Sisipkan Nilai Edukasi dalam Kotak Suvenir

Wenny Friskillia menunjukkan produk inovasi suvenir yang terbuat dari anyaman ampas tebu.

Buat Permainan Tradisional dari Ampas Tebu
Surabaya, Bhirawa
Bagi sebagian besar orang ampas tebu mungkin tidak bernilai. Namun, ditangan mahasiswa Fakultas Industri Kreatif Univesitas Surabaya (Ubaya), Wenny Friskillia, ampas tebu diubah menjadi produk souvenir yang bernilai jual tinggi. Uniknya, dalam sekotak suvenir ini, menyisipkan nilai edukasi di setiap karya yang dia anyam.
Wenny menjelaskan, produk souvenir yang dinamakan Nebu ini merupakan produk anyaman yang dibuat dengan bahan utama dari ampas tebu. Kegelisahannya karena banyaknya ampas tebu yang terbuang, mendorongnya untuk mengolah limbah.
“Setelah melakukan penelitian di lapangan khususnya dengan wawancara ke penjual minuman es tebu, saya mulai bereksperimen. Saya yakin kandungan selulosa yang dimiliki ampas tebu bisa menjadi peluang untuk dibuat menjadi suatu produk,” ungkap alumnus SMAK Kolese Santo Yusup Malang ini.
Ada lima produk yang dibuat untuk souvenir ini. Wenny mengangkat permainan tradisional yang ada di berbagai daerah di Indonesia. Ia pun telah melakukan berbagai riset dan pilihan masyarakat yang kemudian dituangkan dalam bentuk anyaman suvenir.
Diantaranya lompat batu dari Nias, Sumatera Utara. Di mana dalam suvenir tersebut menceritakan jika pemuda Nias yang berhasil melompati batu (lompat batu) setinggi 2 meter hingga 2,40 cm menandakan bahwa dirinya sudah dewasa.
“Ada juga permainan tradisional Geulayang Tunang – Layang Kleung dari Banda Aceh, Aceh. Layangan yang biasanya dimainkan sebagai hiburan masyarakat Aceh setelah musim panen ini berbentuk elang dan paling banyak digemari remaja maupun dewasa,” lanjut dia.
Selain itu, ada layang Kaghati dari Kendari Sulawesi Tenggara, yang merupakan permainan laying – layang khas suku Raha yang telah dimainkan 4 ribu tahun lalu. keempat adalah Kapal Jong dari Tanjung Pinang, Kepulauan Riau yang mengandalkan kekuatan angin untuk menggerakkannya.
“Terakhir ada permainan tradisional Kapal Sandeq dari Mamuju Selawesi Barat dan merupakan perahu layar bercadik yang biasa digunakan Suku Mandar untuk diperlombakan dalam berbagai perayaan atau dimainkan oleh para nelayan,” jabarnya.
Dalam proses pembuatannya, Wenny menjelaskan, pertama ia mengeringkan ampas tebu terlebih dahulu di tempat yang teduh. Proses ini dilakukan untuk menghilangkan air tebu dan mengurangi bau tidak sedap pada produk. Setelah asmpas tebu berubah warna jadi putih gading, baru mulai diiris tipis untuk mendapatkan ukuran tinggi dan ketebalan yang sama. Selanjutnya akan dianyam menjadi bentuk permainan tradisional.
“Bahan tambahan yang digunakan selama proses pembuatan adalah kawat dan lem untuk membuat berdiri tegak dan kokoh,” tambah dia.
Kendati begitu, Wenny menuturkan, jika kesulitannya selama proses pembuatan adalah saat menipiskan dan memotong ampas tebu untuk mendapatkan ukuran yang presisi.
Sementara itu, Dosen Pembimbing Tugas Akhir sekaligus Ketua Program Studi Desain Produk FIK Ubaya Guguh Sujatmiko mengungkapkan, jika pihaknya akan mematenkan karya inovasi produk Nebu. Pihaknya juga akan memfasilitasi para mahasiswa untuk mengembangkan inovasinya.
“Saya berharap banyak mahasiswa FIK Ubaya bisa terus berinovasi membuat karya produk, dan tidak hanya memiliki nilai estetika dan mengasah kreativitas. Namun juga bisa memanfaatkan limbah sebagai produk yang bernilai jual dan memberikan solusi bagi lingkungan di masyarakat,” tandasnya. [ina]

Tags: