Sirkuit Balap Motor GBT Surabaya Tuntas Tahun Ini

(IMI Akan Gandeng Polisi Tertibkan Balap Liar)
Surabaya, Bhirawa
Warga Surabaya yang menggemari olahraga adu ketangkasan di arena balap dengan menggunakan motor patut berbangga hati. Setelah sirkuit yang ada di Pantai Ria Kenjeran ditutup membuat aksi kebut-kebutan di jalan semakin tak terkontrol. Di samping itu, Pemkot Surabaya mengklaim pembangunan sirkuit motor di Gelora Bung Tomo (GBT) Surabaya akan tuntas di akhir tahun ini.
Kepala Dinas Pemuda dan Olah Raga (Dispora) Kota Surabaya, Afghani Wardhana memastikan bahwa proses pembangunan sirkuit balap motor di GBT Surabaya sudah bisa digunakan pada akhir tahun ini.
“Sudah 68 persen. Kami berharap akhir tahun ini sudah bisa digunakan untuk berbagai kegiatan,” kata Afghani, kemarin.
Dispora, menurut Afghani, akan bekerjasama dengan Ikatan Motor Indonesia (IMI) serta komunitas anak muda yang menggeluti hobi balap motor. Nantinya, di sirkuit yang telah dibangun oleh Pemkot Surabaya demi memberikan fasilitas kepada para penggemar balap motor ini bisa digunakan untuk pertandingan. “Selain itu juga untuk anak muda yang ingin kembangkan bakat di bidang balap, agar supaya tidak liar di jalan, ” ujarnya.
Panjang lintasan sirkuit jenis drag race ini, menurut Afghani, mencapai 450 meter. Untuk sementara ini, Pemkot Surabaya mengutamakan pembangunan lintasan balap motornya. Sedangkan fasilitas pelengkapnya, menyusul di kemudian hari. Adapun beberapa fasilitas yang masih akan dilengkapi, antara lain tribun penonton, garasi motor, ruang ganti pebalap dan lain sebagainya.
“Ya, kami berharap, setidaknya nanti sirkuit ini bisa menjadi sirkuit berstandar nasional, syukur-syukur internasional,” harapnya.
Sementara, Ketua IMI Jatim, Bambang Haribowo mengaku puas dengan upaya Pemkot mewujudkan sirkuit balap motor di GBT. Sebab menurutnya, di Jawa Timur, belum ada sirkuit permanen. Kalaupun ada, dulu, di Kenjeran, merupakan milik swasta.
“Secara teknis pembangunan lapangan dan penggunaan lapangan, kami dilibatkan. Kami sudah memastikan, keselamatan terjamin,” ujarnya.
Berbagai pernik lintasan drag race di GBT, kata Bambang, sudah terukur. Baik tikungan mati dan struktur lintasan, menurutnya sudah aman. IMI Jatim juga telah menerapkan standar internasional untuk sirkuit GBT yang dibangun oleh Pemkot Surabaya.
“Nanti kalau sudah jadi, tinggal kami propose ke IMI pusat supaya mendapat predikat sirkuit internasional. Kami (IMI), kan, anggota federasi motor internasional,” ujarnya.
Ia juga sudah mempunyai rencana untuk mengurangi balap liar di jalanan, setelah Sirkuit Balap Motor di Gelora Bung Tomo (GBT) tuntas dibangun. “Nah, sebenarnya saya sudah sering mengajak mereka (pebalap motor liar,red) ke sirkuit. Waktu itu di Kenjeran, tapi saya heran sekali dengan mereka,” ujarnya.
Para remaja, yang sangat hobi balap liar di jalanan di Kota Surabaya, kata Bambang, dengkulnya sudah gemetar sebelum start di Sirkuit. “Makanya ini, kan, aneh. Di jalanan mereka berani balapan, di sirkuit malah keok dulu. Tak pikir, mungkin belum ngerokok. Tak kasih rokok. Rokoknya itu, lho, getar,” katanya lalu tertawa.
Setelah sirkuit balap motor milik swasta di Kenjeran ditutup, IMI Jatim sudah tidak pernah lagi melakukan aksi pembinaan seperti itu. Nantinya, kalau Sirkuit GBT sudah jadi, IMI Jatim akan kembali menggandeng pihak kepolisian untuk menjaring para pebalap liar.
“Nanti kami kerjasama lagi dengan polisi untuk menyaring mereka. Bukan untuk ditangkap, tapi kami akan bina mereka di sirkuit,” ujarnya.
Sampai saat ini, IMI Jatim telah memiliki antara 2.000 hingga 3.000 anggota pebalap motor, yang sudah memiliki Kartu Izin Start (KIS) IMI Jatim. “Surabaya ini tidak banyak. Hanya 10 persen lah, kira-kira. Yang banyak dari Madura. Dari bangkalan sampai pamekasan, sekitar 25 persen dari total anggota,” katanya.
Dengan adanya sirkuit di GBT Surabaya, Jawa Timur kembali memiliki sirkuit permanen yang dimiliki oleh pemerintah. Sebelumnya, sirkuit swasta di Kenjeran adalah satu-satunya rujukan pertandingan balap motor di Jawa Timur. (geh)

Tags: