Sosialisasi MOP di Kota Mojokerto Lewat Nobar Layar Tancap

Langkah menjaring peserta vasektomi lewat nonton layar tancap yang disponsori DP3AK Kota Mojokerto. [kariyadi/bhirawa]

Kota Mojokerto, Bhirawa
Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (DP3AK) Kota Mojokerto terus memeras otak memenuhi target  tingginya target aseptor KB pria MOP tahun ini. BKKBN Propinsi Jatim tahun ini memasang target minimal 59 peserta KB Pria. Jumlah ini jauh dibawah target yang sebelumnya dipatok hanya 23 orang.
”Sampai triwulan pertama ini kami sudah mendapatkan 23 orang peserta MOP karena program Nobar (Nonton Bareng, red), kita terus melakukan terobosan dan inovasi supaya target dari Pemprov terpenuhi,” tutur Kepala DP3AK Kota Mojokerto, Moch Ali Imron, Senin (10/4) kemarin.
Imron mengaku menggunakan sejumlah cara untuk menggapai target itu. Pihaknya sengaja menyisir masyarakat bawah dengan menggelar nobar berhadiah sembako.  Pemutaran film-film bertema perjuangan dan KB ini memberi dua manfaat sekaligus, yakni membangkitkan semangat nasionalisme dan pencerahan masyarakat terhadap pentingnya ikut KB.
Menurut Imron, pemutaran film keliling yang pernah ngetren pada era 90 an ini mendapat sambutan hangat dari semua kalangan. Pihaknya, juga menjadi ‘sponsor’ dalam acara hajatan warga yang nanggap Ludruk.
”Banyak anak-anak yang nonton, tapi itu menjadi pendidikan KB bagi anak usia dini. Kalau Ludruk, itu ceritanya nunut promosi KB,” akunya tergelak.
Tidak hanya itu, pihaknya juga aktif mensosialisasikan program vasektomi ini ke warung-warung dan pasar. Kita mampir ke warung-warung kopi, mensosialisasikan KB ini. Termasuk juga ke pasar,” kata pria tambun penikmat kopi ini.
Ia tak menampik anggapan salah mengenai KB vasektomi. Masyarakat masih mengangap KB vasektomi adalah momok. Takut tidak bisa ereksi, padahal itu salah karena justru sebaliknya menambah keharmonisan Pasutri.
Sementara itu, Nanang, Ketua RW 9 Kedungsari, Kec Magersari mengatakan senang dengan program ini karena mendidik masyarakat. ”Program layar tancap keliling ini mendapat sambutan hangat dari masyarakat, karena mendidik dan nostalgia masa lampau,” katanya.
Menurut Nanang, ketika layar tancap ini diputar di lingkungannya tanpa diminta warganya datang langsung menonton film. ”Apalagi filmnya bagus-bagus. Tentang perjuangan melawan penjajah,” pungkasnya.
Soal KB MOP sejumlah warganya ikut serta dalam program ini. ”Ada warga kami yang ikut. Dan ini sistemnya getok tular dari mulut ke mulut,” urainya.
Langkah DP3AK dalam sosialisasi ini diparesiasi positif kalangan dewan. Dalam melakukan sosialisasi memang harus memiliki terobosan sehingga mampu meraih simpati masyarakat.
”Sekarang ini masyarakat memang lebih tertarik dengan model sosialisasi yang tidak formal,” tegas Edwin Indra Praja, anggota DPRD Kota Mojokerto asal Partai Gerindra ini. [kar]

Tags: