Sistem E-learning Tawarkan Kesiapan Pendidikan Abad 21

Siswa SMA Muhamamdiyah X Surabaya tengah serius dalam mengerjakan Ujian Tengah Semester Berbasis Sistem E-Learning pada Senin (27/3).

Surabaya, Bhirawa
Persiapan menyongsong pendidikan abad 21, mulai terlihat dengan berbagai terobosan sekolah-sekolah dalam menerapkan teknologi baik dalam bidang transaksi penjualan, literasi maupun pola pembelajaran digital. Salah satu sekolah yang juga menyiapkan kesiapan perubahan pendidikan abad 21 adalah SMA Muhammadiyah X Surabaya. Pasalnya, pada tahun ini, pihaknya menerapkan ujian berbasis sistem E-Learning. Yang menarik dari sistem E-Learning ini, tidak lagi menggunakan laptop atau komputer melainkan menggunakan handphone. Diungkapkan Koordinator IT SMAMX, Bima S Baskoro, Ujian Tengah Semester (UTS), merupakan tahap kedua dari tindak lanjut penerapan sistem E-learning yang sebelumnya pada tahap pertama diterapkan pada Ujian Harian.
“Sistem E-learning ini, sifatnya sistem mode yang terhubung langsung dengan sistem Web sekolah,” ungkapnya. Dengan begitu, lanjut dia, sistem penilaian akan dilakukan secara lebih efektif, dan akurat. Diakui, Bima, guru tidak lagi ikut campur dalam proses penilaian hasil ujian siswa. Mengingat, ketika waktu ujian sudah habis, hasil jawaban siswa akan langsung direspon oleh server.
“Jadi ketika waktu sudah habis, skor atau nilai siswa bisa diketahui hasilnya melalui web kami,” jelasnya. Selain itu, imbuhnya siswa juga akan mendapatkan user dan password yang akan digunakan untuk login pada sistem e-learning. User dan password yang dimiliki peserta akan berlaku selama mereka berstatus siswa di SMAMX Surabaya.
Diakui, Bima yang juga guru BK, bahwa pihaknya masih membutuhkan pengembangan untuk penyempurnaan sistem E-learning. Misalnya, pertama notification pemberitahuan kecurangan siswa ketika, ia melakukan pengaksesan internet untuk menemukan jawaban, peningkatan sistem keamanan jaringan dan tukar soal dengan meng secreenshot soal dan dikirim ke peserta lain.
“Kami akan lakukan penyempurnaan, sehingga hal-hal teknis seperti itu tidak terjadi di ujian berikutnya,” urainya.
Sementara itu, Ketua Panitia UTS Andin Prasetyo menuturkan jika siswa yang mengikuti UTS berbasis sistem E-learning tahun ini sekitar 250 untuk siswa kelas X dan 191 untuk siswa kelas 11.
“Kami juga ada siswa SPAH yang mengikuti UTS sistem E-learning, total 11 siswa dengan 6 siswa kelas 11, dan 5 siswa kelas 5” jelasnya.
Untuk siswa Sekolah Peduli Anak Hebat (SPAH), lanjutnya, kami membuat model soal yang berbeda dengan sistem E-Learning, tergantung pada kemampuan siswa SPAH.
Andin Prasetyo menjelaskan jika ada sekitar 25 soal yang harus diselesaikan oleh siswa regular. Sementara untuk nsiswa SPAH, pihaknya menyediakan 15 soal untuk dikerjakan dengan durasi selama 60 menit. “Dalam UTS ini, kami membuat 5 pengembangan soal agar mereka tidak dapat melakukan kecurangan” uajrnya.
Lebih lanjut, ia menjelaskan untuk masuk ke soal mereka akan diberikan token sebanyak dua kali. Pertama untuk login dan kedua untuk mendapatkan soal uiian. Sehingga tidak sembarang siswa bisa mengakses soal dengan mudah.
Salah satu peserta UTS, Yuliana Indira Islami mengungkapkan jika penerapan sistem E-learning untuk ujian tahun ini mempermudah siswa dalam mengerjakan soal dan mempermudah guru dalam mengoreksi jawaban siswa.
“Penerapan sistem ini, enak aja bagi siswa, kan kalau pakai kertas ribet. Dengan E-learning kan meringankan beban guru sekaligus nilai juga cepat keluar saat ini juga” Unkapnya.
Meskipun dalam penerapan e-Learning menawarkan siswa untuk mendengarkan music, siswa kelas X IPS ini mengaku bahwa dirinya tidak memanfaatkan kesempatan tersebut. “Kalau saya mendengarkan musik ketika ujian, saya tidak bisa konsen” ujarnya pada Bhirawa, Senin (26/3).
Namun, menurutnya, meskipun penerapan sistem E-learning merupakan terobosan di era digital, ia tidak mengelak jika, dalam proses pengerjaan UTS, dirinya mengalami berbagai kendala., seperti pengaksesan soal yang terbilang lamban atau Lemot, beberapa gambar pada soal kadang-kadang tidak muncul. “Kadang ada gambar yang tidak muncul, muncul pun kadang agak lama” ujarnya.
Hal yangs ama juga diutarakan siswa SPAH, Angga Anugrah Prasantia yang mengungkapkan bahwa kendala tersebut juga sempat ia temui ketika mengerjakan soal. Namun, diakuinya, hal tersebut tidak membuatnya kapok dalam mengikuti UTS berbasis sistem E-Learning, mengingat sistem ini, juga membuat nya lebih fokus pada pengerjaan soal.

Maksimalkan Handphone untuk Penerapan E-learning
Di balik penerapan sistem E-learning di tahun pertama ini, sosok Kepala sekolah Sudarusman masih menjadi pengaruh di balik terobosan inovasi dan perubahan wajah pendidikan. Diakui Sudarusman, bahwa penerapan sistem E-learning ini merupakan bentuk dari proses pengenalan terhadap karakter siswa-siswinya.
“Pada akhirnya ini menjadi sebuah kebutuhan, ketika kami sudah mempelajari betul bagaimana karakter anak saat ini yang tidak bisa terlepas dari gadget atau Handphone” tutur Kepala sekolah SMAM X Surabaya ini.
Lebih lanjut, ia mengungkapkan jika penerapan sistem E-learning dimulai dari ujian harian hingga nantinya, pihaknya berniat sistem E-learning akan di berlakukan pada pembelajaran regular.
“Insya’ Allah ini nanti langsung berdampak pada pembelajaran E-learning kedepannya” Terangnya.
Pada akhirnya, imbuhnya, adanya penerapan sistem E-learning ini harus kami sampaikan kepada wali murid siswa, Bahwa untuk mendukung peningkatan SDM dilingkungan SMAMX, harus ada bentuk dukungan dari semua pihak terutama wali murid. Walaupun kita ketahui, paparnya, resiko kedepan yang akan dihadapi sangat besar untuk perkembangan digital ini. “Kita bisa lihat masih ada kesenjangan dalam pemikiran semacam itu” sahutnya.
Namun, tambahnya, mau tidak mau pihaknya berupaya memberikan pemahaman secara lebih meluas untuk menghadapi tantangan pendidikan abad 21 tersebut kepada wali murid siswa.
Menurutnya, ada beberapa hal yang perlu dipikirkan dalam menyongsong pendidikan abad 21. Salah satunya adalah apa yang harus dilakukan ketika waktu luang setelah proses pembelajaran selesai.
“Apakah hanya untuk bermain-main atau berkembang, memanfaatkan kemampuan yang dimiliki” paparnya.
Diakuinya, meskipun sistem E-learning masih memiliki banyak kekurangan, namun pihaknya masih terus berupaya untuk mencari format yang tepat guna memaksimalkan sistem e-learning. Dengan berbagai evaluasi yang dilakukan setelah proses ujian selesai, hal tersebut merupakan bagian dari langkah kami untuk mengoptimalkan sistem tersebut, urainya. “Kita berusaha memaksimalkan semua aspek” sahutnya.
Lulusan Teknik Sipil Universitas Narotama ini juga mengungkapkan bahwa sekitar 30-40 persen siswanya tidak bisa mengikuti pembelajaran disekolah. Oleh karena, lanjut dia, sistem e-learning sangat membantu siswa yang berprofesi sebagai Atlet.
Tidak hanya sebatas untuk ujian, Sistem E-learning juga bertujuan sebagai interaksi anatara guru dan murid.. di mana selain digunakan sebagai ujian, sistem ini juga berisi mengenai materi pembelajaran berbentuk Power Point (PPT) maupun video pendek. [ina]

Tags: