SMADA Mampu Penuhi Pagu, SMASA Kurang 49 Siswa Baru

Suasana PPDB di SMAN 2 Situbondo dipenuhi siswa baru dan para orang tua. [sawawi]

Pelaksanaan PPDB 2019 di Bondowoso – Situbondo
Bondowoso, Bhirawa
Sejak penerimaan peserta didik baru (PPDB) resmi diberlakukan di Provinsi Jawa Timur dan Provinsi lain di tanah air, langsung menimbulkan pro kontra di kalangan siswa baru SMA/SMK dan para orang tua. Tak terkecuali di Kabupaten Situbondo juga sempat menimbulkan pertanyaan di kalangan siswa baru dan orang tua murid. Meski tak sempat menimbulkan aksi demo seperti di Surabaya, di Situbondo juga ikut menimbulkan polemik namun secara umum relatif berjalan kondusif.
Kepala Cabang Dinas Pendidikan (Kacabdindik) Provinsi Jawa Timur Wilayah Bondowoso, Mahrus Syamsul, mengatakan hingga Jumat (21/6) PPDB di Kabupaten Situbondo dan Bondowoso mayoritas masih kurang dari pagu. Artinya sebagian besar, ucap Mahrus Syamsul, pagu masih belum terpenuhi oleh SMA/SMK. “Hingga saat ini khusus SMA Negeri di Kabupaten Situbondo yang berhasil memenuhi pagu diantaranya SMAN 2 Situbondo, SMAN 1 Besuki dan SMAN 1 Asembagus,” ungkap mantan Kasek SMAN 1 Prajekan Bondowoso itu.
Masih kata Mahrus Syamsul, sebaliknya SMASA atau SMAN 1 Situbondo yang tercatat sebagai salah satu SMA Negeri favorit di Situbondo belum memenuhi pagi. Bahkan, ucap Mahrus Syamsul, dari laporan yang ia terima SMASA masih kurang 50 siswa baru. Ini terjadi, tambah Mahrus Syamsul, dipicu oleh siswa baru yang memiliki nilai standar (pas pasan) merasa kawatir tidak diterima jika mendaftar di SMASA. “Dari laporan Kasek SMASA kepada saya seperti itu. Yakni penyebabnya dimungkinkan siswa baru yang nilainya pas pasan takut mendaftar di SMASA. Malah mereka lebih memilih mendaftar di luar SMASA. Misalnya siswa baru yang ada di Kecamatan Asembagus mendaftar di SMAN Asembagus atau siswa asal Kecamatan Besuki mendaftar di SMAN 1 Besuki yang sesuai alamat dan domisilinya,” terang Mahrus Syamsul.
Disisi lain, Kepala Sekolah SMAN 2 Situbondo atau yang biasa dikenal dengan sebutan SMADA, Suyono, menuturkan, sistem PPDB yang notabene berbasis zonasi dan pemeringkatan UN sangat menunjang bagi lembaganya. Ini karena, menurut Suyono, untuk SMADA didukung oleh siswa baru yang mengambil PIN banyak memilih nomor 1 (zonasi) sehingga mampu melebihi jumlah pagu (360 siswa). “Jadi sistem zonasi bagi SMADA tidak ada masalah, cuma untuk sekolah yang lain yang berada dalam satu zona sampai sekarang belum bisa memenuhi pagu,” papar mantan Kasek SMAN 1 Panarukan.
Kedepan, lanjut Suyono, untuk penentuan zona harus betul dihitung sesuai dengan prediksi lulusan dari SMP/MTs sehingga mampu mencukupi pagu SMA/SMK/MA yang berada dalam satu zona. Tak hanya itu, terang Suyono, selanjutnya agar zonasi sesuai dengan proporsi dan peringkat UN harus sesuai dengan harapan masyarakat. Caranya, kupas mantan Kasek SMAN 1 Besuki itu, harus mengadakan sosialisasi kepada siswa baru dan para orang tua murid serta kalangan masyarakat luas. “Dengan tercapainya pagi SMADA, kami patut berterimakasih kepada masyarakat Situbondo dan siswa baru lulusan SMP/MTs yang telah percaya dan memilih SMADA PRIMA,” pungkas Suyono.

Mahrus Syamsul

Kacabdindik Akui Tujuan Program Zonasi Sangat Mulia
Kepala Cabang Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur Wilayah Bondowoso, Mahrus Syamsul, mengatakan, program pemberlakuan zonasi PPDB SMA/SMK tahun 2019 dilapangan memiliki kelebihan dan kekurangan. Mahrus mencontohkan pada PPDB tahun 2018 lalu banyak siswa dari Kecamatan Asembagus dan Kecamatan Besuki membawa kendaraan untuk mendaftar ke SMASA Situbondo, yang notabene belum ada program zonasi. Sebaliknya, kata dia, kini SMASA pagunya belum tercukupi karena siswa baru lebih memilih SMAN 1 Asembagus dan SMAN 1 Besuki sesuai dengan pemberlakukan zonasi.
Menurut Mahrus Syamsul, karena saat ini ada zonasi maka siswa yang dekat dengan sekolah bisa memberi kesempatan kepada siswa yang tidak terlalu pintar untuk mendaftar di sekolah favorit seperti SMASA. Mahrus mengatakan, kelebihan zonasi adalah siswa yang memiliki nilai pas pasan bisa mengenyam di sekolah favorit dan sekolah yang tidak kebagian siswa yang pintar akhirnya bisa kebagian. Untuk itu Mahrus berharap semua SMA/SMK kedepan bisa merata menjadi sekolah favorit yang didukung oleh siswa yang memiliki kepintaran tinggi, sedang dan rendah. “Adapun kekurangan program zonasi, siswa yang ingin berkelompok dengan siswa yang pintar tidak keturutan. Karena teman satu sekolahnya heterogen. Artinya memiliki kecerdasan yang tinggi, sedang dan biasa,” pungkas Mahrus seraya mengakui tujuan zonasi sangat mulia karena untuk pemerataan pendidikan.
Disisi lain, Kasek SMADA Suyono, menambahkan, untuk pilihan siswa baru yang sesuai dengan pilihan 1 (zonasi) terbanyak didapat oleh SMADA yang mampu menerima 413 siswa. Peringkat kedua, urai Suyono, diraih SMAN 1 Asembagus sebanyak 344 siswa dan SMAN 1 Situbondo sebanyak 255 siswa. Selanjutnya, lanjut Suyono, SMAN 1 Besuki sebanyak 234 siswa yang dilanjutkan dengan SMAN 1 Panji 140 siswa, SMAN 1 Suboh 136 siswa, SMAN 1 Kapongan 90 siswa, SMAN 1 Panarukan 82 siswa dan SMAN 1 Banyuputih 32 siswa. [awi]

Tags: