Sikapi Aksi Terorisme Makassar, Lintas Agama di Jombang Gelar Doa Bersama

Doa bersama yang dilakukan lintas agama di GKJW Jombang menyikapi aksi terorisme bom bunuh diri di Gereja Katedral Makassar, Senin (29/03). [arif yulianto/bhirawa[.

Jombang, Bhirawa
Sejumlah perwakilan dari lintas agama di Jombang menggelar aksi doa bersama di Gereja Kristen Jawi Wetan (GKJW) Jemaat Jombang di Jalan Adityawarman 54 Jombang, Senin (29/03). Aksi doa bersama ini dilakukan sebagai bentuk reaksi dari peristiwa terorisme pada aksi bom bunuh diri di Gereja Katedral Makassar yang terjadi pada Minggu (28/03) kemarin.

Salah seorang peserta doa bersama, Pendeta Suyono mengungkapkan, aksi doa bersama yang dilakukan bersama rekan-rekannya ini merupakan aksi dadakan.

“Tadi malam kita bicara dengan teman-teman GusDurian juga, bahwa kita harus mengadakan kegiatan yang nyata, bukan mengecam, untuk mereaksi (aksi) bom yang ada di Makassar, agar virus cinta yang kita miliki, kasih yang kita miliki, kebersamaan yang kita miliki, bisa berkembang,” ungkap Pendeta Suyono.

Virus kasih dan cinta itu sambung dia, diharapkan bisa dirasakan oleh seluruh Bangsa Indonesia, sehingga kebersamaan dan persatuan yang selama ini terjalin tidak akan bisa ternodai oleh tindakan apapun, termasuk oleh aksi terorisme.

Dikatakannya, aksi terorisme harus dilawan dengan ras cinta dan kasih. Cinta perlu disebarkan kepada siapapun, oleh agama apapun yang ada di Indonesia.

“Agar kita bisa bersama-sama merasakan kasih sayang di antara kita semuanya,” ucapnya.

Kepada pemerintah, dia meminta agar melakukan tindakan tegas kepada pihak-pihak yang melakukan aksi terorisme dan memberikan penyadaran kepada pihak-pihak yang memiliki ideologi yang keliru agar bisa sadar kembali kepada kebaikan.

Aksi dilakukan dengan menyalahkan lilin-lilin, kemudian satu persatu mereka menyampaikan stetemen masing-masing. Aksi kemudian dilanjutkan dengan doa bersama, dan ditutup dengan menyanyikan Lagu Kebangsaan Indonesia Raya.

Peserta lainnya, Aan Anshori menuturkan, aksi ini digelar bertujuan untuk mendorong setiap orang mengecam aksi kekerasan.

“Kekerasannya, bukan agamanya. Kita ingin dari Jombang bahwa apa yang dirasakan oleh teman-teman Katolik yang ada di Makassar, itu juga dirasakan oleh teman-teman, tidak hanya teman-teman non Islam, tapi juga oleh teman-teman muslim sendiri,” tutur Aan Anshori.

Dia berharap, peristiwa bom bunuh diri di Gereja Katedral Makassar merupakan aksi kekerasan yang terkakhir, dan tidak terjadi lagi di Indonesia.

“Atas nama Bangsa Indonesia, kebhinekaan, kita tidak ingin kekerasan ini terus mengoyak atas nama agama,” tandasnya.

Dia berharap agar pemerintah benar-benar memastikan bahwa kelompok-kelompok radikal dan teroris benar-benar tidak melakukan aksinya.

“Misalkan dengan membuat undang-undang baru atau kemudian melakukan kerja-kerja deradikalisasi itu sendiri,” pungkas Aan Anshori.(rif)

Tags: