Stok Bahan Pangan Aman ?

karikatur-impor-386x290Menjelang bulan puasa Ramadan dan lebaran Idul Fitri 1435 Hijriyah, kebutuhan bahan pangan melonjak, sehingga harga bahan pangan turut merambat naik. Walau secara demand need (kebutuhan untuk makan) seharusnya menurun karena puasa. Tetapi puasa Ramadan juga identik dengan pemuliaan orang yang berpuasa dengan berbagai hidangan. Bahkan Ramadan menjadi periode puncak belanja seluruh kebutuhan selain pangan, termasuk sandang (pakaian) serta alat rumahtangga.
Belanja Ramadan sudah menjadi adat bangsa Indonesia. Seolah-olah penghasilan bekerja selama setahun ditujukan untuk dibelanjakan pada bulan Ramadan. Begitu pula pola perdagangan moderen (diluar makanan-minuman) malah memberikan potongan harga khusus jelang Idul Fitri. Maka, naiknya harga bahan kebutuhan sehari-hari ini merupakan spekulasi pengusaha yang coba menggertak pemerintah.
Tetapi tak jarang, sebagian pedagang (khususnya kelas importir) memanfaatkan Ramadan untuk menggertak masyarakat dan pemerintah. Caranya, dengan menimbun bahan pangan. Seolah-olah stok terbatas, sehingga harus menambah kuota impor. Dalam hal perdagangan bahan pangan, pemerintah sampai saat ini masih menyerahkan pada mekanisme pasar. Terutama komoditas yang tak bisa dipenuhi oleh petani lokal.
Beberapa bahan pangan yang mengalami kenaikan demand diantaranya tepung terigu, gula, telor ayam (dan telor bebek), serta buah-buahan. Rempah-rempah dan berbagai bumbu-bumbuan juga mengalami kenaikan demand. Sedangkan bahan pangan utama seperti beras kedele, susu dan daging, tak kalah diburu lebih banyak. Maka prinsip perdagangan (harga naik ketika banyak dibutuhkan) menjadi situasi yang lazim.
Tetapi pedagang kecil, menaikkan harga terasa bagai setengah kiamat. Golongan ini, antaralain penjaja sayur, buah dan hasil bumi lainnya, tidak berani kulakan. Karena itu pedagang kecil memilih alih profesi menjadi kuli bangunan, atau tukang ojek. Begitu pula pedagang kue dan kuliner lain memilih mengurangi ukuran (yang bisa dimaklumi pembeli) ketimbang menaikkan harga. Pedagang kecil terasa lebih memiliki “hati” dibanding kelas grosir.
Gertakan importir, seringkali  meraih sukses. Seperti pada periode yang sama tahun lalu (Juli 2013) Presiden sampai menginstruksikan anggota kabinet menajamkan sense of urgency dan sense of responsibility. Instruksi khusus itu diberikan kepada jajaran tim perekonomian, terutama Kementerian Perdagangan dan Kementerian Pertanian, agar harga stabil. Jalan paling mudah yang dipilih adalah menambah kuota impor untuk menggelontor bahan kebutuhan.
Dus, keinginan (busuk) kartel untuk memperbesar impor bahan pangan, tercapai. Tetapi dengan melimpahnya bahan pangan impor akan merugikan petani dalam negeri. Padahal sebenarnya pengawasan terhadap kenaikan harga tidak harus dengan menambah kuota impor. Dalam hal ini Pemerintah Propinsi Jawa Timur memiliki inovasi yang patut diperkuat. Yakni, pengawasan dan sekaligus pemangkasan jalur distribusi bahan pangan.
Caranya, stake-holder bahan pangan mestilah diajak bicara, termasuk di dalamnya pedagang besar dan Organda (Organisasi Angkutan Darat). Selanjutnya perlu ditindaklanjuti dengan operasi pasar dan menggelar pasar murah dengan melibatkan BUMN, BUMD, serta produsen pangan. Toh, barang kebutuhan yang dipasarkan tidak diberikan secara gratis, melainkan dijual dengan harga dasar produksi.
Prinsipnya hanya memotong liku-liku distribusi, sehingga produsen langsung dipertemukan konsumen. Dalam tiga tahun terakhir, metode yang sama (memotong jalur distribusi) juga sudah dilakukan Pemerintah Propinsi dan Pemerintah Kabupaten serta Kota. Namun diperlukan pengaturan yang lebih sistemik, agar tidak tergagap-gagap pada setiap bulan Ramadan.
Kenaikan harga kebutuhan (khususnya sembako), bisa berujung pada kacaunya perekonomian rumahtangga kelas bawah. Secara psiko dramatik dapat memicu KDRT (kekerasan dalam rumah tangga), bahkan berujung perceraian. Penyebab KDRT dan perceraian selama ini secara mayoritas dipicu sulitnya perekonomian rumahtangga. Juga bisa memicu kriminalitas. Lebih pedih lagi, kenaikan harga-harga bersamaan dengan tahun ajaran baru sekolah.

———   000   ———

Rate this article!
Stok Bahan Pangan Aman ?,5 / 5 ( 1votes )
Tags: