendapatkan wawasan tentang isu permigasan, para mahasiswa dalam kesempatan itu juga mendapat kesempatan untuk mempelajari perlatan-peralatan yang digunakan dalam operasi pemboran yang terkini. Mereka juga dikenalkan dengan penyedia-penyedia jasa yang terlibat dalam operasi pemboran. “Hal ini dimaksudkan untuk membuka wawasan audiens terkait besarnya kesempatan yang mungkin tercipta dari industri migas,” terangnya.
Sementara itu, Dosen Teknik Geologi ITATS Handoko Teguh Wibowo mengatakan, konsentrasi pada Teknik Geologi merupakan cara yang tepat untuk menemukan minyak dan gas tanpa mengeluarkan dana negara yang besar.  Saat ini, potensi permigasan menjadi primadona karena bisa memiliki dua fungsi. Yaitu suplai energi dan bahan. Sementara di Jatim, potensi  pencarian sumber minyak cukup besar. “Kami memastikan semua hasil dari minyak maupun gas yang di eksplorasi dan exploitasi sumber harus didalami dan mendevelop di lapangan agar produksinya tetap maksimal,” ujar Handoko. [tam]

Tags: