Kepala UPT SMANOR Sidoarjo, Zainal Arifin
Surabaya, Bhirawa
Sekolah Menengah Negeri Olahraga (SMANOR) terus berupaya untuk mencetak atlet juara. Sekolah yang berada di Sidoarjo itu kini sangat membutuhkan bibit unggul atlet pencak silat.
Upaya yang dilakukan adalah dengan menjaring bibit atlet, targetnya, bisa mendapatkan 10 atlet yang berpotensi menjadi atlet nasional. “Kita berharap dari penjaringan ini bisa mendapatkan 7-10 atlet,” kata Kepala UPT SMANOR Sidoarjo, Zainal Arifin, Senin (23/11).
Berdasarkan pengalaman, menurutnya, banyak siswa-siswi Sekolah Menengah Pertama (SMP) atau pelajar berusia maksimal 16 tahun mendaftarkan diri ke SMANOR. Jumlahnya sekitar 50 orang dari berbagai daerah di Jatim.
Namun, siswa yang terjaring hanya segelintir, karena banyak yang tidak memenuhi persyaratan. “Yang terpilih 7-10 atlet. Itupun sulit mencarinya. Yang berminat banyak, tapi yang punya bakat sulit,” ujarnya.
Dalam melakukan penjaringan, pihaknya melibatkan banyak stake holder. Mulai dari Pengprov, Pengkab/kota, pelatih, Universitas dan wartawan olahraga. Itu dilakukan karena pihaknya ingin mendapatkan atlet yang berkualitas.
“Kita memakai jasa Universitas, karena dalam penJaringan atket usia dini ini melibatkan Iptek. Pembinaan sebaik apapun, kalau atlet tidak punya bakat dan minat, maka akan sia-sia,” paparnya.
Upaya SMANOR ini mendapat dukungan dari pelatih pencak silat Jatim, Karyono. Secara terus terang, Karyono menjelas upaya keras SMANOR patut dihargai dan mendapatkan apresiasi. Karena, inilah jalan menuju pembinaan olahraga dengan baik.
“Ini jalan awal, yang perlu diapresiasi. Kalau tidak ditindaklanjuti akan sia-sia pembinaan yang dilakukan selama ini. Setelah penjaringan harus dilakukan pengawasan oleh pelatih yang punya wawasan luas,” ujarnya.
Namun, Karyono berharap pihak SMANOR bersedia menambah kuota. Tidak terbatas pada 10 atlet saja. “Kuota harus ditambah. Kalau tidak, maka bisa dalam satu kelas diisi oleh satu atlet. Padahal, pencak silat, banyak kelas yang dipertandingkan,” paparnya. [Wwn]
