Sistem Zonasi Dorong Percepatan Pemerataan Pendidikan

Prof Zainuddin Maliki

Surabaya, Bhirawa
Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) tahun ajaran 2019/2020 akan segera digulirkan. Tak terkecuali untuk sekolah negeri mulai jenjang SD dan SMA sederajat yang akan menggunakan sistem zonasi. Melalui sistem ini, optimisme akan percepatan pemerataan kualitas pendidikan mulai terbuka.
Diungkapkan Ketua Penasihat Dewan Pendidikan Jatim Prof Zainudin Maliki, dengan sistem zonasi sekolah -sekolah yang selama ini biasa akan mendapat input siswa yang baik. Dengan begitu, sekolah dengan rombongan belajar yang baru akan semakin dinamis. Karena untuk sekolah favorit, sejauh ini juga tidak lepas dari faktor input siswa yang baik. Siapapun gurunya mereka akan menjadi baik.
“Sama dengan, mengapa anak Indonesia yang lulusan luar negeri itu pintar-pintar. Karena mereka diterima di luar negeri itu juga sudah pintar,” tutur Prof Zainudin, Minggu (19/5).
Oleh karena itu, lanjut dia, sistem zonasi dalam PPDB memiliki sisi positif terhadap pemerataan dan peningkatan kualitas pendidikan. Hal itu dapat terjadi karena sekolah mendapat input siswa yang bagus dan berpeluang untuk meningkatkan kualitasnya.
“Kita berharap, semua sekolah yang selama ini merasa belum menjadi favorit akan termotivasi untuk berinovasi agar semakin maju. Itu konsekuensi yang harus diterima sekolah ketika diterapkan sistem zonasi,” ungkap mantan Rektor Universitas Muhammadiyah Surabaya tersebut. Dengan PPDB yang menggunakan sistem zonasi, sekolah mendapat input yang bagu dan harus dikapitalisasi untuk memajukan sekolahnya.
Sementara terkait seleksi, Prof Zainudin juga sepakat bahwa persaingan masuk ke sekolah negeri tidak menggunakan alat uji atau nilai Ujian Nasional (UN). Sebab, jika hanya menggunakan alat ukur berupa ujian atau nilai UN tidak akan mampu kesiapan belajarnya.”Tidak semua dari SD kemudian nilainya jelek, kemudian di SMP juga akan jelek. SMP jelek, SMA jelek. Karena perkembangan jiwa anak itu berubah,” tutur dia.
Menurut Zainudin, seleksi menggunakan soal pilihan ganda atau nolai UN itu sia-sia. Kecuali seleksi menggunakan portofolio yang mampu menggambarkan tentang afeksi anak, semangat dan akhlak seorang anak.
“Termasuk menggunakan nilai UN untuk apa. Sudah diterima saja berdasarkan siapa yang lebih dulu mendaftar,” pungkas Zainudin Maliki. [tam]

Tags: