Sinergikan Ternak Kelinci dengan Pertanian Organik

Wali Kota Batu, Eddy Rumpoko saat memberikan pengarahan kepada anggota Makindo.

Kota Batu, Bhirawa
Pemerintah Kota Batu terus berupaya menggenjot minat warganya untuk menekuni pertanian organik. Salah satunya dengan mengintegrasikan pertanian organik dengan ternak kelinci yang banyak terdapat di Kota Batu. Rabu (25/1), bertempat di Gedung Pancasila Balikota Among Tani Batu, Pemkot menggelar Workshop Kelinci dan Integrasi Pertanian Organik. Workshop ini dihadiri Direktur Jenderal (Dirjen) Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementrian Pertanian RI, I Ketut Diarmita.
“Untuk menjaga kesinambungan peternakan kita, paling tidak ada 4 hal yang harus kita perhatikan dan jaga baik-baik, pertama masalah produksi, kedua masalah konsumsi, pakan ternak, yang ketiga air dan keempat masalah penyakit,” ujar Diarmita saat membuka workshop.
Terkait hal itu, ia mengingatkan para peternak untuk lebih memperhatikan kesehatan hewan. Apalagi saat ini curah hujan khususnya di Kota Batu sangat tinggi sehingga hewan cenderung rentan terhadap penyakit.
Sekarang ini banyak merebak isu penyakit pada hewan. Beberapa waktu lalu Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan mendapatkan kabar jika di Tulungagung ada sapi mati tanpa sebab, di Jogja ada isu antrax, kemudian di lampung isu Ai.
“Banyak berita yang tidak akurat, setelah saya cek di Lampung ternyata tidak separah yang diberitakan,” jelas Diarmita. Untuk itu, ia menghimbau kepada peternak, khususnya peternak kelinci yang hadir di acara workshop itu untuk tetap menjaga kesehatan kelinci. Dia juga menghimbau kepada masyarakat umum untuk tetap menjaga lingkungan agar tidak diserang penyakit.
Diketahui, saat ini daging kelinci mengalami kenaikan peminat atau konsumsen. Ketua Masyarakat Kelinci Indonesia (Makindo) Jawa Timur, M. Sobri mengindikasikan dan menemukan arah perkembangan itu melalui hasil-hasil riset.
“Sudah saatnya kelinci saat ini sebagai makanan yang dikonsumsi, dan bukan sebagai hewan piaraan yang menjadi hiasan lagi,”ujar Sobri di sela-sela acara workshop.
Para peternak kelinci bisa memanfaatkan kotoran kelinci sebagai bahan biogas dan pupuk cair. Bahkan pupuk cair dari limbah kelinci ini bisa mempercepat pertumbuhan tanaman organik. “Dengan menggunakan pupuk cair ini, kangkung organik bisa lebih panjang 5 cm dibanding tanpa menggunakan pupuk cair,”jelas Sobri.
Dia mengatakan, banyak hal yang bisa diupayakan oleh peternak kelinci untuk menghasilkan daging kelinci yang berkualitas. Salah satunya, dengan menambah serat pada makanan kelinci melalui rumput yang ada di sekitar.
“Kita pakai jerami padi, jerami kacang, jerami kacang hijau itu sebagai sumber serat. Adapun untuk menambah sumber protein pada kelinci, peternak bisa memanfaatkan kedelai afkir ataupun sumber protein lain,” jelasnya.
Ia juga menanggapi Positif peternak kelinci di Kota Batu yang memanfaatkan rumput yang tumbuh di alam bebas sebagai sumber serat. Namun, akan menjadi masalah ketika peternak mengambil rumput yang tidak benar. Rumput yang bagus sebelum berbunga, berusia antara 35-40 hari.? Kalau terlalu muda, seratnya rendah.
Data di Makindo Jatim, saat ini di Malang Raya populasi kelinci mencapai lebih dari 100 ribu ekor. Pengembangan peternakan kelinci di kota Batu, menurutnya sangat prospektif karena jumlah peternak kelinci cukup banyak. [nas]

Tags: