Stikom Kembangkan Pembelajaran Berbasis IT

Tim peneliti STIKOM Surabaya gelar pelatihan implementasi model pembelajaran Blended Web Mobile Learning (WBML) kepada MGMP Biologi di Jatim.

Kembangkan Bahan Ajar, Tawarkan Model Blended Web Mobile Learning
Surabaya, Bhirawa
Tingkatkan kegiatan belajar mengajar guru, kampus Stikom Surabaya beri pelatihan implementasi model pembelajaran berbasis Teknologi Informasi. Model pembelajaran ini bernama Blended Web Mobile Learning (WBML) dengan aplikasi MoLearn. Aplikasi tersebut dibuat oleh tim peneliti di antaranya, Bambang Hariadi, Dewiyani Sunarto, Tri Sagirani, Tan Amelia dan Julianto Lemantara yang merupakan dosen Stikom Surabaya.
Dikatakan Ketua Tim Peneliti, Bambang Hariadi, implementasi model pembelajaran BWML sendiri merupakan konsep penggabungan pembelajaran konvensional berbasis IT. Baik website maupun android. Konsepnya yakni hybrid learning yang tetap memberikan ruang bagi peran guru dalam mengajar. Pelatihan ini, bentuk kerjasama kami dengan MGMP (musyawarah guru mata pelajaran) Biologi SMA seluruh Jawa Timur dan Dinas Pendidikan Jawa Timur.
“Nantinya aplikasi ini akan memwadahi kebutuhan belajar bagi generasi digital native yang berisi kumpulan materi, soal, tugas hingga penilaian ujian kepada siswa,”terang Bambang yang juga Dosen Metodologi Penelitian ini usai mengisi materi pelatihan, Kemarin (26/6).
Aplikasi MoLearn sendiri sudah dibuat sejak tahun 2017, yang kemudian disempurnakan di tahun ini. Hasilnya, dari kolaborasi antara Stikom dan MGMP pihaknya juga menghasilkan buku pembelajaran khusus yang akan digunakan sebagai penunjang aplikasi MoLearn.
“Kita namakan E Book Biologi Plus. Jadi didalam buku ini berisi berbagai materi dan soal. Jika siswa tidak mengerti dan memahami apa yang diterangkan dalam buku ini, mereka bisa men scan barcode yang ada di bawahnya,”jelasnya.
Ketika sudah ter-scan, jelas Bambang, maka siswa akan tersambung ke youtube untuk melihat penjelasan melalui video. Sedangkan di aplikasi MoLearn sendiri akan tersaji bentuk teks, gambar, video dan grafik.
“Proses pembelajaran multimetode ini akan membuat siswa lebih mudah dalam memahami materi dengan range waktu 10-15 menit. Apalagi dengan gadget yang mereka gunakan, ini bisa bermanfaat untuk menunjang pembelajaran mereka,”tutur dia.
Sementara itu, Ketua MGMP Biologi SMA se-Jatim, Budi Santoso mengungkapkan jika aplikasi MoLearn berbeda disbanding aplikasi yang sudah ada di playstore. Sebab, aplikasi tersebut selain mengacu pada hasil diskusi MGMP, pembuatan aplikasi juga mengacu pada silabus, kompetensi dasar (KD) dan indicator. Di samping itu, dengan adanya aplikasi MoLearn jugaberhasil menjangkau sekolah yang minim guru. Seperti di Papua. Dan hal itu dikatakannya berhasil.
“Jadi kalau boleh dibilang. Ini tidak hanya sekedar aplikasi. Karena aplikasi ini sangat mewadahi kami. Kami (guru) mempunyai kemampuan untuk mengembangkan materi yang akan diajarkan. Bisa dibilang ini baru benar-benar aplikasi keguruan,”lanjut pria yang juga guru Biologi SMAN 21 Surabaya. Kendati begitu, Budi mengaku jika aplikasi MoLearn juga perlu penambahan fitur untuk penyempurnaan aplikasi. Seperti pelaksanaan evaluasi yang berdasrkan standart dan bisa dimonitoring di seluruh Jawa Timur.
“Namun ya memang membutuhkan server yang sangat besar. Materi pembelajaran juga perlu di upgrade lagi tentunya dalam mobile learning ini. Sehingga bisa meningkatkan kualitas pendidikan biologi. Tujuan kita itu,”pungkas dia.
Rencananya pada bulan Juli depan, pihaknya akan menerapkan aplikasi MoLearn ke beberapa sekolah seperti di Sidoarjo, Surabaya. Ngawi dan Jember. Untuk Surabaya akan diimplementasikan di SMAN 21 Surabaya, SMAN 6 Surabaya, SMAN 20 Surabaya, SMAN 14 Surabaya, SMA Saint Louis 1 Surabaya dan SMA Veteran Surabaya. [ina]

Tags: