Sidak Tim Patroli Air, Pabrik Briket Arang Diduga Buang Limbah Cair

Foto  Iluastrasi

Foto Iluastrasi

Pemprov Jatim, Bhirawa
Berawal dari pantauan Garda Lingkungan Jatim, diduga pabrik arang bricket PT Karang Pilang Agung yang berada di wilayah Kota Surabaya kerap membuang limbah cari yang terdapat campuran arang berwarna hitam.
Dari pantauan tersebut, Tim Patroli Air Terpadu Jatim langsung menindaklanjutinya dengan inspeksi mendadak, Selasa (25/10). Tiba di lokasi, tim memeriksa saluran drainase di depan lokasi pabrik dan hasilnya berwarna hitam pekat yang terdapat sedimentasi serupa serbuk arang.
“Di lokasi depan pabrik saja sudah tampak air drainase yang mengalir berwarna hitam dan bisa dipastikan ada sedimentasi berupa arang. Saat dipantau di lokasi pabrik memang diakui pihak perusahaan jika memang ada buangan dari bak yang menampung air dari wet scubber dari cerobong asap,” kata Koordinator Jawa Timur, Didik Harimuko.
Sedangkan dari pengamatan Badan Lingkungan Hidup (BLH) Jatim yang diwakili Staf Bidang Wasdal, Zainal Abidin diketahui pabrik arang tersebut memiliki enam cerobong produksi yang sudah dilengkapi alat pengendali (wet scrubber).
Dikatakannya, air dari Wet Scrubber ditampung di tiga bak. Bak pertama ditemukan ada paralon yang diindikasikan menjadi saluran by pass untuk membuang air limbah ke saluran drainase. Pada bak kedua juga ditemukan by pass ke drainase yang tercampur dengan air hujan dan limbah domestik.
Di sisi lain, PT Karang Pilang Agung diketahui juga belum dilengkapi dengan rekomendasi dari instansi terkait. Bahkan perusahaan juga belum melakukan uji udara emisi dan ambien pada  semester II 2015 hingga semester I 2016.
Dari hasil uji air limbah di saluran drainase yang berwarna hitam tersebut diektahui pH air dibawah ambang batas yakni 4,17 dengan suhu 37,90C. Sampel diambil oleh petugas Lab dari Perum Jasa Tirta (PJT) I Mojokerto pada pukul 11.30 WIB.
Kembali, Didik menjelaskan, belum terolahnya air dari wet scrubber yang banyak mengandung serbuk arang tersebut sangat disayangkan.
“Perusahaan ini sudah berjalan sejak 1990. Kalau sampai sekarang belum taat lingkungan sangat disayangkan. Apalagi 70 persen produk arang briket mereka ini diekspor ke luar negeri. Jadi sesegera mungkin harus dilakukan perbaikan,” tandasnya. [rac]

Tags: