Siswa Surabaya Prihatin Mutu Siaran TV

2-poto kakiSurabaya, Bhirawa
Mutu penyiaran televisi dinilai semakin tidak mendidik. Bahkan cenderung menjerumuskan generasi muda untuk meniru tindak negatif. Kondisi ini tak urung memantik keprihatinan para pelajar di Surabaya dengan menggelar aksi turun jalan.
Aksi pelajar menyuarakan keprihatinan mutu siaran TV digelar gabungan 16 SMP Muhammadiyah se Surabaya bertajuk “Save Indonesia”. Dalam aksinya di depan patung Gubernur Suryo  depan gedung negara Grahadi, Rabu (20/1), para pelajar mendesak Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) yang memiliki cabang di masing-masing provinsi tegas dalam menindak lembaga penyiaran yang jelas-jelas menyiarkan materi yang tidak seharusnya.
Meski dalam situasi gerimis, para siswa tetap semangat menggelar aksi bertema Save Indonesia itu. Termasuk membentangkan poster bertuliskan pernyataan sikapnya. “Selamatkan Indonesia dari Pornoaksi dan Pornografi, KPI harus tegas menindak lembaga penyiaran adalah dua diantara yang dituliskan pada poster.
Selain menggelar poster, aksi pelajar SMP Muhamadiyah ini juga menggelar aksi teatrikal. Enam siswa dari SMP Muhammadiyah 9 Surabaya berperan sebagai sosok penebar tindakan negatif. Mereka bercelana, berkaos hitam. Wajahnya bercat hitam. Keberadaan mereka akhirnya disingkirkan oleh teman lain yang mengenakan pakaian serba putih.
Aksi teatrikal ini bentuk kritik atas kinerja KPI yang dinilai lemah. Banyak hal-hal negatif lolos penayangan. “Kami di sini menggambarkan siaran yang bisa merusak mental siswa,” tutur Ryandika, siswa kelas VII SMP Muhammadiyah 9 Jojoran Surabaya, yang berpenampilan serba hitam bersama lima teman lainnya.
Koordinator aksi Save Indonesia lintas SMP Muhammadiyah se Surabaya Dikky Syadqomullah mengatakan, tiap SMP Muhammadiyah di Surabaya mengirimkan perwakilannya. “Para siswa ini tergabung dalam Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM),” tutur Dikky yang juga guru SMP Muhammadiyah 6 ini.
Menurutnya, aksi ini berdasar kajian siswa yang dilaksanakan di sekolahan. “Kenapa kok anak SMP yang kami ajak aksi ini, itu karena mereka memasuki masa puber. Rasa penasarannya begitu luar biasa. Jangan sampai mereka terbawa arus karena terpengaruh penyiaran yang negatif,” sambungnya.
Dikky mengutip data Badan Nasional Narkotika (BNN) yang sempat disampaikan BNN Surabaya pada para kepala sekolah. “BNN menyebut 65-70 persen siswa SMA sudah tidak virgin lagi. Sedangkan untuk siswa SMP yang sudah tidak perawan ada 52 persen.
Data ini dinilai memprihatinkan oleh para guru. “Parahnya ada sinetron yang pemerannya berkata hari gini masih perawan gak level,” Dikky menirukan dialog dalam sinetron itu. “Perkataan semacam itu kok bisa muncul di televisi,” tanya Dikky. [tam]

Tags: