Sopir MPU Kota Batu Semakin Terjepit

angkot-kota-batuKota Batu, Bhirawa
Pergantian tahun kali ini belum memberikan angin segar bagi para sopir Angkutan Kota (Angkot) di Kota Batu. Melubernya wisatawan dalam masa liburan beberapa waktu lalu tidak memberikan keuntungan bagi mereka. Hal ini diperparah adanya kenaikan bahan bakar minyak (BBM), namun tidak disertai atau diimbangi dengan kenaikan tarif angkot. Kondisi ini membuat kondisi ekonomi para sopir semakin sulit.
Diketahui, per tanggal 5 Januari 2017, PT Pertamina mengeluarkan daftar harga baru BBM yang dijual di SPBU. Dalam daftar tersebut hanya premium yang tidak tercantum (harga tidak naik).
“Namun semua angkot kita saat ini sudah menggunakan pertalite, karena premiun saat ini sudah sulit diperoleh,”ujar sopir angkot jurusan Batu-Sumber Brantas, Mulyono, Kamis (5/12).
Adanya kenaikan BBM ini sangat menyulitkan para sopir. Karena belum ada kebijakan Pemerintah Daerah untuk menaikkan tarif angkot. Dan para sopir angkot juga mengaku tidak berani menaikkan tarif secara sepihak.
“Kita (sopir angkot-red) juga khawatir kalau tarif kita naikkan maka penumpang akan semakin sepi,” keluh Mulyono.
Ia bercerita, ramainya wisatawan yang datang ke Kota Batu di masa liburan pergantian tahun kemarin, tidak memberikan dampak positif bagi sopir angkot. Kondisi terminal atau penumpang angkot tetap sepi. Hal ini diperburuk dengan tingginya kemacetan yang membuat keberadaan angkot semakin terpuruk.
Ketua Aliansi Pengemudi Mobil Penumpang Umum (APMPU), Heri Junaidi mengatakan, kondisi sepi penumpang ini tidak hanya ditemui di Terminal Batu saja, tetapi juga di jalan-jalan sepanjang yang dilewati angkot.
“Sepi tidak ada penumpangnya, apalagi jalanan macet, angkot sama sekali tidak bisa bergerak,” ujar Heri.
Selama beberapa hari para pengemudi harus menderita kerugian karena harus menyetor ke pemilik angkot. Kebanyakan pengemudi menjalankan mobil milik orang lain. Ia berharap Pemkot Batu segera mengambil tindakan dari kesulitan yang dialami oleh pengemudi angkot ini.
Menurutnya, salah satu cara yang diharapkan oleh pengemudi adalah Pemkot Batu membangun rest area. Dari tempat ini, bus wisatawan dan mobil wisatawan diparkir, kemudian penumpangnya diangkut oleh mikrolet menuju ke obyek wisata. “Dengan cara ini, saya optimis pengemudi angkot tidak akan merugi lagi seperti yang selalu terjadi pada hari libur sekolah,”ujar Heri.
Menanggapi masalah ini, Kepala Dinas Perhubungan, Siswanto, mengaku pihaknya harus membuat kajian terlebih dahulu.
“Saat ini saya tidak berani berkomentar dulu,”ujar Siswanto.
Terpisah, Wali Kota Batu, Eddy Rumpoko mengatakan tidak ada rencana Pemkot untuk mendirikan dua terminal di Kota Batu. Hal ini berkaitan dengan diambilalihnya pengelolaan Terminal Batu oleh Pemprov. Menurutnya, keberadaan dua terminal tidak akan berdampak besar terhadap penghasilan daerah.
“Kota Batu adalah kota kecil. Lebih baik membangun rest area ketimbang membangun dua terminal kota,”ujar ER. [nas]

Rate this article!
Tags: