Soroti Teknologi Informasi, Antisipasi Radikalisme di Jatim

Narasumber dari BINDA (Badan Intelijen Daerah) Jatim memaparkan pemanfaatan TI dalam melindungi bangsa Indonesia dari upaya memecah belah bangsa dan upaya pelemahan ideologi Pancasila.

Narasumber dari BINDA (Badan Intelijen Daerah) Jatim memaparkan pemanfaatan TI dalam melindungi bangsa Indonesia dari upaya memecah belah bangsa dan upaya pelemahan ideologi Pancasila.

Pemprov, Bhirawa.
Aksi terorisme dan radikalisme seringkali didapatkan dari penyalahgunaan teknologi informasi. Menilik hal itu maka Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Bakesbangpol) Jatim menyoroti keberadaan teknologi informasi dalam melindungi keberadaan bangsa dan negara Indonesia.
“Keberadaan TI saat ini sudah menjadi keniscayaan dalam kehidupan bermasyarakat, namun perannya yang semakin besar ini seharusnya bisa digunakan untuk memperkuat dan memperkokoh persatuan serta sendi-sendi kebangsaan dan bernegara lainnya,” kata Kepala Bakesbangpol Jatim, Drs Ec Jonatan Judianto MMT, Selasa (12/4).
Ia juga mengaku, saat ini pihaknya tengah secara simultan melakukan sejumlah aktivitas dengan pelibatan sejumlah unsur masyarakat dalam rangka upaya pencegahan tindakan dan menyebarnya paham radikalisme di masyarakat.
“Bakesbangpol Jatim tengah mengupayakan sejumlah kegiatan yang secara konsepsi merupakan upaya deradikalisasi atas bahaya penyebaran paham-paham radikal yang sering memicu aksi kekerasan dan terorisme di wilayah Jatim,” kata Jonatan, Selasa (12/4).
Dalam kegiatan itu, kata Jonatan, ada tiga narasumber yaitu yang pertama dari unsur Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) yang akan menyajikan materi Pemanfaatan TI dalam melindungi Bangsa Indonesia dari Bahaya Radikalisme dan Terorisme.
Pembicara kedua dari Badan Intelejen Negara Provinsi Jawa Timur dengan mengambil tema Pemanfaatan TI dalam Melindungi Bangsa Indonesia dari upaya Memecah Belah Bangsa dan Upaya Pelemahan Ideologi Pancasila. Pembicara ketiga Dr Bambang Budiono, staf pengajar Fisip Universitas Airlangga.
Sementara, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Teroris (BNPT), Dr Soubar Isman SH MHum MSc MBA mengaku pihaknya juga telah  mendeteksi keberadaan 600 warga Jawa Timur telah berbaiat untuk mengikuti gerakan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).
Ia menjelaskan kalau baiat bagi 600 warga ini, dilakukan dalam dua gelombang. “Gelombang pertama ada 200 warga berbaiat di daerah lokal barat atau di sekitar Magetan pada pertengahan 2015,” kata Isman.
Sedangkan baiat kedua digelar di Malang pada akhir 2015 lalu dengan peserta sebanyak 300 orang. Mereka ini dibaiat oleh mantan murid dari Abu Bakar Baasyir. Meski tak bersedia merinci sosok di balik baiat 600 warga ini, namun Isman memastikan jika kelompok ISIS di Jawa Timur seluruhnya merupakan kelompok yang mengidolakan Abu Bakar Baasyir.
BNPT juga terus memantau beberapa orang yang telah berbaiat, mereka terus dekati hingga bisa meninggalkan ISIS. “Tokoh-tokohnya juga kita dekati, keluarga juga kita dekati seperti dulu kami mendekati keluarga Amrozi,” kata Isman.
Untuk memutus mata rantai terorisme, BNPT saat juga terus melakukan berbagai pendekatan. Selain itu, para tersangka terorisme yang saat ini berada di dalam penjara juga dipisah dan disebar di berbagai lembaga kemasyarakatan. “Kalau mereka kumpul jadi satu di lapas malah akan menyuburkan gerakan mereka, jadi sekarang kita pisah-pisah,” ujarnya. [rac]

Tags: