SMPN 17 Surabaya Launching Tiga Judul Buku Karya Siswa

Kepala Dindik Kota Surabaya, guru dan siswa menunjukkan buku Antologi Cerpen karya siswa SMPN 17 Surabaya.

Pegiat Literasi Harapkan Penerbitan Buku Antologi Cerpen Jadi Tradisi
Kota Surabaya, Bhirawa
Rasa bangga terpancar dari wajah 100 siswa SMPN 17 Surabaya. Hasil tulisan cerita pendek (cerpen) yang mereka tulis akhirnya di bukukan. Tema yang diusung pun beragam di masing-masing jenjang kelasnya. Mulai tema masa kecil untuk kelas 7, tema remaja untuk kelas 8 dan tema harapan dan cita-cita untuk kelas 9. Karya tersebut pun berbentuk antologi cerpen remaja yang berjudul Ribuan Kilometer Perjalanan Si Atlet Lari, Menuju Surgaku, dan Sembilan Belas Sembilan Dua.
Dipimpin Kepala Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Ikhsan, SMPN 17 Surabaya, melaunching buku Antologi (kumpulan) Cerpen Remaja yang juga dihadiri Pahlawan Literasi Surabaya, Satria Dharma, perwakilan komite sekolah, pengawas sekolah dan guru serta siswa, Kamis (11/4).
Dari hasi karya tersebut, tidak sedikit yang mengapresiasi kemampuan para siswa tersebut. Salah satunya Pahlawan Literasi Surabaya, Satria Dharma. Menurut dia, apa yang sudah dihasilkan oleh para siswa, yaitu buku, diharapkan menjadi tradisi di SMPN 17 Surabaya. Bagaimana setiap tahun nya para guru harus mendorong siswa untuk bisa menghasilkan karya satu jenjang satu buku.
“Dalam kemampuan berkomunikasi ini ada empat aspek yang penting dalam berbahasa. Mendengar, berbicara, membaca dan menulis. Ini semua keterampilan dan keterampilan harus dilatih,” ungkapnya.
Dengan diterbitkannya tiga buku karya siswa SMPN 17 Surabaya, kata Satria, pihak sekolah serta guru-guru haruslah bangga. Apalagi, dari ratusan ribu sekolah se-Indonesia, hanya satu persen yang bisa menerbitkan buku. “Supaya penerbitan buku ini menjadi tradisi, sekolah ini setiap tahun harus menghasilkan karya siswa. Kita dorong terus anak-anak menghasilkan karya,” tandasnya.
Kepala Dinas Pendidikan (Dindik) Kota Surabaya, Ikhsan mengaku bangga atas prestasi siswa yang mampu menghasilkan sebuah karya buku, bahkan tiga buku sekaligus. Program yang sudah dijalankan dengan baik tersebut Ikhsan meminta harus terus dikembangkan.
“Kembangkan terus bakat menulisnya. Jika perlu menjadi satu siswa satu buku. Tentu ini sudah sejalan dengan Program Kota Surabaya sebagai Kota Literasi,” katanya.
Lebih lanjut, ia menjelaskan jika setiap tahun untuk Kota Surabaya sudah sering mencetak buku karya siswa. Karya tersebiy diambil dari lomba cerpen yang diselenggarakan oleh Dindik Kota Surabaya. Di samping itu, sudah banyak sekolah yang sudah membukukam karya siswa. “Setiap tahun selalu ada sekolah yang mengirimi buku ke dinas,” terangnya.
Sementara itu, penggagas penerbitan buku Antologi Cerpen Remaja SMPN 17 Surabaya, Atiko menjelaskan jika salah satu alasan nya menggagas adalah karena pihaknya ingin mengapresiasi karya siswa. Dia berharap dengan adanya penerbitan buku, bisa memacu dan memotivasi siswa. Karena karya siswa yang tertuang dalam antologi cerpen tersebut bisa dibaca oleh kalangan umum.
“Awalnya saya tawarkan ke 300 siswa yang tertarik dengan penulisan cerpen. Tapi yang mengumpulkan hanya 100 siswa. Mereka yang benar-benar mau dan serius untuk menulis ini (penerbitan buku) apresiasi untuk mereka,” terang dia.
Tidak hanya siswa yang terus didorong untuk membuat sebuah karya tulis, dikatakan Atiko ia juga melatih para guru bagaimana cara mengedit dalam penulisan karya cerpen. “Alhamdulillah warga SMPN 17 juga mendukung. Guru-guru juga antusias, jadi kami bisa melaunching buku ini,” ujar dia.
Menurut Atiko, dengan menulis para siswa bisa menuangkan ide kreasinya dalam bentuk tulisan. Selain itu juga bermanfaat bagi kesehatan emosional. Ia meyakini dengan menulis kenakalan remaja bisa diminimalisir. Sebab, para siswa bebas dalam menuangkan apa yang dirasakan.
“Semoga ini jadi awal, ke depan akan banyak karya buku dari siswa-siswi SMPN 17. Jadi tidak ada karya untuk berhenti. Kami juga berencana menjualnya di toko buku. Tapi sementara masih di google book,” papar dia.
Salah satu siswa kelas 9 SMPN 17 Surabaya, Akyla Ortzi menceritakan pengalaman dan rasa bangganya dari penerbitan buku Antologi Cerpen Remaja. Ia mengaku, ini pertama kalinya cerpen yang dia tulis bisa diterbitkan. Apalagi jika dibaca khalayak umum. “Sangat bahagia karena baru pertama kalinya tulisan saya dibukukan dan dibaca semua orang,” ujar dia. [Diana Rahmatus S]

Tags: