Siswa Minim, Sekolah Swasta Diminta Inovasi

Kepala Bidang (Kabid) Pembinaan SMA Dindik Jatim, Ety Prawesti

Dindik Jatim Rencana Kumpulkan SMA Swasta
Dindik Jatim, Bhirawa
Dalam waktu dekat ini Dinas Pendidikan (Dindik) Jatim akan kumpulkan sekolah SMA se Jatim. Itu dilakukan untuk mencari kesepakatan dalam peningkatan kualitas dan mutu sekolah.
Dikatakan Kepala Bidang Pembinaan SMA, Ety Prawesti, tercatat masih ada ratusan sekolah yang memiliki siswa dengan jumlah di bawah 60 anak. Di antaranya di daerah Probolinggo, Sampang, Sumenep, Kabupaten Malang dan Surabaya. Diharapkan dengan adanya pertemuan yang dilakukan, pihaknya bisa memberikan kebijakan yang sesuai. Terkait komitmen sekolah untuk penambahan jumlah siswa.
“Dari itu kita buatkan pernyataan. Kita tanyakan juga mau di merger apa gimana. Kalau menutup tidak mungkin,”ungkap dia. Hanya saja, jika tidak ada perubahan dari sekolah, pihaknya akan membatasi ijin operasional. Sebab, dari Dindik sendiri, diakuinya sudah mendorong kepala sekolah untuk berinovasi melalui berbagai program unggulan. Misalkan seperti program double track.
“Kalau keberatan di anggaran, kan masih ada program-program yang berkaitan dengan penguatan pendidikan karakter. Kerjasamanya dengan TNI/Polri. Saya rasa ini tidak butuh dana banyak. Tapi orangtua bisa tertarik,”ujar dia. Akan tetapi, sambung dia, hingga detik ini tidak ada kesanggupan dari pihak sekolah untuk membuat program inovasi. Ety menyebut, memang ada sekolah swasta dengan jumlah siswa yang kecil. Akan tetapi, mampu mencetak SDM yang mumpuni dan berkualitas. Tapi ada juga sekolah yang memang kesulitan dalam mengembangkan kualitas dan mutunya karena berbagai faktor.
“Banyak. Kendalanya salah satunya karena terbentur yayasan,”tambahnya.
Sejak Wilayah SMA/SMK menjadi kewenangan Pemprov Jatim, pihaknya belum melakukan merger sekolah. Namun, ketika ada perpanjangan ijin operasional sekolah, persoalan tersebut mulai terdata.
“Kita sudah buat telaah untuk sekolah-sekolah kecil. Meninjau kembali ijin operasional tiga tahun. Apakah tetap tiga tahun atau satu tahun,”jelasnya.
Menanggapi minimnya jumlah siswa di SMA swasta, Plt Kepala Dindik Jatim, Hudiyono menuturkan, pihaknya membuat program relawan Tistas. Di mana nantinya akan bekerjasama dengan Dindik Jatim untuk mencari siswa yang tidak mampu dan putus sekolah.
“Jadi harus jemput bola. Setiap kecamatan harus ada (relawan TisTas) ini,”paparnya. Pasalnya, berdasarkan Angka Partisipasi Kasar (APK) terdata sekiatr 14 ribu anak-anak Jawa Timur yang belum sekolah.
“Makanya kita Galakkan relawan itu,” lanjutnya.
Modelnya nanti, sambung dia, aka nada penguatan sosialisasi TisTas dan kebijakan teknis di lapangan. Relawan pun bisa dari berbagai latar, seperti penggiat pendidikan, PKH, maupun LSM.
Sementara itu, Ketua Badan Musyawarah Perguruaan Swasta, Sugijanto mengungkapkan jika memang masih banyak SMA swasta yang memiliki siswa di bawah 60 anak. maka dari itu pihaknya menyarankan agar ada pembinaan instens dari Dindik Jatim. Kendati begitu, ia menyadari jika terkadang inovasi sekolah juga dirasa kurang “greget”.
“Kalau dulu di dinas (Dindik Jatim) ada bidang khusus untuk mengurus dan membina sekolah swasta, sekarang tidak ada. Padahal bidang ini penting untuk memberikan perhatian dan bisa fokus dalam pembinaan,”tuturnya. Meskipun begitu, dari pihak BMPS sendiri juga berupaya dalam mendorong sekolah untuk terus berinovasi. Karena memang dari berbagai macam sekolah ada yang berlatar belakang sekolah regular dan dari agama. [ina]

Tags: