Soal Museum SBY, Demokrat dan PDIP Saling Sindir

Ketua Fraksi Partai Demokrat DPRD Jatim, Sri Subianti

Surabaya, Bhirawa
Munculnya bantuan hibah sebesar Rp 9 miliar untuk pembangunan Museum SBY di Pacitan memantik kedua partai bersitegang. Kedua partai itu yakni Partai Demokrat dan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP).
Demokrat merasa heran atas sorotan PDIP terhadap bantuan dana hibah sebesar Rp 9 miliar untuk pembangunan Museum SBY-Ani di Pacitan.
Hal itu disampaikan Ketua Fraksi Partai Demokrat DPRD Jatim, Sri Subianti, Kamis (18/2). “Kok pemberian bantuan tersebut disorot. Dimana salahnya dan tujuannya untuk mengangkat perekonomian Pacitan dengan menciptakan sebuah destinasi wisata baru skala nasional di Pacitan,” jelasnya.
Sri Subiati mengatakan selama ini Partai Demokrat tak pernah mempermasalahkan pemugaran museum Bung Karno di Blitar yang menelan angka Rp 40 miliar. “Pemugaran museum bung karno di Blitar dan museum SBY-Ani di Pacitan juga sama-sama dapat bantuan keuangan dari pemerintah. Justru pemugaran museum Bung Karno menelan angka Rp 40 miliar. Lalu tiba-tiba museum SBY-Ani yang mendapat bantuan Rp 9 miliar disebut menyakiti rakyat. Tentunya ini pemahaman yang sempit,” katanya.
Bagi Demokrat, kata Antie sapaan akrab Sri Subiati, tak pernah mempersoalkan adanya museum mantan presiden karena selalu menghargai dan menghormati kebijakan daerah tempat Presiden dilahirkan. “Kalau Demokrat mendirikan museum SBY-Ani di Pacitan tentunya wajar karena disana pak SBY dilahirkan,” sambungnya.
Antie mengatakan dalam museum SBY-Ani tersebut nantinya akan berisikan sejarah perjalanan hidup SBY sebagai Presiden RI ke-6. Diorama dan koleksi perjalanan hidup mulai karir awal hingga memimpin RI selama dua periode.
“Semua harus mengakui kalau pak SBY dua periode berhasil memimpin Indonesia. Sama dengan museum Bung Karno yang nantinya mengingatkan perjuangannya untuk negara ini bagi generasi penerus. Begitu juga dengan museum SBY-Ani juga akan menceritakan keberhasilan pak SBY memimpin negara ini bagi generasi penerus,” jelasnya.
Jika museum SBY Ani dituduh menyakiti rakyat, kata Antie, justru karena pendapatan perkapita masyarakat Pacitan sangat rendah maka dengan adanya Museum SBY-Ani bisa menjadi salah satu penopang mengangkat perekonomian masyarakat Pacitan yaitu mendatangkan wisatawan.
Bagi Demokrat, lanjut Antie, museum SBY-Ani untuk dipersembahkan kepada masyarakat khususnya generasi muda tentang kepemimpinan SBY selama memimpin RI dua periode.
“Dan tentunya juga selain memberikan pendidikan kepada generasi muda tentang SBY, juga museum ini juga diharapkan mendongkrak wisata di Pacitan dan bisa mensejahterakan masyarakat Pacitan,” jelasnya. Antie pun optimis museum tersebut bisa menghidupkan perekonomian masyarakat Pacitan.
Sebelumnya, Bantuan keuangan khusus berupa dana hibah dari Pemprov Jatim melalui APBD Pacitan sebesar Rp9 miliar untuk membangun Museum dan Galeri SBY-Ani di Pacitan dinilai legislator PDIP Jatim sangat menyakiti hati rakyat.
“Uang rakyat Rp9 miliar untuk sebuah lembaga yang tujuannya adalah citra politik personal seorang tokoh sangat menyakiti hati rakyat, mengkhianati amanat penderitaan rakyat, apalagi di masa pandemi Covid-19 di mana rakyat sedang kesusahan,” tegas Anggota DPRD Jatim Deni Wicaksono kepada media, Rabu (17/2).
Deni mengatakan, APBD mestinya didedikasikan untuk membantu rakyat, bukan digelontorkan untuk membiayai proyek yang hanya ditujukan untuk pencitraan personal seorang tokoh politik.
APBD, lanjut Deni, adalah instrumen fiskal yang mestinya digunakan berdasarkan skala prioritas mengingat keterbatasan anggaran. Saat ini, yang urgen adalah membantu rakyat miskin. Apalagi, Pacitan termasuk salah satu sentra kemiskinan di Jatim.
“Kemiskinan di Pacitan sangat tinggi, yaitu 14,54 persen per 2020. Ini termasuk yang tertinggi di Jatim. Demikian pula pendapatan per kapita rakyat Pacitan baru Rp28 juta per orang per tahun, hanya separo dari rata-rata pendapatan per kapita di Jatim,” ujarnya. [geh]

Tags: