SIKAREL Gantikan Sistem Manual Presensi

Tim Era Aru Teus menunjukkan cara kerja SIKAREL (Presensi Kartu Elektronik) di Universitas Surabaya (Ubaya), Kemarin (12/12).

Peringkat II Festival Startup Elektronika Jatim 2018
Surabaya, Bhirawa
Diterapkannya Presensi Kartu Elektronik (SIKAREL) pada Fakultas Teknik Universitas Surabaya (Ubaya) mampu menggantikan presensi manual. Sistem yang dibuat untuk menyempurnakan presensi manual ini, didesain untuk menurunkan terjadinya human error yang sudah diterapkan sejak awal tahun 2018 lalu.
Mereka yang tergabung dalam Tim Era Eru Teus adalah Tabah Arivianto, Nico Ardianto, Rifki Alviyandi, Alessandro Augusta, dan Andrew Tanujaya dari jurusan Teknik Elektro, serta Kristian Tanuwijaya mahasiswa jurusan Teknik Informatika. Sistem tersebut juga menduduki juara ke II dalam ajang Festival Startup Elektronika Jawa Timur tahun 2018 pada 22 November lalu.
Diungkapkan Ketua tim Era Eru Teus, Tabah Arivianto jika inovasi SIKAREL didesain dengan tujuan untuk menyempurnakan sistem presentasi manual yang sebelumnya masih menggunkan kertas. Dari segi biaya, pihaknya menilai presensi manual lebih mahal dan lebih rumit penggunaannya bagi Tata Usaha maupun dosen.
“Sikarel secara langsung telah digunakan di 14 kelas Fakultas Teknik. Alat ini terbukti lebih akurat dalam memasukkan data, cepat dan ekonomis,” ujar dia.
Selain itu, sambung dia, sistem SIKAREL lebih fleksibel dan dapat diatur sesuai dengan kondisi kelas. Seperti nama mata kuliah yang berbeda, pergantian jam mata kuliah dan lainnya.
“Sistemnya dihubungkan dengan database yang dimiliki oleh unit Akademik dan Sistem Informasi Manajemen Ubaya,” tutur dia.
Secara teknik penggunaan SIKAREL, saat dosen masuk ruangan. Ia terlebih dulu membuka sistem presensi kelas dengan menempelkan kartu karyawan. Kemudian, mahasiswa bergantian maju ke depan kelas untuk menempelkan kartu mahasiswa.
Sistem akan mengetahui secara otomatis, mahasiswa yang namanya tidak terdaftar dalam kelas. Usai mengajar, dosen diminta untuk menempelkan kartu karyawannya kembali untuk menutup kelas. Sehingga tidak ada mahasiswa yang bisa melakukan presensi.
“Sekarang penggunaannya masih menggunakan kartu mahasiswa atau dosen untuk mendeteksi. Kami akan kembangkan kembali untuk kedepannya. Karena problemnya kartu bisa saja hilang. Kalau seperti itu harus menunggu untuk mendapatkan yang baru,” pungkas dia. [ina]

Tags: