Siasati Biaya Mahal, Gunakan Karton untuk Maket

Teguh Fajar Mahendra menunjukkan maket SMKN 3 Boyolangu karya siswa jurusan arsitektur di stand Dindik Jatim pada Jatim Fair_tam (1).jpg

Menengok Kreatifitas Siswa Jurusan Arsitek SMKN 3 Boyolangu
Surabaya, Bhirawa
Membuat maket adalah salah satu pekerjaan wajib seorang arsitek sebelum memulai proyek pembangunan. Namun, tidak selalu arsitek lulusan perguruan tinggi yang bisa melakukan pekerjaan tersebut. Para siswa di jenjang pendidikan menengah kejuruan pun memiliki kemampuan yang layak untuk itu.
Seperti dicontohkan siswa desain pemodelan dan informasi bangunan (Arsitek) SMKN 3 Boyolangu, Tulungagung. Melalui maket bentuk sekolahnya sendiri, para siswa bermaksud menunjukkan kebolehan mereka membuat miniatur sekolahnya yang berdiri di atas lahan 3,5 hektar. Yang tak kalah penting, maket itu dibuat dengan bahan-bahan super murah.
“Kalau biasanya maket menggunakan bahan-bahan seperti mika. Kita di sini memakai kertas karton dan jenis kertas lainnya yang mendukung bentuknya,” tutur Teguh Fajar Mahendra. Siswa kelas XII jurusan teknik konstruksi batu dan beton itu memamerkan karya sekolahnya pada Jatim Fair di Grand City Surabaya, Rabu (11/10).
Fajar menuturkan, maket sekolahnya itu dirancang dengan skala 1: 300. Selain menggunakan bahan kertas, dia juga menggunakan spon untuk pepohonan. Bahan ini jelas lebih murah dari pada pepohonan plastik yang biasa digunakan. Spon tersebut dibentuk layaknya daun pepohonan dan dicat warna hijau. Sementara untuk batang pohon dia gunakan kawat dilapisi isolasi yang dibakar. “Dalam waktu seminggu maket ini sudah bisa kita selesaikan,” tutur Fajar.
Fajar mengaku, membuat maket bukanlah pekerjaan yang terlalu berat bagi siswa SMK. Sebab, sejak kelas XI dan XII para siswa sudah mulai mendapat tugas untuk membuat maket. Untuk membuatnya, proses yang harus dilakukan pertama adalah menggambar sketsa dua dimensi. Gambar dua dimensi ini menggunakan aplikasi autocad. Berikutnya, membuat pola gambar tiga dimensi menggunakan aplikasi 3D max. Setelah itu membuat pola pada kertas sebelum dibentuk menjadi bangunan.
“Proses yang terakhir ini yang paling sulit. Merakit gambar pada kertas menjadi bangunan. Perlu imajinasi dan mood yang bagus. Kalau nggak mood bisa kacau,” kata dia lalu tersenyum.
Meski dibuat dari bahan sederhana, Fajar mengaku karya maket mereka sudah layak dipasarkan. Hal itu terbukti dari pesanan yang diterima oleh sekolah. “Kala ada pesanan, para siswa juga yang akan mengerjakan. Lumayan, untuk tambahan uang saku,” pungkas dia.

Kuasai Desain 2D dan 3D, Modal Menuju LKS Jatim 2017
Kemampuan membuat desain bangunan cukup menonjol di kalangan siswa SMKN 3 Boyolangu. Itu pula sebabnya, satu siswa dari sekolah tersebut akan menjadi wakil dari Tulungagung menuju Lomba Kompetensi Siswa (LKS) SMK Jatim 2017.
Dia adalah Novi Prasetyo, siswa kelas XII yang konsen di jurusan Teknik Gambar Bangunan. Novi mengaku akan berangkat ke arena LKS di Banyuwangi pada 22 Oktober mendatang. Di lomba tersebut, dia akan mendapat tugas membuat brosur penjualan rumah.
“Dalam brosur rumah itu sudah meliputi desain 2D (dua dimensi) yang menunjukkan sketsa dan ukuran rumah. Dan desain 3D (tiga dimensi) yang menujukkan tampak bangunan. Brosur itu sekaligus dengan materialnya,” terang Novi.
Untuk membuat desain 2D maupun 3D, semua siswa SMK di jurusan TGB diyakini Novi mampu melakukannya. Hanya yang membedakan adalah kecepatan, artistic dan ketepatan antara 2D dengan 3D. Untuk membuat satu bangunan rumah, dia biasa menghabiskan waktu sekitar empat jam.
“Kalau pas lomba nanti kita diberi waktu sekitar enam jam. Jadi yakin bisa selesai tepat waktu,” terang dia.
Kemampuan mendesain bangunan harus diikuti dengan kemampuan menghitung anggaran. Dua hal itu, lanjut Novi melekat pada siswa jurusan TGB. Perhitungan itu baik matrial maupun analisa pekerjaannya.
“Pekerjaan sekecil apapun harus dihitung. Kalau tidak, mandornya yang akan rugi. Kemudian material juga selama tiga bulan sekali juga akan berubah,” pungkas dia. [tam]

Tags: