Siswa SDN Mentikan 1 Mojokerto Nyaris Buta

5-korban zidanKota Mojokerto, Bhirawa
Dunia pendidikan di Kota Mojokerto tercoreng. Seorang siswa SDN Mentikan I, Kec Prajurit Kulon, menjadi korban penganiayaan tiga teman sekelasnya. Muhamad Fatir Zidan, siswa kelas II di sekolah negeri itu mendapat perlakuan kasar dan cenderung kejam secara berulang-ulang.
Ketiga teman yang terus menerus mengusik dan menganiayanya dengan memukuli bagian kepala hingga matanya membengkak, nyaris mengalami kebutaan jika saja tak tertolong dalam operasi besar yang dilakukan tim dokter RS  Mata Undaan, Surabaya.
”Tiga teman anak saya beberapa kali memperlakukan anak saya secara kasar. Anak saya yang bertubuh kecil ini ciut nyali untuk melawan mereka bertiga,” tutur Sujilah Triwiningsih, ibu Zidan, ditemui Selasa (20/1) kemarin.
Semula, kata Sujilah, anak ketiganya yang mengidap katarak mata bagian kanan mengeluh sakit di bagian mata kanan. Selain itu pendengarannya tak berfungsi. ”Mata kanannya bengkak dan berdarah. Saat saya tanya penyebabnya, Zidan tutup mulut tak berterus terang. Saya pikir matanya berdarah akibat benturan karena jatuh,” ucapnya.
Lantaran khawatir, Zidan dibawa ke RSU Dr Wahidin Sudiro Husodo Kota Mojokerto. Namun karena harus dioperasi, dokter yang memeriksa memberi rujukan ke RS Mata Undaan, Surabaya. Sujilah menjadi shock tatkala diberitahu dokter jika luka mata anaknya karena mengalami dipukuli tiga teman sekelasnya.
”Seketika saya shock begitu mendengar anak saya sakit karena dipukuli temannya,” ungkap warga Prajurit Kulon IV Kota Mojokerto itu.
Entah bagaimana pendekatan dokter, lanjut Sujilah, hingga anak saya terbuka mengutarakan kekerasan yang dialami. Sujilah pun akhirnya mendapat perlakuan lugas anaknya tentang aksi kekerasan dan perlakuan kasar tiga temannya. Tak sekali dua Zidan dikeroyok dan dipukuli.
”Kejadian yang menyebabkan mata bagian kanan lebam biru dan berdarah dialami Zidan saat pelajaran mengaji, hari Selasa,  antara pukul 12.00 WIB hingga 13.00 WIB,” terang istri Suhartono, pekerja home industri itu.
Zidan menjalani operasi mata di RS Mata Undaan hari Kamis (15/1) lalu. ”Dari pemeriksaan hingga operasi mata, butuh waktu sekitar dua minggu,” ujar Sujilah.
Beruntung, operasi besar yang dijalani Zidan akhirnya menyelamatkannya dari ancaman kebutaan.
”Dokter mengatakan Zidan menderita katarak traumatik, kalau saja terlambat periksa, ia terancam kebutaan permanen,” katanya.
Selain mata, Zidan mengeluh telinga bagian kanan tak bisa mendengar suara apa pun. ”Saya belum tahu soal telinganya. Mungkin setelah matanya sembuh baru telinganya saya periksakan,” kata Sujilah.
Soal kelangsungan sekolah anak ketiganya ini, Sujilah mengaku tak tahu harus berbuat apa. Mulai Senin kemarin Zidan kembali sekolah. Sujilah memilih menunggu anaknya dari jam masuk hingga pulang sekolah lantaran cemas jika perlakuan kasar terhadap anaknya terulang lagi. ”Saya menunggui sambil mengawasi anak saya. Saya ingin ada jaminan aman dari sekolah sehingga anak saya bisa belajar dengan tenang tanpa diusik dan diganggu apalagi dikasari secara fisik,” harapnya.
Zidan, tutur Sujilah lebih lanjut, juga mengaku takut. Saya khawatir ia trauma karena mengaku takut dan tertekan. ”Kalau kondisi ini terus menerus berlangsung tentu akan mengganggu prestasi belajar dan kondisi psikologisnya,” keluhnya.
Zidan, katanya, mengaku ketiga teman Zidan yang melakukan tindak kekerasan terhadap anaknya bernama Vi, Ad dan Riz. ”Soal hukuman apa yang dijatuhkan terhadap tiga teman Zidan, itu sepenuhnya menjadi kewenangan sekolah. Tapi saya berharap, sekolah bisa menjadi tempat yang teduh. Sehingga saya tak was-was kalau melepas anak saya sekolah,” katanya.
Fakta miris bullying ini rupanya ditanggapi dingin Agung, guru SDN Mentikan 1. Tatkala mengetahui awak media, guru menunjukkan sikap reaktif sekaligus menunding Sujilah mengada-ada. ”Tidak ada kekerasan antar siswa. Ibunya Zidan pun minta izin anaknya tak masuk sekolah karena akan operasi di RS Mata Undaan. Jadi kalau sekarang anak ini bilang dipukuli temannya, itu pasti bohong,” lontar Agung.
Sujilah bersikukuh jika anaknya telah menjadi korban kekerasan tiga temannya. ”Memang semula saya kira Zidan luka mata karena jatuh. Tapi dari pengakuan Zidan saya jadi tahu kejadian anak saya. Zidan berkali-kali menceritakan soal pemukulan. Saya yakin anak saya tidak bohong,” ujar wanita berjilbab itu.
Menanggapi kasus ini, Sunardi, Sekretaris Dinas P dan K Kota Mojokerto mengaku menyesalkan. ”Pihak sekolah harus bertanggungjawab menyelesaikan kasus ini. Jangan sampai. menjadi presenden buruk di dunia pendidikan,” katanya. [kar]

Keterangan Foto : Muhamad Fatir Zidan.

Tags: