Sistem Kompartemen Bisa Perbanyak Nilai Ekspor

Foto: ilustrasi

Foto: ilustrasi

Pemprov, Bhirawa
Penggunaan sistem kompartemen dinilai bisa memperbanyak nilai ekspor ayam dan telur broiler Jatim ke luar negeri yang kini masih sangat kecil, karena masih belum terbebas dari penyakit unggas Avian Influenza (AI) atau dikenal flu burung.
‘’Indonesia baru menargetkan terbebas dari AI tahun 2020, sementara Jatim tahun 2019. Tetapi bukan berarti ekspor tak bisa dilakukan. Bisa pakai sistem kompartemen, dimana pengusaha peternakan besar bisa mengurus sertifikasi bebas penyakit dengan syarat harus perlakukan budidaya ternak ayam brioiler terintregasi dari hulu hingga hilir,’’ kata Kepala Dinas Peternakan Jatim, Ir Maskur MM, Senin (6/10).
Menurut Maskur, sertifikasi dengan peternakan yang terintegrasi itu dimulai dari pembibitan, pakan hingga penggemukan dilakukan dalam satu lingkungan yang terisolasi dan terbebas dari penyakit.
‘’Kami mendorong pelaku usaha peternakan ayam broiler dan telur ayam broiler besar untuk memulai merintis ekspor ke sejumlah negara. Langkah ini harus dilakukan mengingat pasar dalam negeri sudah jenuh,” ujarnya.
Kejenuhan pasar itu, kata dia, bisa dilihat dari rendahnya harga daging ayam broler yang terbentuk selama ini. Di pasaran harga hanya dikisaran Rp26 ribu per kilogram, sementara di tingkat peternak, harga tidak sampai Rp16 ribu per kilor berat hidup. Harga itu masih jauh dari Break Even Point (BEP).
‘’Baru-baru ini saja harga bergerak naik setelah kami bersama peternak melakukan berbagai upaya. Makanya kami berupaya mendorong pengusaha besar untuk melakukan ekspor. Tetapi sejauh ini mereka masih enggan karena besarnya biaya dan rumitnya proses yang harus dijalani,’’ ungkapnya.
Langkah itu, menurut Maskur, sudah mulai dilakukan peternakan besar di Jabar. Ada sekitar dua peternakan di Jabar yang telah mendapatkan sertifikasi bebas penyakit dan bisa melakukan ekspor ke sejumlah negara. Sementara di Jatim, sebenarnya ada sekitar 10 perusahaan yang cukup potensial untuk bisa melakukan sertifikasi.
‘’Sertifikasi ini memang harus mulai dilakukan agar pasar bisa berkembang. Apalagi produksi ayam dan telur ayam broiler Jatim cukup besar,’’ tambahnya.
Produksi ayam broiler dan telur ayam broiler di seluruh wilayah Jatim mencapai sekitar 25 juta ton per tahun, sementara telur ayam broiler juga mencapai sekitar 25 juta ton per tahun. Selain untuk memenuhi kebutuhan konsumsi masyarakat dan industri di Jatim, produksi itu juga didistribusikan ke sejumlah daerah seperti Kalimantan, Sulawesi dan Kalimantan.
‘’Hampir seluruh daerah di wilayah Jatim menjadi produsen kedua komoditas itu. Terbesar Blitar, Tulungagung, Kediri, Malang, Jombang, Lamongan dan Mojokerto,’’ katanya. [rac]

Tags: