SMKN 1 Probolinggo Raih HiLo Markerter Academy 2020

SMKN 1 Probolinggo terima piagam serta trophy Juara 1 HiLo Markerter Academy 2020. [wiwit agus pribadi]

Probolinggo, Bhirawa
Pembelajaran di sekolah pada masa pandemi Covid 19 hingga kini masih berlangsung secara virtual, meski begitu, SMKN 1 Kota Probolinggo masih meraih prestasi. Sejak pertama kali digelar tahun 2018, 2 tahun berturut-turut SMKN 1 Kota Probolinggo sukses menjadi juara 1 tingkat Jawa Timur di ajang HiLo Markerter Academy 2020. Bahkan menjadi juara favorit di tingkat nasional pada 2019 lalu.
Tahun ini, SMKN 1 Kota Probolinggo kembali menjadi peserta terbaik dan lolos sebagai Juara 1 tingkat Jawa Timur dan bersiap maju ke tingkat nasional. Piagam dan trofi HiLo Markerter Academy 2020 ini diserahkan Marketing Representatif Nutrifood Area Probolinggo, Ratna Karera kepada Kepala SMKN 1 Kota Probolinggo Dwi Anggraeni SPd MPd.
“Syukur Alhamdulillah, ini berarti Program Sekolah Pencetak Wirausaha (SPW) di sini akhirnya ada tolok ukurnya dan bisa diukur. Maka ke depan sekolah bisa mencarikan strategi yang tepat agar upaya ini terus berkelanjutan,” kata Kepala SMKN 1 Kota Probolinggo, Dwi Anggraeni, Rabu (10/2)
Prestasi ini membuktikan segala kompetensi yang dimiliki para siswa SMKN 1 ini menghasilkan jiwa wirausaha. Meski dari rumah saja, mereka bisa terus menghasilkan pendapatan, bahkan siap membuka lapangan kerja baru meskipun di tengah pandemi.
HiLo Markerter Academy 2020 merupakan ajang pelatihan dan kompetisi untuk mengasah kompetensi pemasaran dan kewirausahaan bagi siswa SMA maupun SMK menyambut era industri 4.0. Selain melalui seleksi tingkat sekolah, seleksi juga diikuti semua kabupaten/kota untuk tingkat regional Jawa Timur. Artinya, pemenang dari tiap sekolah akan dilombakan mengikuti kompetisi tingkat Jawa Timur dengan mempresentasikan kegiatan marketing yang dilakukan. Selain unggul karena jumlah penjualan produk HiLo, siswa SMKN 1 Kota Probolinggo paling tinggi se-Jawa Timur, yakni, 1.270 boks dalam 16 minggu.
“Penilaian kompetisi juga dilihat dari sejauh mana peran siswa menggunakan teknologi. Khususnya dinilai dari sisi background alaysis-nya, creativity content, feasibility action plan, hingga achievement,” tandas Retno didampingi salah satu guru pendamping SMKN 1 Kota Probolinggo, Lidya.
Persaingan yang ketat di era digital membuat kompetisi semakin ketat dalam mencari pekerjaan. Alih-alih menjadi pegawai, berwiraurasaha adalah langkah yang tepat untuk membuka lapangan pekerjaan tambahan. Namun, butuh sumber daya manusia yang berkualitas untuk menghadapi persaingan.
“Dalam rangka mendukung program pemerintah untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), Hilo mengadakan Hilo Marketer Academy 2019. Ajang yang baru pertama kali diadakan ini bertujuan melatih dan mengasah kompetensi pemasaran dan kewirausahaan siswa SMA dan SMK se-Indonesia,” ungkap Retno.
Ribuan pelajar dari 370 SMA-SMK dari 117 kota/kabupaten se-Indonesia berkompetisi di tiga tahap, yaitu tingkat sekolah, regional, dan nasional sejak Februari 2019. Kemudian, 10 tim terbaik se-Indonesia yang beranggotakan tiga orang diundang untuk mengikuti kelas dan pelatihan di Camp Hilo Marketer Academy 2019 di Jakarta.
Hilo Marketer Academy 2019 ditutup dengan presentasi final di hadapan para juri dan pemilihan pemenang pada Kamis (9/1) di Veranda Hotel Pakubuwono, Jakarta. Sejumlah pemenang terpilih dan membawa hadiah senilai total jutaan rupiah.
Head of Marketing Nutrifood, Susana mengatakan, ajang ini merupakan salah satu cara Hilo mendukung program pemerintah untuk meningkatkan kualitas SDM. Khususnya, melatih kompetensi para siswa di bidang pemasaran dan kewirausahaan sejak muda dengan praktik langsung dalam berwirausaha.
“Harapannya, setelah lulus mereka bisa lebih siap dalam menghadapi tantangan kerja yang semakin ketat. Atau bahkan mereka bisa membuka lapangan pekerjaan baru dengan berwirausaha,” ujar Susana.
Para finalis yang mengikuti karantina berkesempatan mendapatkan sesi pelatihan pemasaran dan kewirausahaan dari Tim Marketing Promotion Hilo. Tak hanya itu, para finalis juga ditantang untuk merancang, mengimplementasikan strategi bisnis dan mempresentasikannya di hadapan para juri.
Dari 10 kelompok finalis yang berasal dari seluruh Indonesia, SMAN 7 Mataram keluar sebagai pemenang pertama. Sementara itu SMK DEK Padang dan SMK N 2 Jambi keluar sebagai juara kedua dan ketiga. Juga terdapat dua pemenang favorit yaitu SMK 1 Probolinggo dan SMK 1 Boyolali.
Lebih lanjut Dwi Anggraeni menuturkan, SMKN 1 Kota Probolinggo terus melakukan inovasi dalam proses pembelajaran. Setelah sebelumnya berhasil menerapkan pembelajaran menggunakan cloud computing, sekolah ini mematangkan kesiapan tenaga pengajar dalam menghadapi era digital. Salah satunya dengan pemanfaatan blog sebagai salah satu media pembelajaran. Hal ini dilakukan agar proses belajar mengajar lebih variatif.
SMKN 1 Kota Probolinggo terus mempersiapkan diri dengan perkembangan teknologi. Tak hanya siswa, guru pun kini wajib melek IT. Dengan kemampuan IT yang sama antara guru dan murid, maka diharapkan pembelajaran di kelas lebih hidup. Minat siswa juga menjadi lebih tinggi.
Sehingga tidak monoton, dan siswa lebih mudah menangkap pembelajaran yang disampaikan guru. Misalnya penggunaan blog. Menurutnya, pembekalan IT pada guru sebagai upaya menyiapkan tenaga pendidik di tengah arus informasi yang berkembang sangat cepat, menjadi hal yang mutlak. Keberadaan Media Sosial (Medsos), juga menjadi sarana yang ampuh untuk memudahkan siswa menerima pelajaran.
Medsos Youtube misalnya, banyak hal dibahas di situs berbagi video itu. Karena itu, sudah seharusnya para guru tidak kalah dengan peserta didik yang sudah fasih membuat, mengedit, dan menggunggah video. ”Para guru kami bekali kemampuan menulis di blog,” jelasnya.
Blog merupakan situs layananis yang bisa digunakan sebagai sarana pembelajaran. Karena dalam layanan publikasi itu, mampu menyajikan gambar, video, hingga tulisan. Jadi, guru tinggal menulis, membuat dan mengunggah video praktek pembelajaran. Sehingga murid bisa memahami langsung materi tersebut. ”Dengan IT, transfer knowledge pada siswa lebih mudah dilakukan dan diserap, dan tidak jenuh karena ada visualnya,” tambah Dwi Anggraeni. [wap]

Tags: