Smart Retail: Raja Pasar Indonesia di Masa Depan

Oleh :
Abid Muhtarom
Penulis adalah dosen Universitas Islam Lamongan Fakultas Ekonomi ; Sedang menyelesaikan S3 Ilmu Ekonomi UNAIR-sekarang
Smart retail merupakan istilah transaksi dagang di masa depan. Istilah ini muncul mengindikasikan ada yang menarik pada kegiatan bisnis di masa depan. Praktik transaksi dagang di Tiongkok tidak hanya bisa dilihat dari sektor manufaktur saja dalam kegiatan bisnisnya, tetapi melihat sector bisnis dilihat dari kegiatan konsumsi.
Pertanyaanya kenapa harus konsumsi? Itu pasti terjadi dan wajar karena lebih dari 1,3 miliar penduduk membutuhkan ini dari bahan baku primer, sekunder sampai tersier. Pangsa pasar inilah yang dilihat oleh mereka karena semua orang akan melakukan belanja. Lebih dari 1,3 miliar konsumen ini membeli produk-produk tencent. Mereka juga mempunyai aplikasi lain untuk mempromosikan dan menjual produk secara on line melalui wechat, sama seperti Amerika mengunakan aplikasi on line whatsapp yang secara tersirat terjadi persaingan bisnis di negara Tiongkok.
Wechat tidak hanya sebagai alat komunikasi namun juga sebagai bagian keseharian masyarakat Tiongkok, salah satunya dapat membayar asuransi, izin cuti pada fitur khusus yang di keluarkannya tidak harus dengan cara lama mengunakan kertas pada atasan (bos), dan lain lain. Selain wechat perusahaan ini juga mempunyai JD.com sebagai sarana belanja meskipun juga Ali Baba yang juga mempunyai pangsa pasar yang besar. Perusahaan ini juga mengakuisisi Yonghui Superstore dengan perusahaan ini mereka juga mengakuisis saham perusahaan Carrefour. Carrefour merupakan perusahaan ritel konvensional yang berasal dari prancis. Tetapi pada kuartal ke IV carrefour mengalami penurunan sebesar 5,6 % dan menjadi masalah karena hanya buka toko konvensional namun tidak menjual secara on line untuk memahami teknologi sehingga menjual produknya ke on line yang tidak hanya fokus di off line. Itulah yang menjadi dasar saham carrefour dibeli oleh perusahaan tencent meskipun belum detail berapa persen jumlah saham yang dibeli.
Inilah yang menjadikan pertanyaan kenapa perusahaan tencent membeli prusahaan konvensional? Yang sebenarnya terjadi saat ini adalah terjadinya persaingan bisnis antar perusahaan tencent dengan perusahaan Ali Baba. Permasalahan ini memang terjadi di negara Tiongkok namun dengan adanya permasalahan ini akan terjadi permasalahan global pada pasar ritel di masa depan bahkan secara tersirat dan pasti berdampak pada pasar ritel di Indonesia.
Dapat disimpulkan dari dua perusahaan besar tersebut dilihat dari tingkat akuisisnya tahun 2012-2017 perusahaan tencent US$ 62,5M dengan 75 akuisis, sedangkan perusahaan Ali Baba sebesar US$ 41,9 M dengan 72 akuisisi. Disini dapat dilihat antara 2 perusahaan besar tersebut mereka berperang menguasai pasar, karena dalam teori monopoli pada perusahaan on line sangat berlaku, namun sampai kapan itu kerjadi pasti sangat lama.
Inilah yang akan menjadi ritel masa depan, dimana konsumen akan semakin di manjakan dengan banyak produk, karpet merah bagi produsen on line yang mengusai pasar. Tingkat konsumsi di negara Indonesia sangatlah besar tanpa melihat perioritas utama yang akan di beli, namun adanya smart ritel semuanya bias di kontrol oleh produsen dengan memanjakan konsumen didalamya. Namun ini mulai berubah jika kita mulai dimanjakan oleh teknologi dengan belanja on line dimana konsumen secara tidak langsung dapat di lihat oleh produsen on line. Ini semua akan menjadikan sebuah lahan usaha baru yang sangat megiurkan yaitu bisnis data dimana akan lebih mahal dibandingkan minyak dan tambang sekalipun. Apakah ke unggulan kita punya data atau IOT pada bisnis on line? Kita akan tahu profil konsumen pada smart ritel.
Pertama, pemberitahuan pembeli prioritas datang, dimana ada pembeli yang selalu datang dan membeli produk secara terus menerus dalam jumlah yang banyak atau berhenti pada satu produk yang cukup lama dan atau membeli lebih dari tiga juta rupiah maka produsen akan memberikan harga diskon atau lain sebaginya. Jika diskon diberikan maka konsumen akan senang dan loyal pada produk tersebut yang dapat di lihat dari statistic pembelian produk tersebut dan membeli produk secara loyal.
Kedua, notifikasi statistic pembelian dimana perusahaan on line bisa tahu satu perode seorang konsumen membeli apa saja dalam satu kali klik saja.
Ketiga, identifikasi tempat yang dikunjungi oleh pembeli atau konsumen, perusahaan tahu akan beli dimana dan kapan akan beli. Keempat, mengetahui barang yang sering dilihat, sehingga konsumen akan diberikan informasi melalui smartphonenya tentang produk yang sering dilihatnya. Kelima, smart check out memberikan informasi tentang produk belanja semingga konsumen bisa memahami akan kebutuhannya.
Bagaimana dengan pasar ritel di Indonesia? Kita tahu banyak perusahaan ritel di Indonesia mengalami penurunan omset yang cukup besar. Ini terjadi karena adanya pasar on line, contohnya Matahari, Hypermart, Ramayana, Lotus, Debenhams,dll. Tanpa menutup kemungkinan perusahaan ini akan melakukan bisnis seperti di Tingkok dengan bekerjasama dengan perusahaan on line. Mereka tetap mempunyai gerai namun tetap menjalankan bisnis secara on line. Kembali lagi apakah kegunaan berjualan secara on line adalah Big Data atau IOT. Karena dengan menguasai data akan mengusai pasar dimana dimasa akan datang data akan lebih mahal di bandingkan minyak. Data adalah informasi dunia perusahaan teknologi saat ini bergerak kearah sana.
———– *** ————-

Tags: