Sindir Pemerintahan Jokowi, Disambut Tepuk Tangan Meriah

Pakde Karwo ikut menyimak kuliah umum Prof SBY pada pengukuhan  mahasiswa baru program pasca sarjana Unair, Selasa (10/2).

Pakde Karwo ikut menyimak kuliah umum Prof SBY pada pengukuhan mahasiswa baru program pasca sarjana Unair, Selasa (10/2).

Kota Surabaya, Bhirawa
Penampilan Prof Dr Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) saat menyampaikan pidato masih begitu memukau. Gaya bicara yang khas dan tempo yang teratur, mengundang kesan seakan-akan dia masihlah seorang presiden di negeri ini. Kehadirannya pun masih tetap disambut begitu antusias oleh masyarakat dan para menteri yang dulu membantunya.
Meski jabatan sebagai presiden telah berakhir, pemikiran dan gagasan SBY untuk Indonesia seperti terus mengalir.  Selasa (10/2) kemarin, SBY kembali harus tampil dan mengungkapkan gagasan-gagasannya untuk negara yang pernah dipimpinnya selama sepuluh tahun sejak 2004 hingga 2014 lalu. Namun, kali ini dia hadir sebagai seorang guru besar yang bertugas memberikan kuliah umum kepada mahasiswa baru pasca sarjana Universitas Airlangga (Unair) Surabaya.
Dalam materinya, Presiden RI ke-6 ini mengupas tentang visi dan pekerjaan besar Bangsa Indonesia ke depan, menuju Indonesia yang modern dan kuat pada 2045 dan menjadi negara maju di abad 21. Ia berpandangan, Indonesia harus memiliki tiga kekuatan utama, di antaranya ekonomi yang kuat, demokrasi yang kuat, stabil  dan berkualitas, serta peradaban bangsa yang unggul dan maju. “Masa emas itu tidak akan datang dengan sendirinya. Tidak juga datang dari langit,” ucapnya.
Di tengah-tengah pidatonya, SBY mengajak para audiens untuk berefleksi melihat kembali transformasi sistem pemerintahan di Indonesia. Dari otoritarian ke demokrasi, dari sentralistik menuju desentralisasi. Meski telah terjadi transformasi, SBY melihat Indonesia justru masuk dalam sistem yang semi presidensial sekaligus semi parlementer.
Hal ini, lanjutnya, menjadikan posisi parlementer menjadi lebih besar dan memangkas sebagaian besar kewenangan presiden. Presiden tidak memiliki kewenangan seperti dulu. Seluruh kebijakan harus atas pengesahan DPR. “Seorang presiden, meski visioner dan kaya gagasan, harus tetap taat terhadap aturan,” tegas SBY.
Di sisi lain, SBY menyadari, pemimpin dan penyelenggara negara sering kali mendapat godaan. Godaan untuk menyalahgunakan kekuasaan itu tidak hanya tertuju pada presiden, tapi siapapun yang memegang kekuasaan. Misalnya kekuasaan lembaga penegak hukum yang putusannya bersifat final dan mengikat. Seharusnya kekuasaan itu dilakukan secara adil dan bertanggung jawab.
Sedangkan godaan di era transisi demokrasi ini adalah niat dan tindakan untuk kembali ke era otoritarian yang sudah ditinggalkan 17 tahun lalu. Misalnya, larangan TNI – Polri agar tidak masuk ke wilayah politik praktis atau politik kekuasaan. “Para jendral, laksamana dan marsekal aktif serta para petinggi polri tidak boleh tergoda untuk kembali masuk ke wilaya politik kekuasaan,” tutur dia.
Sebaliknya pihak sipil, baik politisi, presiden, partai politik atau siapapun jangan menarik TNI dan petinggi Polri ke wilayah politik praktis. Atau diseret untuk memenuhi kepentingan politiknya masing-masing. “Kalau terjadi, ini sebuah pengkhianatan terhadap reformasi, TNI dan Polri. Ini harus dijunjung tinggi, oleh para politisi dan seluruh rakyat Indonesia,” tegas dia lalu disambut tepuk tangan meriah hadirin seakan tahu makna ucapan itu untuk siapa.
Di akhir pidatonya, SBY berharap dari kampus Unair ini akan lahir pemikiran-pemikiran besar yang diabdikan untuk kepentingan bangsa dan negara. Dia juga bangga atas prestasi-prestasi yang selama ini sudah dicapai oleh kampus berkelas internasional kebanggaan bangsa itu. “”Teruslah berprestasi,” ucapnya singkat menutup pidato.
Rektor Unair Prof Fasich dalam sambutannya atas nama civitas akademika Universitas Airlangga menyampaikan apresiasi dan terima kasih kepada SBY atas dukungannya sehingga  menjadi universitas ternama di Indonesia dan dunia. “Terima kasih tak terhingga kepada Bapak SBY atas kesempatan yang diberikan pada kami sehingga bisa berkembang pesat seperti saat ini. Seperti Fakultas Kedokteran sudah diakui  kompetensinya secara Internasional oleh AUN,” kata Fasich.
Ia menjelaskan, semua prestasi Unair saat ini merupakan buah dari rangkaian panjang perjuangan memajukan Unair dan menjadikan Unair sebagai Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum (PTN BH). PTN BH memungkinkan otonomi kampus untuk menetapkan kebijakan baik dalam bidang akademik maupun non akademik. Otonomi bermakna kemandirian dan bukan bebas lepas dari ikatan kenegaraan, otonomi memberikan akses lebih luas dan terbuka untuk membawa Unair menjadi Univesitas kelas dunia.
Hadir dalam forum ini beberapa Menteri Kabinet Indonesia Bersatu Jilid II yaitu Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mohammad Nuh dan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Chairul Tandjung, Gubernur Jawa Timur Dr H Soekarwo, Ketua Majelis Wali Amanat Unair Sudi Silalahi, Guru Besar Unair dan ratusan mahasiswa baru.  [tam]

Tags: