Siswa SD Muhammadiyah 18 Surabaya Salat Gaib dan Doa Bersama

Ustadz Khoiruroziqin SPd bertindak sebagai imam saat digelar Salat Gaib dan Doa Bersama para siswa SD Muhammadiyah 18 Surabaya, yang ditujukan kepada para Aremania yang menjadi korban Tragedi Stadion Kanjuruhan, Malang. [sufendhi dimyati]

#PrayforKanjuruhan
Surabaya, Bhirawa
Sebagai bentuk simpati dan dukungan kepada para suporter Arema atau Aremania, baik korban meninggal maupun luka – luka dalam Tragedi Stadion Kanjuruhan, Malang Sabtu (1/10) lalu. Sekitar 300 siswa kelas IV, kelas V dan kelas VI SD Muhammadiyah 18 Surabaya menggelar salat gaib dan doa bersama.
Setelah melakukan salat dhuhur bersama di Masjid Machfudz di dalam Kompleks Sekolah SD Muhammadiyah 18 Surabaya. Para siswa diminta untuk berdzikir dengan dzikir pendek dan memasangkan tanda pita hitam sebagai tanda berduka di lengan kiri para siswa. Dan Ustadz Khoiruroziqin SPd menjadi imam dalam salat gaib dan doa bersama para siswa diikuti beberapa ustadz – ustadzah.
Dengan membawa kertas bertuliskan #PrayforKanjuruhan dengan lambang pita hitam, serta ada tulisan ‘Tak Ada Sepak Bola yang Seharga Nyawa’. Para siswa memberikan simpati dan dukungan kepada para Aremania yang menjadi korban Tragedi Stadion Kanjuruhan Malang.
Siswa kelas V, Achmad Fari Al Azizi dan Rizqi Putra Sabirin, yang bercita – cita ingin menjadi pemain sepak bola profesional usai salat gaib mengatakan, salat gaib yang baru saja dilakukan bersama teman – temannya ditujukan untuk korban tragedi Stadion Kanjuruhan Malang. Meski ada tragedi yang mengakibatkan 125 korban meninggal dunia tetapi hal itu tidak menyurutkan cita – citanya untuk menjadi pemain sepak bola.
“Saya tidak takut atau trauma dengan Tragedi Stadion Kanjuruhan Malang. Saya tetap bercita – cita ingin menjadi pemain sepak bola profesional yang bisa membawa nama harum Negara Indonesia,” katanya.
Agar terhindar dari korban kerusuhan saat menonton sepak bola, Fari dan Rizqi memberikan tips menonton sepak bola yang aman. ”Sebenarnya kita tidak harus menonton sepak bola secara langsung di stadion. Kita bisa menonton pertandingan sepak bola melalui pesawat televisi di rumah yang lebih aman dan nyaman,” kata kedua siswa yang juga pendukung berat Persebaya ini.
Sementara itu, Kepala Sekolah SD Muhammadiyah 18 Surabaya, Ustadzah Baroroh Berlian Noviantika SPd menegaskan, aksi kemanusiaan ini memberikan pelajaran kepada semua orang, dimana pun berada harus tetap menjaga kerukunan serta saling menghargai satu sama lain.
“Dimana pun kita harus tetap menjaga kerukunan, kemudian tetap menghargai dan berlapang dada menghadapi apapun, serta harus ikhlas,” ujar Ustadzah Novi-sapaan akrab Kepala SD Muhammadiyah 18 Surabaya, Senin (3/10).
Ustadzah Baroroh menjelaskan, siswa di SD Muhammadiyah 18 sendiri, kebanyakan bercita – cita untuk menjadi seorang pemain sepak bola. Maka para siswa berharap besar ke depan dunia sepak bola di Indonesia bisa menjadi lebih baik. Tentunya juga ramah dan aman, sehingga menjadi tontonan yang menarik dan menyenangkan bagi para suporternya masing – masing club sepak bola yang ada di Negara Indonesia. Dan jangan sampai menjadi tontonan yang mengerikan sehingga bisa menimbulkan trauma bagi para suporter yang pernah menjadi korban kerusuhan.
“Harapannya ke depan sepak bola (Indonesia) bisa menjadi lebih baik lagi, menjadi lebih ramah, lebih aman, sehingga anak – anak bisa mencapai cita – citanya dengan aman juga,” harapnya.
Ustadzah Novi juga menjelastkan, terkait doa bersama dan salat gaib, pihaknya berharap para siswa SD Muhammadiyah 18, bisa memperoleh pelajaran soal solidaritas terhadap sesama.
“Kita mendoakan yang sudah meninggal supaya mendapat tempat terbaik di sisi Allah dan yang ditinggalkan agar mendapat kesabaran. Dan yang luka – luka juga bisa lekas sehat kembali,” tandas Ustadzah Novi. [fen.hel]

Tags: