Singkong Harapan Baru Petani Jember Singkong

Hasan Pengurus Koperasi Harapan Makmur Bersama menunjukkan hasil singkong hasil Program pendampingan yang dilakukan oleh Lembaga Penelitian Universitas Jember

Hasan Pengurus Koperasi Harapan Makmur Bersama menunjukkan hasil singkong hasil Program pendampingan yang dilakukan oleh Lembaga Penelitian Universitas Jember

Dulu Dipandang Sebelah Mata, Kini Jadi Pembawa Kemakmuran
Kabupaten Jember, Bhirawa
Tanaman yang mungkin masih dipandang sebelah mata oleh banyak orang, bahkan diidentikkan dengan kemiskinan. Tidak heran jika kemudian banyak petani yang menanam singkong hanya sekadar sambilan. Namun, siapa sangka jika singkong memiliki potensi yang tidak kalah dengan tanaman lainnya seperti padi, jagung atau kedelai. Fakta inilah yangmenggerakkan Lembaga Penelitian Universitas Jember untuk menjadikan singkong sebagai pembawa kemakmuran melalui pembangunan klaster singkong di Jember dan sekitarnya.
Universitas Jember melalui lembaga penelitian telah membangun klaster singkong di Jember. Pembangunan klaster singkong ini ditandai dengan peresmian pabrik Chip Mocaf (Modified Cassava Flour) di Dusun Krajan Desa Purwosari Kecamatan Gumukmas dan panen raya singkong di Dusun Kalimalang Mojomulyo Kecamatan Puger beberapa waktu lalu.
Pabrik Chip Mocaf di Gumukmas ini mampu mengolah 10 hingga 14 ton singkong per harinya. Klaster singkong yang terdiri dari pabrik dan lahan singkong di Jember ini adalah bagian dari 67 klaster singkong yang ada di Indonesia.
“Tujuannya untuk meningkatkan pendapatan petani, sekaligus memanfaatkan lahan marginal,” jelas Ketua Lembaga Penelitian Universitas Jember Prof Dr Achmad Subagio.
Menurut Achmad Subagio, pendirian klaster singkong di daerah Gumukmas dan Puger bukan tanpa alasan, sebab tanah di sepanjang Jalur Lintas Selatan umumnya berpasir dan luas sehingga termasuk lahan marginal. ” Jika lahan itu dimanfaatkan untuk tanaman singkong, hasilnya cukup menjanjikan. Daripada memilih bekerja sebagai Tenaga kerja Indonesia (TKI),”ujar pakar Mocaf ini. Rencananya lahan yang akan ditanami singkong seluas 200 hektare, memanjang dari Kecamatan Gumukmas dan Puger di wilayah Kabupaten Jember hingga Kecamatan Pasirian di Kabupaten Lumajang. “Kini yang kami lakukan selain memberikan pendampingan bagi petani, juga meyakinkan mereka agar serius menanam singkong pasalnya pabrik butuh singkong berkualitas dan kontinyu,” tambah Achmad Subagio lagi.
Kini sudah ada perusahaan yang sanggup menampung singkong petani, yakni PT Tiga Pilar Sejahtera. Dalam kesempatan panen raya singkong beberapa waktu lalu, Komisaris Utama PT Tiga Pilar Sejahtera Anton Apriantono menegaskan komitmennya untuk menampung seluruh hasil singkong petani.
Program Lembaga Penelitian Universitas Jember dalam memberikan pendampingan bagi petani didukung oleh M Hasan, pengurus Koperasi Harapan Makmur Bersama yang mengoperasikan pabrik chip Mocaf.
Menurut Hasan, para petani masih asal-asalan dalam menanam singkong, padahal potensinya luar biasa. “Biasanya singkong ditanam begitu saja sebagai sambilan tanpa pemupukan di sela-sela tanaman utama. Masih sulit meyakinkan para petani agar menanam singkong dengan cara yang baik dan benar, ” kata Hasan.
Oleh karena itu pihaknya memulai dengan menanam singkong sesuai anjuran para peneliti dari Lembaga Penelitian Universitas Jember, dengan dipupuk dan diatur jarak penanamannya.Ternyata dalam delapan bulan bisa tumbuh dengan baik. “Lihat singkong dari jenis Cimanggu ini, dalam satu batang ada 18 umbi singkong,” ujarnya sambil menunjukkan singkong hasil petani binaan yang tengah dilombakan.
Belum lagi singkong jenis gajah yang dapat tumbuh setinggi lebih dari 2 meter dengan umbi yang ukurannya tiga kali dari umbi singkong biasa.
Tidak hanya memberikan contoh saja, Koperasi Harapan Makmur Bersama memberlakukan sistem kemitraan dengan petani di Gumukmas dan Puger. Petani yang tertarik menanam singkong bisa membeli stek singkong seharga Rp 300, sementara di pasaran stek singkong dijual dengan harga dua kali lipat. Petani juga mendapatkan pupuk cair hasil olahan dari limbah cair Chip Mocaf. “Hasil singkong panen petani lalu kami beli dengan harga Rp 1.050 per kilogramnya,” jelas Hasan.
Hasan lantas membeberkan hitung-hitungan usaha singkong. Menurutnya untuk luasan lahan 1 hektare diperlukan modal sebesar kurang lebih Rp 10 juta. Jika ditanam dengan baik, maka saat panen dapat menghasilkan 50 hingga 60 ton. “Dengan harga sekarang, maka keuntungan kotor yang didapat sekitar Rp 45 juta, dengan catatan tanah yang digunakan bukan tanah sewa. Keuntungan menanam singkong di lahan marginal, hampir sama dengan keuntungan menanam padi di lahan yang baik. Jangan lupa, biaya menanam padi lebih besar serta perawatan tanam padi jauh lebih rumit dibandingkan singkong,” ujarnya.
Klaster singkong yang dikembangkan oleh Lembaga Penelitian Universitas Jember mulai menampakkan hasil. Selain harga jual yang kompetitif dan memanfaatkan lahan marginal, masih banyak keuntungan yang didapat dari pengolahan singkong. Seperti yang diungkapkan oleh Achmad Subagio.
“Limbah kulit singkong dari pabrik Chip Mocaf bisa dimanfaatkan sebagai pakan ternak, oleh karena itu kita juga mengembangkan ternak domba. Limbah cairnya digunakan sebagai pupuk cair. Jangan lupa, kita juga menghasilkan tapioka. Bahkan hasil penjualan tapioka tersebut sudah mampu menutupi gaji pekerja pabrik.” Urainya.
Usaha Lembaga Penelitian Universitas Jember medapatkan dukungan dari berbagai pihak. Salah satunya dari Kusyanto, Kepala Bidang Ubi-ubian, Direktorat Aneka Kacang dan Ubi-ubian, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian.
Menurutnya singkong adalah tanaman yang prospektif, ditunjukkan dengan banyaknya produk turunannya. Namun Kusyanto mengakui perhatian pemerintah kepada pengembangan singkong tidak sebesar perhatian pada pengembangan padi, jagung atau kedelai. “Oleh karena itu inisitaif Lembaga Penelitian Universitas Jember untuk mengembangkan klaster singkong patut didukung,” ujarnya.
Dukungan juga disampaikan langsung oleh Fleur Davies, Minister-Counsellor for Governance and Human Development pada Kedutaan Australia di Indonesia, saat bertemu Rektor Universitas Jember Moh Hasan dan Ketua Lembaga Penelitian Achmad Subagio beberapa waktu lalu. Menurut Fleur Davies, pemerintah Australia melalui The Common Wealth Scientific and Industrial Research Organisation (CSIRO) setuju membantu program implementasi klaster singkong di masyarakat. Salah satunya dibuktikan dengan dukungan dana sebesar Rp 2,8 miliar yang dikucurkan hingga 2018 nanti. “Kami gembira melihat program klaster singkong memberikan manfaat nyata bagi masyarakat. Oleh karena itu kami membuka kesempatan kerjasama dengan Universitas Jember di bidang yang lain,” ungkap Fleur Davies yang didampingi Andrew Ash dari CSIRO. [Effendi]

Tags: