Sosialisasi Insomnia dan Sleep Hygieni serta Penanganannya di Poli Kesehatan Jiwa RSUD Jombang

Dialog memahami dan mengatasi Insomnia yang digelar Humas RSUD Jombang, Kamis (29/04). [arif yulianto/bhirawa]

Jombang, Bhirawa
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Jombang terus melakukan sosialisasi kepada masyarakat Jombang tentang pelayanan di rumah sakit setempat. Salah satunya seperti yang dilaksanakan oleh Humas RSUD Jombang lewat kegiatan Humas RSUD Jombang Menyapa.

Pada kegiatan dialog yang dilaksanakan Kamis siang (29/04) ini, Humas RSUD Jombang memberikan sosialisasi tentang Insomnia dengan menghadirkan dr Antina Nevi Hidayati, Sp.KJ, Dokter Poli Jiwa RSUD Jombang. Dialog dipandu oleh Reporter Humas RSUD Jombang, Giannita Prayoga.

Insomnia merupakan gangguan tidur paling sering dikeluhkan. Secara kronis diderita oleh 10-15 % populasi. Merupakan masalah kesehatan utama yang berkaitan dengan tingginya angka absensi, dan berkaitan dengan munculnya berbagai penyakit fisik maupun mental.

“Sebelum memicu timbulnya penyakit lain, jangan ragu-ragu datang ke poli jiwa. Datang berkonsultasi ke poli jiwa tidak menjadikan anda lebih rendah dari orang lain. Akan tetapi, jangan sampai insomnia, atau masalah kejiwaan lain tidak terkelola dengan baik, sehingga selalu menjadi kelemahan diri, dan berakibat kita gagal meraih cita-cita yang kita idamkan,” terang dr Antinanevi Hidayati, Sp.KJ.

Insomnia adalah kondisi kurang tidur yang terjadi terus menerus, hingga menyebabkan masalah terkait kemampuan bekerja pada saat terjaga/siang hari.

Menurut dokter Poli Jiwa RSUD Jombang yang akrab dipanggil dokter Nevi itu, waktu tidur kurang dari 6 jam dapat menyebabkan gangguan kognitif, perubahan mood, dan abnormalitas kadar hormon dalam tubuh.

Apabila mengalami Insomnia 3 hari berturut-turut harus diwaspadai. Karena dapat menimbulkan kecemasan, bahkan sampai bisa depresi. Kecemasan tentang tidur, justru menyebabkan keterjagaan, pikiran yang terus-menerus, dan timbul ketegangan otot yang justru memperburuk lingkaran setan kecemasan dan Insomnia.

“Insomnia dengan peningkatan keterjagaan juga kerap menyertai gangguan jiwa lain, misalnya depresi, atau mania,” jelas dokter spesialis kedokteran jiwa alumni Unair Surabaya 2015 lalu ini.

Disampaikan pula, beberapa faktor yang menyebabkan Insomnia berlangsung terus menerus adalah: 1) kebiasaan tidur yang buruk yang dibiarkan terus, 2) kekhawatiran yang berlebihan tentang tidur, 3) menghabiskan waktu terlalu lama untuk mencoba tidur.

Dokter kelahiran Jombang 46 tahun lalu ini juga mengutarakan, waspadai Insomnia primer, gangguan tidur tanpa sebab, yang dianggap bentuk gangguan cemas dengan fokus kekhawatiran akan kebutuhan tidur yang tidak tercukupi.

Insomnia dalam bentuk tidur yang terputus-putus, sering ditemukan pada penderita demensia atau gangguan otak lain yang menggambarkan penurunan fungsi area otak yang mengatur siklus tidur-terjaga, misalnya bila ada lesi di daerah Suprakiasma atau Hipotalamus.

Beberapa hal dapat memicu munculnya Insomnia jangka pendek, di antaranya stres psikologis, dukacita, cemas, kebisingan, masalah fisik, nyeri, kehamilan, penyakit jantung dan paru, penyakit saluran kemih. Gangguan psikiatri, depresi atau cemas.

“Selain itu, penggunaan obat atau zat dapat pemicu insomnia, misalnya obat beta bloker, antibiotik levofloxazin, obat anti depresi, obat penahan nafsu makan, alkohol, kopi, rokok,” katanya.

Menurutnya, keluhan Insomnia meliputi, jumlah tidur yang terlalu sedikit, perlu waktu lama untuk memulai tidur, tidur yang tidak menyegarkan disertai adanya penurunan fungsi pada siang hari misalnya muncul kelelahan, kurangnya konsentrasi, turunnya daya ingat, dan emosi yang memburuk.

Untuk mengatasi hal serupa itu, dr Nevy menyarankan agar penderita Insomnia membiasakan tidur yang baik (hygiene tidur/sleep hygiene). Misalnya, melatih keteraturan jadwal tidur, tidur dan bangun pada waktu yang hampir sama setiap hari.

“Mengurangi paparan cahaya, karena pada suasana cahaya yang terang, tubuh dan otak cenderung lebih aktif. Tidurlah pada saat mengantuk, tidak masuk kamar sebelum mengantuk, ini merupakan solusi. Hindari konsumsi alkohol, rokok, kopi, dan zat pembangkit lain yang meningkatkan keterjagaan, utamanya setelah sore hari. Gunakan kamar tidur hanya untuk tidur dan aktifitas sangat privat, hindari suasana yang dapat mengganggu tidur,” tambahnya.

Sambung dia, kadangkala obat diperlukan, tidak saja untuk mengatasi Insomnia, namun juga beberapa gangguan jiwa yang menjadi pemicu munculnya Insomnia.

Obat anti Insomnia pada umumnya merupakan obat keras yang harus diresepkan oleh dokter, penggunaannya dibatasi, dan rawan disalahgunakan. Karena itu penggunaan obat pada insomnia memerlukan kerjasama yang baik antara dokter dan pasien.

“Sebab itu, datang konsultasi ke Poli Jiwa untuk mendapatkan solusi terbaik, akan lebih bermanfaat, sebelum gangguan tidur berlanjut menimbulkan penyakit penyerta lainnya,” tutupnya. [rif/adv]

Tags: