STITTA Manbaul Ulum Gelar Workshop Siapkan Santri Hadapi MEA

Rektor Universitas Nurul Jadid KH Abdul Hamid Wahid saat memberikan materi pada Workshop MEA yang diselenggarakan STITTA Tangsil Wetan Bondowoso. [Samsul Tahar]

Bondowoso, Bhirawa
Dalam rangka menyiapkan para santri menghadari pasar besar yang disebut Masyarakat Ekonomi Asean (MEA), Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Togo Ambarsari (STITA) Tangsil Wetan Bondowoso, menggelar Workshop dengan Tema “Strategi Pemuda Islam Dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA)” bertempat di Aula PP Manbaul Ulum kemarin.
Dalam Workshop tersebut didatangkan dua Narasumber diantaranya KH Abdul Hamid Wahid, M.Ag Rektor Universitas Nurul Jadid (UNUJA) Paiton Probolinggo dan Dr H Fathorrozi Mantan Dekan Fakultas Ekonomi Unej dengan moderator Abdul Wasik MHI Doses STAI At Taqwa Bondowoso yang dibuka langsung oleh Pengasuh PP Manbaul Ulum KH Salwa Arifin.
Bertindak sebagai pemateri pertama KH Abdul Hamid Wahid menyampaikan ada tiga hal yang perlu dimiliki oleh santri diantaranya identitas dan karakter sebagai penerus risalah untu terus direvitalisasi, kemudian yang kedua bagaimana memperkuat jaringan dalam era global serta yang ketiga bagaimana untuk berus berperan dalam era global.
“Contoh sederhana adalah ucapan selamat Ulang Tahun dari anak saya, jadilah seperti Velentino Rossi, walaupun Finish nomor dua tapi tetap dikenang, karena dia orang yang berperan dan bekarakter,” katanya.
Ra Hamid Panggilan akrabnya juga menyampaikan jika santri harus memiliki kemampuan keagaaman yang matang sesuai dengan pendidikan utama yang diterima diPesantren, tetapi juga tidak lupa untuk memiliki pengetahun kengaraan dan kebangsaan karena kita saat ini hidup berbangsa dan bernegara Indonesia.
“Kemampuan keagamaan dan kenegaraan yang matang harus disinergikan dengan memiliki jaringan yang luas, sehingga kedepan santri bisa berperan lebih dan sejajar dengan komunitas lain dalam menghadapi MEA ini,” katanya.
Sementara itu, Dr H Fathorrozi dalam materinya menyampaikan jika MEA adalah merupakan salah satu bidikan dari ASEAN, diantaranya Asean Political Security Communitiy, Asean Sosia Cultural Community dan saat ini yang sudah dilaksanakan yaitu Asean Economy Community yang disebut MEA.
“Besok itu akan satu kultur, satu keamanan dan saat ini baru satu ekonomi yang dilaksanakan, sehingga santri harus mempersiapkan lebih dini,” katanya.
Pada MEA ini menurut Rozy ada lima hal yang tidak boleh dihalangi pemerintah pada 10 negara ASEAN, diantaranya barang, jasa, modal, investasi dan SDM. Sehingga setiap Negara memiliki strategi sendiri, contohnya Malaysia yang hampir tidak terlihat polisi dan ini menunjukkan jika Negara tersebut aman untuk berinvestasi.
“berbeda dengan Thailand yang hampir semuanya bisa berbahasa melayu dengan harapan produk banyak dibeli warga Indenesia, bahkan Filipina saat ini gencar belajar ekonomi syariah,” ungkapnya.
Pihaknya berharap ada tidak hal yang dimiliki santri untuk menghadapi MEA diantaranya meningkatkan Imtaq, kreatifitas dan memiliki legitimasi kompetensi karena nantinya apa yang bisa dikerjakan harus professional dibidangnya.
“Imtaq itu adalah modal utama, kreatifitas sudah dicontohkan Nabi Ibrahim yang membuat celana pertama kali serta sertifikasi Kompetensi yang akan menunjukkan kemampuan sesorang dibidangnya contoh sertifikasi guru dan lainnya,” ungkap Rozy. Setelah masing-masing pemateri menyampaikan materinya, tampak para mahasiswa dan mahasiswi yang menjadi peserta workshop tersebut mengkritisi dan bahkan memperdalam materi yang disampaikan. Dengan dimoderatori Abdul Wasik mereka menanyakan berbagai hal yang langsung dijawab oleh para pemateri.
Tampak hadir juga dalam acara tersebut Sekretaris DPC PPP Bondowoso H Syaiful Bahri Husnan, Ketua Rijalul Ansor Achmad Junaidi serta para alumni dan tokoh masyarakat setempat yang aktif mengikuti acara hingga selesai. [har]

Tags: