Siswa SMK Nurul Jadid Ukir Prestasi di Ajang 3rd SEA Creative Camp

Kasek dan 3 siswa SMK Nurul Jadid yang ukir prestasi

Probolinggo, Bhirawa
Tiga siswa SMK Nurul Jadid patut berbangga setelah berhasil merebut juara 2 di ajang 3rd SEA Creative Camp. Dalam lomba yang diikuti 11 negara itu, mereka berhasil menyabet penghargaan di kategori Virtual Reality Online Workshop. Mereka adalah Rusydi Hafidz Alinata, jurusan XII Multimedia; Muhammad Arifandi Furaihan, jurusan XI RPL; dan Aiditya Muhammad Lukman Abdurrahman Wahid, jurusan XII TKJ. Terus berbenah untuk mengikuti lomba lagi.
Rusydi Hafidz Alinata dan Aiditya Muhammad Lukman Abdurrahman Wahid. Mereka didampingi pembingnya Rahmad Hidayatullah. Rabu 27/2 mengatakan, sebenarnya targetnya juara 1. Sebab, menurutnya karyanya yaitu sebuah aplikasi virtual realiti yang mengangkat tema pentingnya memilah sampah itu layak mendapatkan juara satu. Tetapi, karena nilainya kalah, mereka harus puas di posisi kedua.
“Nanti akan kami ikut lomba lagi. Kami berharap bisa menang pada juara satu. Untuk yang ini kami syukuri,” terangnya. Ia menjelaskan, mengapa aplikasi yang dibuat bertiga itu berharap menjadi juara satu yaitu karena visual atau gambar yang ditampilkan dalam aplikasi game itu seperti sungguhan.
Dalam video tersebut, kami mengambil visual dari Pulau Gili Ketapang. Yang mana, aplikasi itu sebagai kampanye pentingnya peduli terhadap sampah. “Kalau game-nya sudah menyerupai realita. Sesuai dengan kategorinya yaitu virtual reality. Dalam game ini yaitu mengejar skor tertinggi. Player memainkan game ini dengan cara memilah sampah dan memasukan ke tempat sampah yang tepat. Jika tepat terus, maka skornya tinggi,” tuturnya.
Lomba ini sendiri berawal dari workshop online yang diselengarakan oleh Southeast Asian Ministers of Education Organization. Yakni, kerja sama di Southeast Asian Ministers of Education Organization (SEAMEO), bekerja sama dengan SEAMEO Regional Centres, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), dan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Indonesia (Kemenristek Dikti).
Workshop itu dimulai pendaftaran pada bulan Agustus. Pada bulan itu juga kelas secara online melalui teleconference pada Agustus 2018. Kelas dilakukan sebanyak 8 kali dan diakhiri dengan pemberian tugas proyek akhir yang berkaitan dengan TI bertema pendidikan.
“Kami menemukan ide itu karena ya masih kurangnya masyarakat sadar terkait sampah. Padahal, di zaman sekarang ini sampah menjadi permasalahan tersendiri bagi lingkungan, karenanya kami memilih hal itu,” ungkapnya.
Hal itu dibenarkan oleh Lukman, menurutnya, ide itu muncul begitu saja. Selang satu bulan pertemuan secara online, tim yang telah dibentuk itu memutuskan ide yang telah disepakati untuk digarap bersama. “Tidak ada masalah. Mengenai bahasa, teknis, pengerjaan, dan lainnya tidak ada masalah, semuanya dikerjakan dengan tim,” tuturnya.
Perihal teknis, sudah ada ahlinya masing-masing. Baik desain, coding, dan lainnya. Sehingga, pengerjaannya proyek itu hanya membutuhkam waktu dua bulan saja. Yaitu, mulai November sampai Desember. “Jadi seperti itu. Kendalanya hanya pada jaringan saja. Jika jaringan lambat, maka itu membuat sulit,” terangnya.
Begitu juga dalam membagi waktu untuk berkumpul. Kelas dan jurusan yang berbeda ternyata tidak menjadi hambatan bagi ketiganya. Juga tempat bermukim di pondok pesantren yang notabene super padat kegiatannya tidak menjadi penghambat.
“Kami satu kamar di pondok. Jadi, ketika di kamar kami selalu berdiskusi mengenai proyek itu. Kalau di sekolah ya waktu istirahat kami gunakan,” jelasnya.
Rahmad, guru penbimbingnya mengatakan, banyak usaha yang dilakukan untuk meraih predikat juara itu. Antara lain rutin berdiskusi dan juga mencari materinya di internet. Hal itu dilakukan karena materi yang digunakan adalah materi baru. Sehingga, butuh tambahan ilmu dalam menyelesaikan proyek itu.
“Alhamdulillah, meskipun susah payah yang kami lakukan kami memenangi juara dua. Kami bersyukurdan akan membimbing siswa lebih baik lagi agar bisa berprestasi di kanca internasional,” ujarnya menambahi jawaban dari kedua muridnya itu.
Di sisi lain, Manaf menjelaskan, bukan hanya itu saja usaha yang dilakukan oleh muridnya. Karenanya, kemenangan yang diperoleh adalah kemenangan yang luar biasa. Apa lagi, kompetisi itu diikuti oleh 11 negara yang ada di Asia Tenggara. “Semoga menjadi inspirasi bagi siswa yang lain. Sehingga, mereka bisa berprestasi di kancah internasional,” paparnya.
Lebih lanjut, menurutnya, ada 11 kategori dalam lomba itu. Dari sebelas kategori itu semua diikuti. Namun, yang masuk hanya lima kategori. Dan, dari lima itu yang berhasil sampai merebut juara hanya satu. “Tetap kami syukuri. Dengan keterbatasan alat kami mampu bersaing dengan ribuan siswa di 11 negara. Ini adalah prestasi yang sangat membanggakan,” tambahnya.(Wap)

Tags: