Sisi Lain Revolusi Industri 4.0 Bagi Perkembangan Anak

Oleh :
Ani Qothul Uhbah, S.Pd
Kepala SMP Islam Terpadu Insan Kamil Sidoarjo
Revolusi industri 4.0 kini menjadi tantangan tersendiri bagi dunia pendidikan. Revolusi industri 4.0 bukan lagi menjadi kebutuhan tapi sudah menajdi tuntutan yang harus dipenuhi oleh semua negara termasuk Indonesia. Revolusi indutri 4.0 bukan hanya isu tapi sudah menajdi tantangan global yang mendunia. Maka setiap negara wajib menyiapkan semua SDM dan generasinya untuk bisa bersaing dan menjawab tantangan ini.
Pendidikan adalah kuncinya. Maka dunia pendidikan dituntut untuk membuat satu perangkat yang tepat untuk menyiapkan SDM-SDM yang unggul, mampu bersaing di kancah dunia dan mampu menghadapi tantangan revolusi industri 4.0 dengan bijak dan sikap tetap berpegang teguh pada nilai-nilai serta norma-norma yang berlaku. Karena di era ini semua diwarnai oleh kecerdasan buatan (artificial intelligent), era super komputer, rekayasa genetika, teknologi nano, berbagai inovasi dan berbagai perubahan dengan kecepatan eksponensial yang dapat berdampak pada seluruh sector kehidupan. Dimana semua bisa diakses dan bebas tanpa batas.
Manfaat revolusi industri 4.0 sangat banyak sekali. Selain semakin banyaknya inovasi-inovasi baru yang muncul, juga menjadikan pemenuhan kebutuhan menjadi efisien. Semua kebutuhan dan layanan bisa cepat dan mudah diakses. Di era ini kecanggihan teknologi tak bisa dibendung. Media digital dan media sosial menjadi menu utama bagi sebagian besar masyarakat Indonesia bahkan dunia.
Hari-hari kita bisa dipastikan tak bisa lepas dari yang namanya HP dan gedget. Karena di era ini identik dengan penggunaaan HP atau gadget yang beraneka rupa dan warna. Masalahnya apakah banyak digunakan untuk mengambil manfaat dari teknologi itu sendiri atau sebaliknya. Karena kecanggihan teknologi ini bisa diakses oleh siapa saja, semua kalangan dan semua usia, termasuk pelajar dan anak-anak kecil.
Tak bisa dipungkiri bahwa kehadiran revolusi indutsri 4.0 juga membawa keresahan tersendiri bagi masyarakat khususnya para orang tua. Karena mengingat dampak negatif dari era digital ini sangat besar sekali. Apalagi kondisi masyarakat yang masih minim pengetahuan akan dampak dan bahanyanya digital dan media sosial. Maka, semua akan berbalik bukan manfaat yang didapat tapi malah keterpurukan. Masalah demi masalah bisa muncul berkepanjangan.
Bahkan dapat merusak moral sebagai akibat dari pemanfaatan digital dan media social yang salah tanpa disertai penguatan nilai dan karakter. Tidak ada tanggung jawab dan kendali diri. Tidak ada aturan yang mengikat, siapa saja boleh menggunakan dan menagmbil manfaat dari kecanggihan yang ada. Ini berbahaya.
Maka tak heran jika di masyarakat di setiap sudut dan jalan banyak ditemukan anak-anak muda dan anak-anak usia sekolah bahkan balita sudah menggunakan gedget tanpa diawasi oleh orang tua. Tanpa diajari dan didampingi mereka bisa mengoperasikan semua fitur-fitur yang ada. Hal ini tentunya menjadi dilema dan pemikiran tersendiri. Apakah dibenarkan anak-anak yang di usia masih sangat dini dan sangat belia dibiarkan bebas berinteraksi dan terpapar dengan arus informasi yang bebas tanpa batas? Dengan permainan-permainan yang melemahkan syaraf dan motorik?
Padahal usia-usia ini adalah usia yang amat berharaga dan istimewa untuk dilakukan proses pengasuhan yang benar untuk menuntaskan tugas-tugas perkembangan sesuai usia perkembangannya. Mengaktifkan sensor-sendor motoriknya dengan stimulasi-stimulasi yang terarah dan terprogram. Tugas-tugas perkembangan ini harus tuntas. Jika tidak maka bisa dipastikan akan bermasalah ketika anak menginjak usia remaja atau dewasa.
Di masa-masa ini seharusnya proses pengasuhan hanya dilakuakn oleh sumber yang jelas dan pasti yaitu orang tua dan guru. Orang tua dan gurulah sumber informasi yang nyata bagi setiap anak usia sekolah. Apalagi pendidikan karakter tak bisa digantikan oleh mesin atau benda bergerak lainnya.
Tugas perkembangan utama yang harus ditunatskan adalah tugas kemandirian dan tanggung jawab. Jika 2 tugas ini selesai, maka anak akan memiliki sikap kednali diri yang baik. Bisa memilah dan memilih mana yang baik dan tidak. Mana yang boleh dan yang tidak. Dia akan mampu memanaj semua hal dengan bijaksana.
Banayknay amsalah yangtimbul akibat gadget dan teknologi pada generasi muda kita adalah karena belum tuntasnya 2 tugas perkembangan ini dalam dirinya. Sehingga tidak ada kednali diri yang baik, sebaliknya terbawa arus kecepatan teknologi yang terus berkembang dan berubah cepat.
Hal ini juga berdampak pada minimnya daya konsentrasi anak dalam belajar dan lemahnya semangat dalam membaca dan menulis buku. Karena otak sudah dirangsang untuk terus bergerak cepat dan terus berubah, sehingga untuk konsentarsi yang cukup lama tidak bisa. Melihat banyak tulisan dan semua hal yang tidak berwarna tidak bisa bertahan
Melihat fenomena yang ada ini, maka orang tua harus bijak dalam mengedukasi anak tentang teknologi ini. Orang tua perlu membuat aturan dalam penggunaan gadget dan meamksimalkan proses pengasuhan di rumah dengan sebaik-baiknya. Karena rumah adalah ekosistem terlama anak tinggal didalamnya. Rumah adalah kunci utama dalam pembangunan konsep diri anak. Jika rumah sduah kuat, maka dipastikan anak akan memiliki imuniats yang baik terhadap berbagai virus-virus yang tidak baik. Imunitas inilah yang akan menjadi banteng pertahanan bagi anak-anak kita dimanapun mereka berada.
Maka, sebagai orang tua kita harus bijak dalam menghadapi arus globalisasi yang ada. Karena sudah zamannya. Kita tidak bisa mengelak, tapi harus kita hadapi. Apa yang harus kita lakukan sebagai orangtua? Pertama, bangun komunikasi efektif dengan anak, apalagi jika anak sudah menginjak usia remaja. Komunikasi ini untuk membangun kedekatan anatar orangtua dan anak, membangun kepercayaan anak kepada orang tua dan membangun pemikiran anak. Dalam berkomunikasi gunakan metode dialogis untuk membangun pemikiran dan pemahaman anak dari dalam diri anak sendiri, anak tidak merasa digurui.
Kedua, berikan aturan yang jelas dalam penggunaan gadget. Gedget ibarat pisau bermata dua. Satu sisi memberikan manfaat, sisi lain bisa menghancurkan. Maka, aturan main perlu dibuat agar anak bisa mendapatkan manfaat yang banyak dan terhindar dari dampak buruk yang selalu mengintai. Buat aturan pemakaian di dalam dan di luar rumah. Ada kejelasan waktu yang menajdi kesepakatan bersama dianatra seluruh anggota keluarga.
Ketiga, dampingi anak ketika bermain gadget. Menjauhkan balita dari paparan radiasi gedeht adalah langkah yang bijaksana menurut saya. Ada saat seorang anak siap diebrikan gedget. Maka, tahan dulu hingga usia kesiapan itu datang. Untuk anak usia sekolah, penggunaan gadget bisa jadi karena kebutuhan tugas-tuags sekolah yang sudah mengintegrasikan teknologi didalamnya. Tapi, tetap tidak bisa dibiarkan begitu saja. Anak harus tetap didampingi dan diusahakan tidak memiliki gadget sendiri. Akan lebih baik jika menggunakan HP orang tua, agar orang tua bisa memantau setiap saat.
Orangtua juga bisa mendampingi secara langsung ketika anak menggunakan gadget. Bahkan saat bermain game pun. Orang tua berperan penting untuk menyaring dan memebrikan arahan kepada anak terkait game-game yang masih dibolehkan dan yang tidak. Karena jika dibiarkan tanpa batasan dan pendampingan, anak bis ajadi kecanduan. Dan ini kana berpengaruh pada psikologi dan jiwa anak itu sendiri.
Keempat, berikan teladan. Sebisa mungkin orang tua mampu mengupayakan untuk memberikan contoh dalam penggunaan gadget yang benar. Agar anak mampu mengambil manfaat yang banyak dan dapat menggunakan dengan benar untuk menunjang kesuskesannya di amsa yang akan datang. Karena kompetensi teknologi ini menjadi satu kecakapan dan keetrampilan abad 21 yang harus dimiliki oleh seorang anak agar mampu bersaing di kancah global dan dunia.
Semoga dengan beberapa pendekatan ini anak-anak bisa kita bangun pemahamannya dengan baik sehingga mereka mampu berteknologi secara bijak dengan tetap mengedepankan nilai-nilai (norma-norma) yang berlaku.

Tags: