Sopir Angkot Joyoboyo Surabaya Direlokasi ke Jalan Gunungsari

Kondisi terminal sementara di Jalan Gunungsari dikeluhkan sopir dan penumpang, Senin (1/10).[trie diana/bhirawa]

Surabaya, Bhirawa
Relokasi angkutan umum di Terminal Joyoboyo ke Jalan Gunungsari akibat pembangunan terminal intemoda Joyoboyo dikeluhkan oleh para sopir angkutan umum. Para sopir itu mengeluhkan kondisi terminal sementara di Jalan Gunungsari membuat mereka kesulitan mendapatkan penumpang.
Mereka menyampaikan keluhan mereka Senin (1/10) siang, saat terminal tersebut disambangi oleh anggota dewan dari Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Camelia Habibah.
Puluhan angkutan umum berjajar standy di terminal sementara Joyoboyo mengeluh kondisi terminal saat ini jauh dari layak. Tak banyak penumpang yang mau mendekat ke angkutan mereka. Kalaupun ada, para penumpang tampak kesulitan untuk menyeberang ke tempat angkutan yang standby.
Sukamto, salah satu sopir angkot jurusan Terminal Joyoboyo – Karangmenjangan – Kenjeran ini mengatakan sejak sepekan pindah memang muncul masalah baru.
”Penumpang biasanya diturunkan di seberang. Arus kendaraan di Jalan Gunungsari ini sangat padat apalagi kalau pagi, penumpang kalau mau ke sini harus menunggu lama dan kurang aman,” kata Sukamto.
Terlebih tidak ada petugas dari Dinas Perhubungan maupun Pemkot Surabaya yang ikut turun mengatur lalu lintas. Hal tersebut membuat para sopir cukup kesulitan mendapatkan penumpang. Dan juga kondisi tersebut membahayakan calon penumpang.
”Terlebih kalau tengah hari seperti ini, penumpang semakin sepi. Kondisi terminal sementara ini jauh dari layak,” tegasnya.
Pasalnya atap kanopi terminal sementara relokasi Terminal Joyoboyo ini hanya disediakan selebar 0,75 meter saja. Yang membuat kondisi terminal sementara menjadi sangat panas dan membuat calon penumpang tidak nyaman. “Bahkan tak jarang penumpang itu sudah masuk tapi keluar lagi nggak tahan. Panas sekali, nggak teduh,” katanya.
Hal itu membuat mereka harus rela berangkat dan tak berani ngetem terlalu lama lantaran takut kehilangan penumpang.
Hal senada juga disampaikan oleh Suwignyo, sopir angkutan jurusan Wiyung dan kawasan Surabaya Barat. Ia mengatakan sejak ada relokasi terminal sementara, sistem pengambilan penumpang jadi semakin tidak teratur.
”Jumlah angkutan umum satu jurusan saja sampai 50 unit. Sedangkan saat ini di tempat penampungan terminal sementara itu, untuk satu jurusan hanya diberi maksimal empat unit yang bisa antre mengisi penumpang,” katanya.
Sedangkan sisinya semrawut di sekitar Jalan Gunungsari. Beberapa angkutan yang tidak kebagian tempat antrean memilih mengisi penumpang dengan masuk lagi di terminal, menempati ruang kosong yang belum dilakukan pembangunan fisik terminal intermoda Joyoboyo.
Pada Habibah, ia meminta agar kondisi ini bisa segera dibereskan. Dinas Perhubungan Kota Surabaya setidaknya harus memberikan solusi, paling tidak harus ada petugas yang membantu mengurai kemacetan dan mengarahkan penumpang di Jalan Gunungsari.
Melihat kondisi tersebut Habibah mengaku miris dan prihatin pada warga Surabaya yang berprofesi sebagai sopir angkot. Kondisi terminal sementara itu jelas membuat tidak nyaman, baik untuk para sopir maupun penumpang.
”Kalau saya mengusulkan selama pembangunan terminal intermoda dan angkot dipindahkan ke sini, Jalan Gunungsari yang dipakai untuk terminal sementara ini dinon aktifkan, atau ditetapkan sebagai jalan mati,” kata wanita yang juga Sekretaris Komisi C Bidang Pembangunan DPRD Kota Surabaya itu.
Lebih lanjut Habibah mengatakan bahwa rekayasa lalu lintas yang arah ke Gunungsari bisa memfungsikan jalan di samping KBS menjadi dua arah. Dengan begitu menurutnya bisa lebih nyaman dan tidak membahayakan penumpang.
Ia juga mengusulkan agar ke depan ada tambahan petugas yang menjaga di sekitar terminal sementara Joyoboyo ini. Tidak hanya itu ia juga mengkritisi fasilitas terminal sementara yang terkesan seadanya dan dipaksakan. [dre]

Tags: