Sistemik Cegah Banjir

Semakin banyak sungai meluap. Banjir makin meluas menerjang 85 desa tersebar di sepuluh kecamatan kabupaten Gresik, dan Lamongan (Jawa Timur). Merendam 7.700 hektar sawah, dan tambak rakyat. Sebagian telah siap panen, namun tersapu banjir. Semakin banyak sentra pangan gagal panen, menyebabkan kerugian ditanggung masyarakat. Pemerintah perlu segera menggelontor program insentif berupa bantuan pengadaan benih, bibit, dan pupuk, agar masyarakat segera bangkit mengolah lahan.

Karena hujan ekstrem (dengancurah hujan melebihi 100 milimeter per-hari), sungai Kali Lamong meluap, menumpahkan air bah ke perkampungan, dan ladang. Ini luapan kedua selama sebulan terakhir. Serta rutin terjadi banjir setiap musim hujan. Sungai Kali Lamong memiliki aliran sepanjang 130 kilometer, melintasi di pedalaman kabupaten Mojokerto, Lamongan, Gresik, dan bermuara di perairan Surabaya. Dimanfaatkan sebagai sarana irigasi sawah dan tambak.

Sungai Kali Lamong juga memiliki 34 anak sungai, dengan total debit 250 meter-kubik per-detik. Pada saat hujan kapasitasnya bisa lebih dari 700 meter-kubik. Namun selama satu dekade terakhir telah terjadi penyusutan daya dukung ekosistem secara sistemik, dan masif. Bahkan warga masyarakat berinisiatif meng-investigasi hilir sungai Kali Lamong hingga ke hilir. Hasilnya, Kali Lamong telah mengalami pendangkalan, sekaligus penyusutan luas penampang. Jika dibanding tahun 2003, kini hanya tersisa 70%.

Nasib sungai Kali Lamong, pada bagian muara ditumbuhi pabrik. Juga terdapat dermaga liar! Pencemaran juga sering terjadi, berupa ikan munggut (sekarat menyembul ke permukaan air). Pemerintah propinsi Jawa Timur, bersama pemerintah kabupaten Gresik, dan Pemkot Surabaya telah memiliki road-map perbaikan sungai Kali Lamong. Terutama panambahan penampang sungai menjadi 60 meter. Serta membangun tanggul pada lokasi rawan. Saat itu (tahun 2011), anggarannya mencapai Rp 84 milyar.

Pemerintah pusat juga menyokong perbaikan Kali Lamong, dengan anggaran sebesar Rp 167 milyar. Meliputi normalisasi tanggul, pembuatan parapet (tangkis), dan bangunan pengendali. Andai seluruh program dilaksanakan secara baik dan benar, dari hilir ke muara, pasti akan bisa “mengusir” seluruh bangunan (pabrik dan dermaga) liar. Realitanya, Kali Lamong tetap kerap meluapkan air bah, disebabkan daya dukung lingkungan yang makin merosot.

Manakala telah disediakan anggaran, sesungguhnya tidak sulit benar “meruwat” Kali Lamong. Hanya perlu me-revitalisasi bantaran di sepanjang DAS (Daerah Aliran Sungai). Mengembalikan badan Kali Lamong sesuai dokumen tahun 1970-an. Perlu dilakukan “duduk bersama” mempertemukan pemerintah pusat, propinsi, serta pemerintah kabupaten dan kota. Dengan metode yang sama (“duduk bersama”) sungai-sungai yang lain juga bisa direvitalisasi.

Beberapa daerah di Jawa Timur memiliki potensi terdampak bencana banjir melebihi Jakarta. Begitu pula potensi tanah longsor bisa lebih parah dibanding Sumedang, dan Sukabumi (Jawa Barat). Sehingga semestinya seluruh masyarakat (serta Pemerintah Propinsi serta Kabupaten dan Kota) mewaspadai tren cuaca ekstrem. Diperlukan ekstra kesiagaan menghadapi bencana banjir.

Sudah banyak proposal direalisasi dengan aksi kinerja pemerintah (dan daerah) meng-antisipasi cepat dampak bencana banjir dan longsor. Namun tak jarang Pemda terkesan abai terhadap penyusutan daya dukung lingkungan. Terutama alih fungsi lahan bantaran sungai. Setiap saat pada musim hujan, banjir bisa menggerus tebing sungai yang tidak terawat. Sampai menjebol pondasi tiang pancang jembatan.

BMKG (Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika), telah me-warning, bahwa ekstremitas cuaca akan menjadi kebiasaan baru. Curah hujan intensitas lebat akan lebih sering terjadi. Maka diperlukan penyesuaian ke-siaga-an banjir lebih sistemik. Terutama menjaga ekosistem esensial sekitar sungai, termasuk dengan cara memperbanyak tutupan vegetatif.

——— 000 ———

Rate this article!
Sistemik Cegah Banjir,5 / 5 ( 1votes )
Tags: