Sidoarjo Hasilkan 4.400 MeterKubikSampahPerhari

5-Foto Benta-4400 Meter Kubik Sampah-AlikusyantoSidoarjo, Bhirawa
Program Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) di Kab Sidoarjo harus dijalankan dengan maksimal dan optimal. Sebab bila tidak, keberadaan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah, yang satu-satunya dimiliki Desa Kupang, Kec Jabon, diprediksi bakal bisa tutup dalam waktu dua tahun kedepan.
Hal ini tak lepas, karena volume produksi sampah yang dihasilkan masyarakat Sidoarjo cukup besar. Menurut data di Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kab Sidoarjo, per harinya volume sampah yang dihasilkan masyarakat bisa mencapai 4.400 meter kubik. Sedangkan yang mampu diangkut ke TPA hanya sebanyak 1.220 meter kubik saja.
Sisa volume sampah yang ada itu, ada yang diolah masyarakat sendiri secara perorangan atau kelompok, ada yang melalui TPS desa, TPST kawasan, bahkan ada yang dibuang secara liar.
”Dengan pola TPS Terpadu, diharapkan pengolahan sampah bisa tuntas di tempat, tidak lagi sampai harus diangkut ke TPA, ini akan bisa membuat umur TPA akan bisa panjang lagi,” jelas Kabid Kebersihan DKP Sidoarjo, Widiantoro SH MSi, Senin (7/3) kemarin.
Program TPST di Kab Sidoarjo sendiri sudah dimulai sejak tahun 2009 lalu. Pembangunanya, ada yang didanai APBN maupun APBD. Diantaranya di Desa Janti, Desa Ngingas Kec waru, Desa Keboansikep Kec Gedangan, Desa Siwalan Panji, Desa Prasung, Kec Budurandan, Desa Ngaban, Kec Tangulangin.
Sedangkan tahun 2015 sudah dibangun di Desa Kedondong, Kec Tulangan dan pada tahun 2016 ini akan diusulkan di Desa  Bligo, Kec Candi. Sedangkan TPST kawasan yang sudah ada, yakni di Lingkar Timur, Kec Buduran dan  Desa Banjar Bendo, Kec Sidoarjo. Rencanya pada tahun 2016 ini akan dibangun lagi dengan dana APBD di Desa Candi Pari Kec Porong, Desa Tambak Rejo Kec Waru, Desa Barengkrajan Kec Krian, Kelurahan  Taman, Desa Sedati Gede Kec Sedati dan Desa Tulangan.
”Sebelum dibangun TPST itu, desa-desa itu ditawarkan dulu, apa warda desa setuju dan tentu saja punya lahan,” ujarnya.
Di dalam TPST, kata Widiantoro, tentu saja dilengkapi sejumlah sarana untuk mengolah sampah. Seperti  mesin pengolah sampah, seperti mesin kompreyor atau alat pemilah sampah, mesin pencacah, mesin pemadat, dan kedepan akan akan ada mesin pembuat pelet/biji plastik.
Selama ini, di TPST itu ada lapak-lapak yang menampung sejumlah produk sampah. Seperti ada lapak yang menampung sampah kardus, sampah plastik, dan sampah besi. Itu semua kemudian dikumpulkan dan dijual oleh pemulung.  Sedangkan sampah basah diolah menjadi kompos yang berguna untuk pupuk tanaman.
Sedangkan untuk memerangi sampah yang dibuang secara liar, kata Widiantoro, pihak DKP Sidoarjo juga punya polisi sampah. Petugas ini bertugas mengawasi pembuangan sampah secara liar oleh masyarakat di sejumlah titik. Misalnya di lahan kosong atau sungai. ”Masyarakat yang ketangkap oleh petugas akan disidangkan Tipiring dan kena denda,” katanya. [kus]

Tags: