Sosok Egaliter yang Dikenal Suka Blak-blakan

Wakil Bupati Sidoarjo H Nur Achmad Syaifuddin SH (tengah) saat menemui pengurus yatim piatu di Sidoarjo.

Wakil Bupati Sidoarjo H Nur Achmad Syaifuddin SH (tengah) saat menemui pengurus yatim piatu di Sidoarjo.

Lebih Dekat dengan Cak Nur
Kabupaten Sidoarjo, Bhirawa
Pembawaan yang egaliter dan sederhana Wakil Bupati (Wabup) Sidoarjo H Nur Achmad Syaifuddin SH seolah mendobrak kekakuan protokoler yang selama melekat pada wajah birokrasi Pemkab Sidoarjo. Sifatnya yang mudah bergaul justru mengimbangi kegesitan Bupati Saiful Ilah dalam beradaptasi dengan pekerjaan.
Pria yang akrab disapa Cak Nur, sama dengan Bupati Saiful Ilah yang berasal dari partai, sangat humanis dan cepat akrab dengan lawan bicara. Pembawaannya santai, tetapi cepat fokus ketika masuk pada persoalan penting. Sifat itulah yang kadang membuat protokoler sendiri sulit mengatur. Hingga kerap ajudanlah yang kerap mengingatkan tamu untuk mengakhiri pembicaraan karena sudah ditunggu acara lain.
Cak Nur yang resmi dilantik sejak 17 Februari lalu ini siap membuka diri kepada masyarakat Sidoarjo untuk menyampaikan aspirasi yang menyangkut kepentingan umum, sosial, dan pembangunan Sidoarjo. Dia juga siap menampung dan menerima aspirasi sejauh memang bermanfaat bagi masyarakat. “Tujuan kita bekerja kan untuk mengabdi kepada masyarakat,” ucapnya kepada Harian Bhirawa belum lama ini.
Dengan menjaga kedekatan dan hubungan baik itu, nomor ponselnya tidak diganti, masih pakai nomor lama. Dalam sepekan Cak Nur masih selalu mengunggah kegiatannya di facebook. “Jangan kuatir, saya tidak menggunakan ajudan atau staf untuk menjawab pendapat dan komentar masyarakat. Saya sendiri yang mengunggah dan memberi komentar di facebook,” ucapnya.
Dengan begitu ia bisa membaca serta mengetahui apa yang dimaui masyarakat Sidoarjo. Cara ini sebagai metode melibatkan pastisipasi masyarakat untuk urun rembug membangun Sidoarjo.
Pendekar Pagar Nusa yang meniti karirnya selama 12 tahun sebagai anggota DPRD Sidoarjo ini dikenal suka bicara blak-blakan, langsung ke pokok persoalan dan cepat memberi solusi. Selama menjadi wakil rakyat, Cak Nur mengaku banyak mengetahui persoalan anggaran. Dengan memahami berbagai persoalan anggaran, ia mengaku bisa cepat beradaptasi dengan pekerjaan yang baru sebagai Wakil Bupati Sidoarjo.
Untuk mendekatkan diri dengan pekerjaannya, Cak Nur lebih memilih menempati Rumdin Wabup Jl Sultan Agung yang berada di samping pendopo kabupaten. Tetangga dekat Rumdin itu adalah pendopo kabupaten. Padahal sudah 15 tahun Rumdin dibiarkan melompong. Saiful Ilah saat 10 tahun menjadi wabup tidak pernah menempati rumah itu. Begitu juga Hadi Sutjipto, wabup lama selama 5 tahun juga  tidak pernah menghuni.
Rumorpun menyebar, hanya orang berani saja yang berani menempati Rumdin. Kenapa? Konon Rumdin itu sudah dihuni banyak mahluk halus. “Karena lama tidak dihuni, rumah kosong biasanya dihuni mahluk lain,” ujar seorang warga.
Cerita aneh itu dibumbui dengan adanya pohon beringin yang cukup besar yang persis tumbuh di halaman Rumdin.
Namun Cak Nur, punya alasan sendiri untuk menempati Rumdin. Bahwa keputusan menempati Rumdin karena bila pulang ke kediamannya di kawasan Janti, Kecamatan Waru terlalu jauh dan tidak strategis untuk menjalankan tugas sebagai Wakil Bupati Sidoarjo.
Bila pulang ke Janti terlalu jauh, dia khawatir tidak bisa maksimal melayani masyarakat Sidoarjo. “Kalau di Rumdin kan enak, sewaktu-waktu bila ada warga yang membutuhkan bisa langsung bertamu ke sini. Tak hanya itu di sini lokasinya strategis kalau mau berkantor di Pendopo tinggal jalan kaki, kalau mau berkantor di Pemkab dekat sekali tidak sampai 2 menit,” katanya.
Dia juga mengaku siap bila sewaktu-waktu dibutuhkan masyarakat yang bertamu ke kediamannya itu untuk menceritakan keluh kesah masyarakat mengenai kinerja Pemkab Sidoarjo.
Sementara itu Dadang warga yang tinggal tepat di depan Rumdin mengaku senang dengan ditempatinya Rumdin yang sudah 15 tahun tak berpenghuni itu.
“Akhirnya Rumdin ditempati, jadi ramai nanti pastinya. Dan kata Cak Nur tadi apabila ada keluhan tentang pelayanan SKPD atau yang lain menyangkut kinerja Pemkab Sidoarjo bisa dilaporkan atau dicurhatkan ke dia. Kan enak kalau kita bisa curahkan keluh kisah kita langsung ke Wakil Bupati,” harapnya.
Saat ditemui di ruang kerjanya, di hari pertamanya, Cak Nur langsung mendapat masukan soal minimnya bantuan sosial untuk yatim piatu. Saat ini bantuan sosial untuk yatim piatu Rp 2,5 miliar. Dengan asumsi satu hari satu yatim piatu memperoleh bantuan Rp 3 ribu. Jumlah ini dinilai sangat minim. “Barusan saya mendapat masukan dari pengurus yatim piatu di Sidoarjo, tentang besaran bantuan yatim piatu,” katanya.
“Kita bertandang ke Wabup Sidoarjo, selain memberitahukan keberadaan kami, juga sekaligus mohon dukungannya,” ucap Ketua FLSKA  H Syakir.
“Masukan forum seperti ini sangat bagus dan memang dibutuhkan untuk membantu kerja pemerintah daerah,” jelas Cak Nur.
Masukan sebanyak-banyaknya ini dibutuhkan karena masyarakat luas yang mengetahui kondisi di luar. Karena itu Cak Nur  akan menggunakan saran dan masukan yang produktif ini untuk membangun Sidoarjo ke depan. [Hadi Suyitno]

Tags: