Stabilkan Harga Ayam, Perlu Perbaiki Hulu Hingga Hilir

KPPU menyelenggarakan diskusi dengan peternakan ayam ras serentak di lima kota, yaitu Bandung, Medan, Surabaya, Yogyakarta, dan Demak pada Sabtu, (27/2).

KPPU menyelenggarakan diskusi dengan peternakan ayam ras serentak di lima kota, yaitu Bandung, Medan, Surabaya, Yogyakarta, dan Demak pada Sabtu, (27/2).

Surabaya, Bhirawa
Tidak stabilnya harga daging ayam menimbulkan gejolak, karena daging hewan jenis unggas ini sangat digemari oleh masyarakat. Itulah mengapa Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) meminta agar pemerintah turun tangan untuk mengatasi masalah ini.
Kecenderungan tingginya tingkat ketergantungan pasokan input (terutama DOC dan pakan ternak) serta lemahnya posisi tawar petani dalam menentukan harga ayam ras dipasaran menjadi dua permasalahan pokok yang perlu disolusikan melalui pendekatan kebijakan.
Guna menghimpun informasi sebagai bagian dari proses perumusan saran kebijakan kepada Pemerintah dalam penataan pasar ternak ayam ras, KPPU menyelenggarakan diskusi dengan peternakan ayam ras serentak di lima kota, yaitu Bandung, Medan, Surabaya, Yogyakarta, dan Demak pada Sabtu, (27/2).
“Diskusi ini dilakukan guna menghimpun informasi sebagai bagian dari proses perumusan saran kebijakan kepada pemerintah dalam penataan pasar ternak ayam ras,” ujar Komisioner KPPU, Dr. Sukarmi usai diskusi dengan peternak ayam ras, di Surabaya.
Lebih lanjut, Sukarmi mengatakan, keberlangsungan usaha peternak mandiri yang diperkirakan hanya berpangsa 20%, diindikasikan menjadi sangat terancam akibat kinerja pasar yang tidak kondusif.
Hal itu, kata Sukarmi, dapat dilihat dari sisi hulu, tingkat ketergantungan input DOC (day old chicken/pasokan bibit ayam) dan pakan peternak mandiri sangat tinggi di samping adanya diskriminasi perolehan input. Akibatnya biaya produksinya tidak seefisien peternak yang terafiliasi maupun peternak yang bermitra.
Sedangkan pada sisi hilir, posisi tawar peternak mandiri terhadap pedagang ayam hidup cukup rendah (20%) dibandingkan dominasi pasar peternak afiliasi (mengembangkan bisnis) dan mitra terintegrasi yang menguasai 80% pasar. “Ini persoalan yang perlu dicarikan jalan keluar,” terang mantan wakil ketua KPPU periode 2010-2011 itu.
Kepala Dinas peternakan (Kadisnak) Jatim, Ir Maskur yang hadir pada acara diskusi dan sharing yang digelar Komisi Penyelesaian Perselisihan Usaha (KPPU) di RM Ria M Duryat Sabtu (27/2) memaparkan, bahwa persoalan meroketnya dan fluktuatif harga ayam dan daging ayam itu tidak lepas sari harga jagung sebagai pakan ayam.
Gejolak awal harga jagung ini terjadi di Blitar yang melambung sampai Rp6.000/ kg dan sampai tembus Rp 7.000/kg ,” ini akhirnya merambah kemana mana di Jatim, akibatnya sangat berpengaruh pasa harga ayam dan daging ayam,” jelas Kadisnak Jatim.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jatim, Ardi Prasetyawan menambahkan, pihaknya akan mengendalikan harga Produsen sehingga tata niagaterhadap ayam betul betul bisa dijamin. “Selain itu harga di lapangan tidak mudah terombang ambing,” ujar Ardi. [ma]

Tags: