Status Gunung Bromo Berubah Menjadi Erupsi

G.Bromo Keluarkan asap coklat tebal sejak Senin hingga Rabu pagi kemarin.

G.Bromo Keluarkan asap coklat tebal sejak Senin hingga Rabu pagi kemarin.

Probolinggo, Bhirawa
Dari pengamatan Pusat Vulkanologi Mitigasi dan Bencana Geologi (PVMBG) pusat melalui pos pantau Gunung Bromo di dusun Cemero Lawang, Aktivitas Gunung Bromo saat ini terpantau mulai erupsi. Yang sebelumnya hanya status siaga. Hal ini diungkapkan Achmad Subhan, Kepala  PVMBG pos pantau Gunung Bromo, Rabu (9/12).
Update Gunung Bromo hari ini, semburan asap dan abu vulkanik dengan radius 9 sampai 11 kilo meter, dari kawah. Kondisi Bromo saat ini kata Subhan, menurut teori bisa dikatakan erupsi, karena kondisinya sekarang ada material kasar berupa abu yang keluar dari kawah alias dari pusat erupsi.
“Untuk gempa tremor mencapai 3 hingga 20 mili meter, dominan 6 mili meter, dengan ketinggian asap mncapai 200-300, tekanan sedang kuat dan aktifitas cenderung meningkat,” kata Subhan.
Sementara lanjut Subhan, menurut saksi sejarah pada tahun 2010 lalu, adalah bencana Gunung Bromo dalam kategori terbesar. Karena pada 2010 itu sangat komplit. ada erupsi freatik, prakmatik dan stromboliyan yaitu batu pijar yang keluar dari kawah.
Tahun ini masih kalah dengan tahun 2010 lalu. Namun, tahun ini aktivitasnya terus mengalami peningkatan. Bisa-bisa ini akan bertambah besar, sesuai pengamatan kami. Namun, kami berharap tidak akan aktifitasnya tidak akan terus cenderung meningkat,  ujar Subhan.
Lebih lanjut dikatakannya, sejak Senin (7/12) hingga Rabu (9/12) pagi. Aktifitas Gunung Bromo, yang sudah level siaga terus meningkat. Asap kalabu saat ini berubah menjadi kecoklatan tebal,  dengan tekanan kuat masih terus keluar dari kawah Bromo kearah timur Laut – Tenggara. Cuaca terang, Angin tenang, Suhu udara 12-11°C, Bromo jelas, tekanan kuat, tinggi asap 200-400 MDPK. Data tersebut diterima dari Seismograph.
Sebelumnya dengan ketinggian kisaran 100 sampai 300 meter,pada saat ini ketinggian asap mencapai 400 meter. Gempa tremor maksimal 3-23 mili meter, dominan 6mili meter, dengan Seismik per tanggal 07 November 2015 pada Senin pukul 06.00 pagi. Hal ini diungkapkan Subhan, kepala pos pantau Gunung Bromo, Dusun Cemoro Lawang, Desa Ngadisari, Sukapura, Rabu (9/12).
Asap cokelat tebal dengan tekanan kuat masih terus keluar dari kawah bromo, suara gemuruh pun semakink keras. Hingga ke pemukiman warga di Dusun Cemoro Lawang, dengan jarak 3 kilo meter, sehingga abu vulkanik mulai bertebaran di rumah warga sekitarnya, katanya.
“Hingga saat ini Bromo terus menunjukkan kenaikan aktivitas, sewaktu-waktu bila erupsi mayor atau erupsi besar. Meski Bromo terus menunjukkan geliatnya. Namun, warga yang bermukim paling dekat Gunung Bromo/ yakni di Dusun Cemoro Lawang, desa ngadisari/ kecamatan Sukapura, Probolinggo, hanya berjarak hanya 3 kilo meter, menjalani aktivitas seperti biasanya,” ujarnya.
Pihaknya mengimbau agar warga dan pengunjung tidak mendekat ke kawah Bromo dengan radius 2.5 sampai 3 kilo meter. “Untuk itu TNBTS menutup caldera (laut pasir, kawah, savana)  dari seluruh kegiatan wisata. Sunrise tetap dapat dinikmati dari gunung penanjakan,  bukit Setya dan bukit Cinta,” paparnya.
Sementara pintu yang dibuka, dari arah Wonokitri Pasuruan. Atau kaldera seteril dari warga. Terus meningkatnya aktivitas Gunung Bromo ini, membuat  BPBD, TNI dan petugas gabungan terus memperketat pengawasan dengan jarak aman 3 kilo meter dari bibir kawah yang di rekomendasikan pihak PVMBG benar benar steril.
Penjagaan menuju pintu masuk mulai di perketat, dan mempersilahkan pengunjung yang hendak masuk ke lautan pasir di harap kembali. “Kami perketat atas perintah atasan..warga dan pengunjung dilarang masuk. Antisipasi korban,” ujar Serma Dodik, dari TNI, Rabu (9/12).
Jika ketinggian asap disertai material terus meninggi lanjut Sera Dodik,  akan sangat berdampak terhadap warga dan pengunjung. Dari itu kami bersama pihak badan penanggulangan bencana daerah Kabupaten Probolinggo, bekerja sama. BPBD mempersiapkan ribuan masker dan jalur evakuasi.
Sementara menurut Dwijoko Nurdjayadi, kepala BPBD Probolinggo, dampak abu vulkanik sangat berdampak di 3 Desa terdekat Bromo, yakni Ngadisari, Ngadas dan Ngadirejo. Dalam pengawasan intensif pihak BPBD. “Sejak dinaikkan status siaga, gunung bromo terus mengalami peningkatan, kami akan persiapkan ribuan masker dan lokasi evakuasi,” ucap Dwijoko, saat ditemui di lokasi.
Hasil kesepakatan antara Muspika  dan tokoh suku Tengger, hanya warga suku Hindu Tengger yang di perbolehkan untuk beribadah dan ritual di ponten pura agung di lautan pasir, dengan pengawasan petugas, tambahnya. [wap]

Tags: