Smamda Jajaki Kerjasama dengan Sekolah di Benua Eropa

Para siswa Lyceun Sancta Maria Haarlem Natherlands, Balanda mencoba bermain basket di lapangan basket Smamda.

Surabaya, Bhirawa
SMA Muhammadiyah 2 (Smamda) Surabaya menjajaki sister school dengan Lyceum Sancta Maria Haarlem Natherlands, Belanda. Setelah sebelumnya telah menjalin kerjasama pertukaran pelajar dengan siswa -siswa asal Negara Malaysia, Singapura, Australia, Taiwan, China.
Hal ini dibuktikan dengan kedatangan 11 siswa Lyceun Sancta Maria Haarlem Natherlands, Balanda yang belajar di Smamda selama sepekan. Ke 11 siswa itu yakni Safine Gast, Roos Den Dekker, Renee Luik, Lisa Schultz, Julie Ratgers, Lee Engel Kes, Jil Hekstra, Job Temminck Tuinstra, Thijmen Can Veldhunen, Marten Leegstra Beervijn didampingi Guru Bahasa Inggris, Sabrina Alamudi dan Guru Geografi Ben Licumahua yang keduanya masih ada keturunan Warga Negara Indonesia.
Menurut Kepala Smamda, Ustadz Astajab, student exchange Smamda dengan Belanda yang masuk Negara di belahan Benua Eropa ini untuk yang pertama kalinya. Sebab sebelumnya student exchange sudah terjalin dengan Negara Malaysia, Singapura, Australia, Taiwan dan China. Dan pada Bulan April tahun depan siswa Smamda akan melakukan kunjungan balasan di Belanda.
“Setelah terjalin kerjasama student exchange dengan Negara Malaysia, Singapura, Australia, Taiwan dan China. Kini Smamda terus menjalin kerjasama dengan Negara Eropa, dan diawali dengan Negara Belanda, selanjutnya dengan Negara German dan Turki,” kata Ustadz Astajab.
Ustadz Astajab menjelaskan, Program Pertukaran Pelajar atau student exchange ini untuk menambah pengetahuan dan pengalaman para siswa, untuk belajar bahasa dan budaya Negara Eropa. Sehingga bila ada siswa Smamda yang meneruskan pendidikan atau kuliah di Belanda mereka sudah mempunyai gambaran dan pengalaman hidup di Belanda.
Ke 11 siswa asal Negara Belanda selama di Surabaya tinggal di rumah orang tua siswa, dan di Smamda mereka ikut belajar di kelas, juga mengikuti beberapa kegiatan ekstrakurikuler, termasuk berlatih Pencak Silat Tapak Suci yang menjadi ciri khasnya Muhammadiyah dan belajar membatik, sedangkan hasil karya membatiknya diserahkan kepada siswa Lyceum Sancta Maria Haarlem Netherland Smamda. Untuk mengenalkan Budaya Indonesia mereka diajak melihat Gunung Bromo, diajak melihat Masjid Al Akbar Surabaya, melihat Sanggar Agung di Kenjeran Park, juga diajak melihat Kantor PW Muhammadiyah di Jl Kertomenanggal Surabaya.
Sementara itu, Guru Pendamping, Ben Licumahua menambahkan, siswanya sangat menikmati selama tinggal di Kota Surabaya. Dan sangat senang berkesempatan bisa belajar di Smamda. Sebab bisa belajar banyak hal tentang budaya, tradisi bahkan toleransi beragama. Yang menarik para siswa juga diajari bagaimana cara membatik di atas kain.
“Para siswa kami sangat terkesan selama tinggal di Kota Surabaya dan belajar di Smamda. Sebab banyak hal baru yang bisa didapatkan siswa kami dan tentunya tidak didapatkan di Belanda. Maka kami menunggu kunjungan balasan siswa Smamda di Belanda, dan informasinya Bulan April 2020 mendatang siswa Smamda akan ke Belanda,” jelas guru yang orang tuanya asli dari Ambon ini.
Ben juga menjelaskan, secara tampilan siswa kami dengan siswa Smamda sudah berbeda. Di Smamda siswa perempuan berkerudung, sementara siswa kami tidak. ”Tapi sebelum kami datang ke Smamda, kami sudah memberitahu ke para siswi agar selama di Smamda memakai pakaian yang sopan, tertutup walau tidak bekerudung. Bahkan yang menarik ketika siswa Smamda tiba di sekolah disambut para gurunya dan mereka salaman dan cium tangan para guru. Hal ini tidak ada di sekolah kami di Belanda,” papar Ben yang dibenarkan Sabrina, guru Bahasa Inggris yang mengaku orang tuanya masih tinggal di Kota Surabaya. [fen]

Tags: