Sisi Lain Sejarah Kehidupan Bung Karno

bung-karno-panglima-revolusiJudul    : Bung Karno Panglima Revolusi
Penulis    : Peter Kasenda
Penerbit  : Galang Pustaka, Yogyakarta
Tahun Terbit  : Maret 2014
Tebal    : 294 hlm.
ISBN    : 978-602-9431-44-5
Harga    : 41.250,-
Diresensi  : Rafi’uddin
Lulusan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Revolusi tidak hanya sekedar gagasan yang selalu didengungkan oleh Bung Karno, melainkan telah terejawantahkan dalam bentuk yang lebih nyata yaitu melawan imperialis dan kolonialis menuju kemerdekaan. Bung Karno adalah sebagian dari beberapa revolusioner yang memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dari tangan penjajah. Gagasannya untuk melahirkan bangsa yang merdeka tidak pernah pudar hingga pada 17 Agustus 1945 ia dapat mewujudkan kemerdekaan pada Negeri ini.
Proklamasi kemerdekaan pada 17 Agustus 1945 adalah awal dari revolusi yang digagas oleh Bung Karno. Bangsa Indonesia menjadi bangsa yang berdaulat di atas Buminya sendiri yang telah diperjuangkan sejak lama. (hlm. 171) Melawan imperialis dan kolonialis tidak semudah membalikkan telapak tangan, semangat nasionalisme dan konsistensi untuk meraih kemerdekaan tanpa henti selalu dilakukan. Hal yang demikian dapat dilihat dari kehidupan Bung Karno, di mana merdeka dan berdaulat di atas bumi sendiri mengusir penjajah adalah cita-cita luhurnya.
Oleh karena itu, wajar bila sejarah mencatatnya sebagai salah seorang sosok revolusioner yang tidak akan pernah terlupakan. Dalam negeri maupun di luar sangat mengagumi karakter kepemimpinannya. Gagasannya mampu menginspirasi banyak orang terutama generasi mudah, buku-buku bertaburan yang menuliskan gagasan revolusinya sehingga buah pikirnya tetap dapat dibaca di beberapa literatur.
Buku yang satu ini berisi gagasan revolusi yang digagas oleh Bung Karno semenjak ia mencita-citakan kemerdekaan hingga lengsernya orde lama. Peter pun menyebutkan tiga revolusi yang sejak awal digagas oleh Bung Karno. Ketiganya lahir dari gagasan untuk mewujudkan bangsa yang lebih baik sebagai bangsa yang merdeka di atas tanah kelahirannya sendiri tanpa ketergantungan terhadap pihak lain, termasuk pihak asing. Ketiga revolusi yang digagas Bung Karno adalah revolusi untuk mewujudkan masyarakat sosialis untuk mengantisipasi sistem kapitalisme barat. Sosialisme adalah paham sebagai solusi mengatasi kapitalis-kapitalis asing yang tersebar di bumi Nusantara ini.
Revolusi untuk menciptakan kehidupan tanpa penindasan, perampasan sehingga tercipta masyarakat yang humanis. Berikutnya adalah revolusi agar tercipta persatuan sebagai Negara yang merdeka tanpa egosentrisme dan etnosentrisme yang justru menimbulkan perpecahan. (hlm. 82)
Selain berisi gagasan Bung Karno, Peter dengan lengkap menuliskan sisi lain dari kehidupan Bung Karno yang tidak jarang menimbulkan kontroversi, seperti ikut sertanya dalam gerakan 30 September. Pasca gerakan 30 September sosok Soekarno, publik mencatatnya dengan tinta hitam dalam sejarah Indonesia. Pasalnya, Soekarno lah yang berada di balik peristiwa G 30 S itu. (hlm. 25-26) Kontroversi lainnya adalah polemik mengenai Pancasila sebagai dasar Negara. Dikatakan bahwa Bung Karno bukan lah satu-satunya pencetus lahirnya Pancasila sebagai dasar Negara. Pasalnya, semenjak lahirnya Pancasila pada 1 Juni 1945, tetapi peringatan hari kelahiran Pancasila baru diadakan pada tahun 1964, sembilan belas tahun dari kelahirannya.
Kemudian polemik tersebut berlangsung sangat alot setelah jatuhnya Bung Karno dari kursi kepresidenan. Bukan hanya mengenai polemik Soekarno dan Pancasila yang menjadi persoalan tetapi segala hal yang berhubungan dengan sosok Bung Karno dihindari. Gerakan-gerakan de-Soekarno, anti Soekarno mulai muncul ke permukaan. Yang dulunya Soekarno adalah sosok yang dipuja justru berubah menjadi sosok yang sangat dikecam. Lebih nyaris lagi, Soekarno seolah telah dibuang ke dalam ranjang sampah sejarah.
Itulah salah satu realitas politik yang berlangsung setelah jatuhnya Bung Karno dari kursi kepresidenan yang dapat menjegal gerak revolusi yang digagas olehnya,,m bahkan hingga sekarang revolusi yang digagasnya nyaris tidak tercapai.
Namun, kendati Peter menulis sejarah Bung Karno ini disebutkan secara rinci pada setiap periode kehidupan Bung Karno, pembahasannya masih terjadi lompatan-lompatan. Beberapa buah pikiran Bung Karno yang disebutkan tidak komprehensif. Hal tersebut sebagaimana dalam tulisannya sendiri pada halaman kata pengantarnya. Menurutnya, buku ini  merupakan kumpulan dari beberapa tulisannya sendiri seperti skripsi dan beberapa tulisan pendek seperti artikel selama 24 tahun dari tahun 1986 hingga tahun 2010. Pembahasannya pun sangat sederhana.

————— *** ————–

Tags: